Jaemin berjalan cepat menghampiri Jeno lalu melayangkan sebuah bogem mentah ke wajah tampan itu hingga Jeno terhuyung ke belakang nyaris terjatuh. Nafas Jaemin memburu karena ia merasa sangat marah sekaligus bingung. Bagaimana bisa seorang Na Jaemin si pecandu kopi tanpa gula ini bisa bangun dari tidurnya dengan keadaan hamil besar? Dan Jeno adalah sosok di balik semua yang terjadi dengan kata lain Jeno telah membuatnya hamil seperti ini.
Lee Jeno? Pemuda yang selalu tersenyum kapanpun dimanapun seperti orang bodoh itu?
Sial bahkan Jaemin merasa mood-nya mendadak turun digantikan dengan amarah yang meluap-luap seperti air mendidih..Jisung segera membantu Jeno untuk berdiri tegap. Renjun meraih kaos milik Jaemin yang tergeletak di lantai kemudian menutupi tubuh sahabatnya agar tidak terekspos sana sini. Perut buncit yang terlihat menggemaskan itu bukan untuk konsumsi publik, bahkan kau tidak boleh melihatnya jadi jangan terlalu berharap lebih.
"Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi! Kenapa aku bisa mengandung anak dari bajingan bernama Lee Jeno ini padahal aku adalah seorang laki-laki!" Teriak Jaemin tidak terima. Kedua tangannya memukuli perutnya sendiri hingga berbunyi membuat Jeno langsung menahan kedua tangannya kuat-kuat.
"Jangan pukuli bayi kita seperti itu, Jaemin-ah. Cukup pukul aku saja." Ujarnya lembut, sangat lembut takut jika Jaemin merasa tersinggung berakhir Jeno yang menerima pukulan-pukulan darinya.
"Bayi kita?! Omong kosong apa lagi itu?" Bibir Jaemin bergetar kecil sebelum sepasang matanya berkaca-kaca. Ia memejamkan matanya lalu terisak seperti anak kecil yang meminta permen. Entahlah mengapa ia menangis tanpa alasan yang jelas. Jaemin sendiri juga bingung kenapa ia bisa tiba-tiba menangis seperti ini.
Jaemin bukanlah orang yang mudah menangis. Butuh waktu lama dan situasi yang pas untuk bisa membuat Jaemin menangis walau hanya setetes air mata saja. Harap dimaklumkan karena semua ini terjadi akibat kemauan si bayi.
Kedua kakinya melangkah menuju kamar tidak lupa membanting pintu. Ia terduduk di atas ranjangnya kemudian berbaring, mencoba untuk kembali tidur mungkin saja jika ia terbangun nanti semuanya akan kembali seperti semula. Tetapi nihil, Jaemin makin tersedu-sedu sesekali bibirnya mengerucut akibat marah.
Tak lama kemudian Jaemin terdiam sesaat. Hanya isakan kecil yang keluar seiring matanya memandangi perut buncitnya. Mungkin usia kandungan Jaemin sudah menginjak sekitar bulan keempat? Ya, mungkin saja karena perutnya belum terlalu buncit.
"Jaemin-ah." Panggil Jeno lalu ia membuka pintu kamar Jaemin. Sontak Jaemin pun melipat kedua tangan di depan dada dan membuang muka, enggan melihat wajah Jeno yang tampak khawatir.
"Jaemin-ah, apakah ada sesuatu yang menganggu tidurmu sehingga kau terbangun dengan keadaan marah seperti ini?"
"Aku muak denganmu."
Pemuda yang sering tersenyum itu menggigiti bibir bagian dalamnya, "baiklah maafkan aku." Jawabnya mengalah. Ia tidak ingin menganggu pagi Jaemin hanya karena salah jawaban, bisa-bisa ia ditendang keluar dari sini.
"Kenapa aku bisa seperti ini Jeno-ya? Kenapa aku bisa mengandung anakmu? Bukankah aku adalah seorang laki-laki?"
Sebenarnya Jeno juga bingung kenapa Jaemin bertanya hal sedemikian rupa. Biasanya mereka melewati hari-hari seperti biasa tanpa gangguan bahwa Jaemin selalu ingin bermanja-manjaan dengan Jeno. Entah itu minta disuapkan makanan, cuddle, Jaemin juga sering mengirimkan pesan manis dan manja saat Jeno bertugas membawakan acara di televisi. Tapi hari ini Jaemin menanyakan hal yang uhh... sedikit aneh.
"Jaemin-ah, jangan tanyakan hal itu lagi. Kasihan bayi kita jika mendengarnya."
"Ta-"
"Aku sudah membeli cat rambut sesuai kemauanmu tadi malam. Ayo aku bantu mewarnai rambutmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nana | JenoJaemin✔️
Fiksi Penggemar"siapa bajingan yang telah membuatku buncit seperti ini!?" "Lee Jeno." Ketika Na Jaemin yang tampan, keren, kuat, dan berwibawa berubah secara perlahan menjadi Na Jaemin yang manis, manja, menggemaskan, dan hanya ingin dipanggil dengan nama Nana. ...