1. Jangan Nyasar ke Mimpiku

148 43 55
                                    

Hai, aku mau ngasih tahu kalo
POV prolog itu beda orang sama part 1. Jadi, prolog itu POV 'seseorang' (ayo tebak siapa hehe) sementara POV part 1 dan seterusnya itu milik Cyanea. Ngerti, nggak? Kalau belum, tanyain aja ya. Selamat membaca, everyone <333

—————————

Cyanea Gayatri
Kalau reinkarnasi nyata, bisa saja aku sedang mempelajari sejarah diriku di sekolah tanpa menyadarinya.

Qhalis
kalau iya, keknya gue penghianat bangsa deh dulunya

Cyanea Gayatri
Pernyataan dikonfirmasi.
Dari aku, pahlawan yang nebas kepalamu.

Qhalis
lebih masuk akal kalau lo partner in crime gue
kita robohin a whole empire for fun

Cyanea Gayatri
Males banget?
They'll throw a big party on our graves and spit on it

Qhalis
literally who cares?
we alr died anyway

Omong-omong, dia Qhalis. Makhluk langka satu-satunya yang mampu menolerir keasamanku bahkan menyombongkan dirinya sebagai sahabat sejati Cyan selamanya—dia memang aneh, aku tahu. Ah, sahabat internet mengingat kami belum pernah bersua langsung. Pertemuan kami diawali dari sebuah perdebatan dalam suatu forum. Dimulai dengan masalah politik yang memengaruhi ekonomi lalu struktur masyarakat dan merambat pada konspirasi sejarah masa lampau. Sejujurnya, Qhalis tidak pintar, ia hanya bocah penasaran yang terlampau pede dan kebetulan tebakannya selalu benar. Bisa dibilang, si bodoh yang beruntung. Namun, keberuntungan juga termasuk talenta. Dan karena aku adalah si malang yang dicintai petaka, kami membentuk pasangan yang sempurna.

Selain pesan promosi restoran ayam dan tawaran pinjam uang, satu notifikasi lagi muncul sekian detik usai aku meresponnya dengan stiker jempol.

Qhalis
gabut parah
temenin gueee plisss

Aku belum sempat membalas kala panggilan darinya memenuhi layar. Aku mematikan panggilan pertama, kedua, ketiga, keenam, yang selanjutnya, selanjutnya lagi sampai Qhalis mengirim stiker seekor kodok menangis dalam genangan air mata dan menyentil sudut ibaku pada kodok nelangsa tersebut.

"Apa? Aku sibuk, lagi belajar."

Dari seberang sana, Qhalis menggerutu, "Ngucap salam dulu kek dan ini reminder lo bisa mati gara-gara overdosis belajar, tauk."

Tidak mendengar tanggapan dariku, Qhalis merintis curhatannya. Dari bagaimana menyebalkannya bulu hidung, meminum susu hasil curiannya yang sudah basi, hingga merengek mendapat nilai 20 karena kebelet buang hajat saat ulangan.

"Cyan? Jangan bilang lo benaran mati. Astaga, gue bercanda doang."

"Cyan~"

"Kacyan Cyan, jomblo 15 tahun."

"Cyan kakek lampir."

"Cyan~ I won't stop bothering you sampe lo ngasih gue perhatian."

Aku mengalah karena seberapa kecil pun aku mengurangi volume panggilan, tidak ada yang bisa mengalahkan Si Toa Qhalis. "Kamu ngga punya PR?"

"Geografi, tapi deadline-nya seminggu yang lalu sama sosio... ugh, maleeeees."

"Kerjakan sana."

"Huh? Yang ada mereka yang ngerjain gue, Bung."

Pensil yang hampir saja menerima pelampiasan kejengkelanku mendadak terlepas, menggulir di atas meja lalu jatuh tepat di kaki saat Qhalis menjatuhkan dua bomnya. Ada suara kentut yang membuatku menahan tawa setengah mati dan bom kedua ketika dia merancang pengalihan isu.

This Fantasy Genre May or May Not Kill MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang