Nana [10] : Dream

17.2K 1.5K 134
                                    

Sedari tadi Jaemin masih terdiam di ranjangnya. Ia terduduk dengan dua jarum infus di kedua punggung tangan juga tubuhnya terbalut piyama berwarna putih gading. Perlahan-lahan tangan kanannya naik untuk meraba surai pendeknya yang berwarna coklat tua, bahkan ia ingat bahwa terakhir kali surainya berwarna pirang dan biru.

Semua ini sangat aneh.
Ketika Jeno menyebutnya dengan kata 'sayang' lalu menciumnya, Jaemin tertidur sebentar kemudian bangun lagi karena suara ricuh menghampiri indra pendengarannya. Ketika ia terbangun, dan menanyakan dimana Jeno juga anak mereka, semua yang ada di ruangan itu termasuk dokter langsung terdiam.

Seisi ruangan tampak sepi dan sunyi. Tidak ada canda tawa dari kakak-kakaknya, tidak ada bingkisan, juga tidak ada Jeno yang memeluknya. Semuanya lenyap bersama kesadaran Jaemin yang menghampiri.

"Tuan Na Jaemin mengalami masa koma kurang lebih tiga bulan, dan sekarang kondisinya sudah membaik. Sebenarnya Tuan Na tidak benar-benar kehilangan kesadarannya, ia hanya tidur selama itu jadi saya menganggapnya koma karena saya belum pernah menemui pasien dengan keluhan seperti ini. Sekarang Tuan Na sudah sehat, tidak ada yang salah dengan dirinya, mungkin karena pengaruh kafein yang terlalu berat." Dokter tersenyum setelah menjelaskan hal sedemikian rupa di hadapan Renjun, ia menoleh untuk melihat ke arah Jaemin yang masih kebingungan, "kurangi kopi dan jangan terlalu sering begadang, Tuan Na. Saya permisi."

"Terima kasih, dokter."

Dokter membungkuk kecil lalu berbalik dan pergi. Renjun menghela nafas panjang kemudian berjalan menghampiri Jaemin. Sahabatnya ini telah tertidur di bawah alam sadar selama 3 bulan. Pagi itu Jaemin tidak terbangun ketika Renjun membangunkannya sebisa mungkin, bahkan Jeno dan Jisung juga ikut membangunkannya dengan cara lain seperti membenturkan dua panci, menyalakan speaker, atau menginjak-injak kasur Jaemin.

Tapi Jaemin masih tertidur lelap. Ia segera dilarikan ke rumah sakit dan langsung ditangani oleh dua dokter sekaligus. Tubuh Jaemin sempat dipasangi alat penopang hidup tetapi nafas Jaemin masih tetap normal seperti nafas manusia pada umumnya. Alhasil Jaemin harus absen dari jadwal manggung dan jadwal rekamannya, ia berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan dua jarum infus.

Setiap pagi dokter akan memeriksa keadaan Jaemin. Sama saja seperti orang tidur, bukan orang koma atau mati. Jaemin tampak sangat lelap di dalam tidurnya. Bahkan dokter menyarankan untuk memasukkan selang ke dalam mulut Jaemin untuk makanan atau minuman.

Ketika sudah sadar atau sudah bangun dari tidur panjangnya, Jaemin terdiam lama sekali seperti orang bingung. Bagian matanya menghitam dan pipinya agak sedikit tirus.

Bahkan ia sempat menangis karena ditinggal Jeno, padahal Jeno hanya keluar untuk membuang sampah.

"Jaemin-ah, bagaimana tidurmu?" Tanya Renjun dengan nada sedikit mengejek. Renjun masih tidak habis pikir bagaimana bisa Jaemin bangun begitu saja kemudian bertanya dimana Jeno dan bayi mereka? Lucu sekali.

"Renjun, dimana Jeno?" Tanya Jaemin.

"Astaga, Na Jaemin! Jeno sedang mengurus administrasi bersama manajer hyung di luar sana. Lagipula untuk apa kau mencarinya terus?"

"Aku... dimana bayiku? Bayiku dan Jeno?"

Renjun diam. Mematung entah mau melakukan apa. Jaemin dan Jeno memiliki bayi? Apa yang sebenarnya terjadi?

Tiba-tiba Jeno datang dengan beberapa kertas di tangannya. Pemuda bersurai coklat muda itu menghela nafas panjang kemudian berjalan mendekati Jaemin. Detik itu juga Jaemin memeluk Jeno dengan sangat erat, menangis sesenggukan di pelukannya karena merasa kehilangan.

"E-eh, Jaemin-ah?" Tanya Jeno, ia melirik ke arah Renjun tapi Renjun hanya mengidikkan bahu.

"Jeno-ya.... dimana bayi kita? Kenapa kau menyuruhku untuk tidur lagi?"

Nana | JenoJaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang