Sewaktu kakek mengusirku dari rumah dengan embel-embel membebaskan bocah beranjak remaja berpetualang, aku yakin dia tidak bermaksud mendeportasiku ke dunia lain. Sayangnya, rencana semesta adalah siraman abstrak yang sukar ditebak apalagi ditolak.
Setelah tertidur selama satu tahun, hal pertama yang aku tanyakan adalah keberadaan seorang gadis. Dokter bilang aku hilang kesadaran setahun penuh. Tidak ada yang aku lakukan selain terpejam lemah di atas ranjang rumah sakit yang jikalau diberi mantra supaya berkata, sudah pasti mengumpatiku saking jenuh pula jengkelnya. Namun, aku berani bertaruh bahwa tidak mungkin aku terbaring belaka selama ini. Jiwaku melintasi dimensi sementara tubuhku kosong tertinggal. Iya, pasti begitu.
Ketika tugasku sekadar membunuh dan tak terbunuh. Kemudian, hidup mengarungi ribuan tahun yang membosankan. Dan diberkahi tubuh yang abadi tanpa jiwa, aku membuat satu kesalahan. Kesalahan fatal.
Mencintai target kematian selanjutnya adalah dosa besar.
Seharusnya aku menancapkan belati ke dadanya, bukannya justru menyembunyikan dan melindunginya di dadaku.
Tunggu, namaku. Siapa namaku?
Kacau. Aku bahkan tidak mengingat apapun selain dirinya.
Cyanea.
Jika semua yang terjadi di sekitarku sebatas imajinasi seperti teori sollipsism milikmu. Maka, kau-lah hal terbaik yang pernah aku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Fantasy Genre May or May Not Kill Me
Fantasy[Fantasy & Minor Romance] Usai menyumpah serapah tokoh jahat yang membuatnya remedial pelajaran sejarah, Cyanea justru bertukar raga dengan tokoh tersebut. Antagonis kejam yang dibenci sepenjuru kekaisaran. Anak tidak sah menyedihkan yang melepas am...