01. Selamat ulang tahun

19 8 12
                                    


     Suasana rumah sakit yang ramai dengan lalu lilang orang-orang dari berbagai arah menyita perhatian Xilea untuk selalu memperhatikan kanan kiri lorong rumah sakit yang terlihat ramai. Hari ini ia kembali lagi ketempat ini untuk sekian kalinya, tak terhitung sudah berapa banyak kemoterapi yang telah Xilea jalani selama ini.

Dia Xilea, Xilea Andrea. Seorang anak umur 10 tahun yang duduk disalah satu kursi penunggu  rumah sakit. Ketika anak diumur 10 tahun sedang sakit, pastinya ada seorang ibu atau tidak ayah yang akan menemani dan membeti semangat agar tidak putus asa dalam berjuang untuk hidup, namun nyatanya hal itu tidak selalu didapatkan oleh semua orang, termasuk Xilea.

Entah karena memang sibuk ataupun memang tidak peduli. Rumah sakit menjadi tempat ke-2 yang paling banyak ia kunjungi setelah rumah. Membosankan memang, selalu menghirup bau rumah sakit yang penuh dengan aroma berbagai obat ataupun cairan aneh juga bertemu dengan teman yang akhirnya akan berpisah, entah itu karena takdir kematian atau takdir memang harus dipisahkan oleh jarak.

Sebenarnya untuk melakukan kemoterapi setiap bulannya itu sangat melelahkan bahkan terkadang Xilea memilih untuk tidak pergi kerumah sakit dikarenakan bau rumah sakit yang tidak ia suka hingga akhirnya pamannya yang harus turun tangan untuk membujuk dan memberi semangat kalau suatu saat nanti ia akan sembuh jika rutin melakukan terapi.

Ini sedikit terdengar konyol tapi memang benar adanya, seylea anak kedua, memiliki seorang kakak laki laki yang sangat dimuliakan oleh kedua orang tuanya. Sejak dua tahun belakangan ini mama tidak pernah mengantarnya kerumah sakit dengan alasan sibuk di kantor namun anehnya ketika kak Raksi meminta ditemenkan kemana pun akan mama setujui dengan sangat mudah. Panggil saja dia kak Raksi, cowok dengan segudang pengetahuan, tampan, sopan, baik, dan yang penting sehat.

"Gimana perasaan kamu akhir-akhir ini lea?" Salah satu dokter yang bisa disebut sebagai orang terdekat setelah orang rumah, panggil saja dokter Tony, seseorang yang telah membantunya hidup sampai saat ini.

"Membosankan" jawab singkat Xilea

"Jangan gitu dong, ayo mana semangat Lea yang dulu pengen banget sembuh" kata-katanya selalu sama dengan janji suatu saat nanti akan sembuh, bukan kah menghilang untuk selamanya lebih baik dari pada hadir namun tidak pernah dianggap hadir

"Mama aja gak peduli, buat apa Lea sembuh" kalimat yang terlontarkan terasa amat menusuk apalagi dengan senyuman pahit yang Xilea berikan. Bukankah menghilang untuk selama-lamanya lebih baik daripada hadir namun tak pernah dianggap hadir.

"Lea gak boleh ngomong gitu, mama mungkin lagi sibuk jadi gak bisa temenin Lea hari ini" senyuman pahit ditunjukan oleh Lea, ya sibuk berkerja sampai lupa dia punya anak kedua yang membutuhkan dirinya saat ini

"Yaudah dok, aku pulang dulu ya" kepergian Lea hanya dijawab anggukan dari dokter Tony yang sudah berkutip dengan kertas kertas diagnosis  dari berbagai pasien, dia orang sibuk jangan terlalu mengganggunya.

Xilea duduk disalah satu bangku di taman rumah sakit yang terletak dibelakang gedung, disini suasananya sangat nyaman dengan beberapa pohon besar mengitari sekitar tempat disana membuat tempat ini terasa lebih sejuk dari tempat manapun diarea eumah sakit apalagi ditambah lapangan besar dengan hamparan rumput hijau tersebar.

Tempat ini lebih bisa disebut tempat pelarian pasien yang bosan dengan ruang inapnya, disini bahkan bisa merasakan betapa bahagianya orang-orang sakit tertawa melihat kelakuan beberapa anak yang saling bermain ditanah lapang taman.

Tempat ini lebih bisa disebut tempat pelarian pasien yang bosan dengan ruang inapnya, disini bahkan bisa merasakan betapa bahagianya orang-orang sakit tertawa melihat kelakuan beberapa anak yang saling bermain ditanah lapang taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Goodbye | Park JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang