3. Sebuah Bukti

8 1 0
                                    

Detektif Gen kembali ke kantor dengan tangan kosong, begitu juga dengan Detektif Cay. Mereka bingung, mengapa Black Boss mengambil mayat korban dan membunuh dokter yang menanganinya. Dari 6 kasus ke belakang, Black Boss sama sekali tidak pernah ikut campur jika korbannya sudah meninggal, apalagi sampai mengambil mayatnya.

Tentu saja kasus kali ini membuatnya benar-benar bingung dan harus berpikir keras. Sebenarnya ada apa dengan mayat korban? Kenapa Black Boss menginginkannya dan menghilangkan hasil autopsi? Apa didalam hasil autopsi itu terdapat bukti?

Detektif Gen dan Detektif Cay duduk saling berhadapan di ruangan Detektif Gen, tentunya dengan pikiran masing-masing dan ingin saling berdiskusi.

"Ini gak seperti biasanya, Cay." Detektif Gen membuka obrolan.

Detektif Cay menghela nafas. "Iya. Saya juga lagi berpikir, apa motif Black Boss mencuri mayat korban. Bukannya, saat udah menjadi mayat, korban udah gak mengancam indentitasnya?".

"Menurut saya, pasti ada sesuatu yang tertinggal ketika Black Boss sudah membunuh korban. Dan dia kembali, untuk mengambil apa yang tertinggal yang mengancam keberadaanya." Detektif Gen membuat kesimpulan.

"Tapi... apa?" lanjutnya semakin bingung.

"Kamu inget, Gen? Korban Black Boss keenam bulan lalu?" tanya Detektif Cay tiba-tiba.

Detektif Gen mengangguk. "Sama-sama dibunuh brutal."

"Bukan itu maksud saya. Dia gak kehilangan mata, tapi jari-jarinya. Coba kamu perhatiin dari tubuh setiap korban, dari korban satu sampai tujuh," sangkal Detektif Cay.

Detektif Gen mengernyitkan dahi.

"Biar saya jelasin. Korban pertama, telapak kakinya dikuliti dan dibuang, sampai sekarang kita belum bisa temuin kulit telapak kakinya. Korban kedua, menurut saya dia paling ringan pembunuhannya, dia dibunuh dengan satu sayatan di leher kemudian meninggal, tapi semua rambutnya hilang. Korban ketiga, ditemukan dengan dada yang terbelah dan hatinya yang hilang, yang kita temukan saat hati itu sudah membusuk." Detektif Cay menjeda ucapannya, ia mengambil botol yang berisi air lalu meminumnya.

"Korban keempat, dibunuh dengan cara digantung dan mulutnya sobek. Korban kelima, ditemukan dengan batok kepala yang terbuka dan kedua telinganya hilang. Korban keenam, seperti yang saya jelaskan tadi, jari-jarinya dipotong saat masih hidup, kita gak bisa nemuin kedua ibu jarinya, dan yang membuat dia meninggal karena pukulan benda tumpul berulang kali di dadanya. Dan korban ke tujuh, kamu jelas masih inget," lanjut Detektif Cay.

Detektif Gen sekarang mengerti, kemudian ia menjentikkan jarinya. "Ada kemungkinan semua korban pernah berhubungan langsung sama Black Boss. Dan saat Black Boss sudah merasa terancam keberadaan atau identitasnya, dia segera membunuh korban. Dan anggota tubuh korban, pasti menjadi salah satu ancamannya!".

"Yes!" seru Detektif Cay.

"Black Boss gak pernah membunuh lewat anak buahnya, melainkan dia sendiri yang melakukan aksi. Anak buahnya, cuma pengirim ilegal," lanjut Detektif Cay.

"Kita harus balik ke rumah sakit, apa disana masih ada salinan hasil autopsi," ucap Detektif Gen.

***

Sesampainya didepan pintu rumah sakit, Detektif Gem tak masuk melainkan berhenti. Ia melupakan sesuatu, ya putranya. Ia mengunci seluruh pintu dan jendela, dan sudah pasti Valda tidak bisa masuk. Ia pasti terlalu sibuk sampai melupakan putranya.

Detektif Cay yang awalnya sudah memasuki rumah sakit, kini mengurungkan niatnya karena melihat Detektif Gen tiba-tiba berhenti tanpa sepatah katapun. Ia berbalik dan berjalan menghampiri Detektif Gen.

Scandal Black BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang