Bagian 6

2.2K 161 30
                                    

Nadira mulai menjalankan perannya sebagai sekretaris sementara suaminya, kondisi Nadira yang tengah mengandung, sekaligus ia adalah istri dari seorang CEO membuat para karyawan-nya selalu mengawasinya, mengawasi setiap gerak-gerik Nadira, mulai saat Nadira membuat teh untuk dirinya di kafe kantor, nadira mondar mandir mencetak bebrapa file, sampai memfotocopy berkas, dan bahkan saat Nadira dengan tidak sengaja membuat bebrapa berkas berhamburan terjatuh di lantai, membuat karyawan bergegas dengan cepat mendekat ke arahnya dan membantu Nadira membereskan berkas yang berserakan di lantai.

"Nggak usah ! kalian lanjutkan bekerja saja, saya bisa berekan ini kok" jelas Nadira mencoba menolak beberapa orang yang membantunya

"Nggak bu, bu Nadira duduk saja biar kami yang bereskan, jangan capek-capek bu"

"Iya, bu Nadira duduk dulu saja takutnya nanti kram atau apa"

"Tapi saya nggak apa-apa kok"

Beberapa karyawan yang membantunya enggan untuk menghentikan aktivitasnya dalam membantu Nadira. Hal itu, membuat Nadira merasa tidak nyaman, biar bagaimanapun hari ini ia adalah sekretaris pribadi Adrian, bukanlah sebagai istri dari seorang CEO sehingga mendapatkan perhatian lebih yang membuatnya benar-benar tidak nyaman. setiap hal yang salah ia lakukan maka, akan ada beberapa staf yang akan langsung membereskan pekerjaan dari Nadira, hal itu dilakukan yang tak lain karena hanya ad satu alasan yaitu, Nadira adalah istri seorang Adrian pemilik kantor, pemegang saham, maka dari itu mereka takut jika tidak segera menolong Nadira mereka akan kena semprot oleh Adrian alias bosnya.

*****

Nadira berjalan mengantarkan bebrapa berkas yang harus ditanda tangani oleh suaminya, ia mengetuk pintu ruangan suaminya, biar bagaimanapun ia harus tetap bekerja profesional walaupun dengan suaminya sendiri.

"Ya ampun sayang, kenapa harus ketok pintu segala sih?"

"Aku kan sekretaris kamu, aku lagi kerja sama kamu"

"Kamu tuh ada-ada aja, nggak usah kerja sayang harta aku nggak bakalan ada habisnya"

"Astaghfirullah. .nggak boleh riya sayang, kamu jadi miskin baru tau rasa, aku tinggal nikah sama Park chanyeol"

"Udah punya suami ganteng, masih aja mikirin oppa"

"Udah buruan tanda tangan sayaang" titah Nadira mencoba agar suaminya segera menanda tangani berkas yang ia bawa

Setelah selesai menandatangani berkas, Adrian mengamati istrinya yang tengah memakai dress berwarna nude, di padukan dengan blazer berwarna pink dusty, Nadira terlihat cantik bagi Adrian istrinya itu memang selalu cantik dalam keadaan apapun. Mata Adrian terfokus pada bagian kaki Nadira yang terihat memerah, lecet dan menahan sakitnya sat berjalan.

Hal itu membuat Adrian menarik Nadira kedalam pelukkannya, dan langsung membopong tubuh Nadira, mendudukkan Nadira pada soffa di ruangannya.

"Kamu kenapasih?"

bukannya menjawab, Adrian langsung mengambil kotak p3k.

"Kamu yang kenapa, udah lagi hamil, kaki lecet malah masih aja pakek high heels, mau jadi sekretaris apa mau gaet staff aku?"

Nadira hanya menahan rasa perih dengan tersenyum melihat suaminya sedetail itu dalam memperhatikan dirinya.

"Ngapain juga gaet staff kamu? mending gaet Park seojoon"

"ckckcck. . .lain kali jangan ceroboh deh, udah tau lagi hamil jangan pake high heels dong sayang batu banget kalo dibilangin"

"Iya maaf sayang, ssshhh. . .sakit pelan-pelan dong kamu obatinya"

"Klo suami ngomong di dengerin Nadira clarissa prasaja"

Nadira langsung memberikan kecupan singkat pada bibir suaminya, diakhiri dengan senyum dari Nadira, ia sangat gemas melihat Adrian khawatir, cemburu, marah. Jika suaminya sudah memanggil namanya dengan nama lengkap, itu sudah menjadi isyarat bahwa Adrian benar-benar sedang kesal.

"Janji nggak ginih lagi sayang"

Adrian tidak menggubris, ia melanjutkan kegiatannya untuk menutup luka nadira dengan plester.

"Ngambekkin aku nih kamu?"

"Hmm"

"Sayang banget diambekkin, padahal aku mau minta cium"

Tanpa ba bi bu, Adrian langsung menghujani kecupan pada wajah Nadira, berakhir dengan lumatan kecil dibibir Nadira, hal itu berakhir saat Nadira sadar bahwa ada banyak mata tengah menonton. Beberapa karywannya tengah menonton di balik pintu kaca di ruangam Adrian yang memang bisa di lihat oleh siapapun.

"Heh ! bubaaarr! gak bisa liat bosnya seneng dikit apa ya" usir Adrian

Nadira hanya menahan malu dan tawanya saat Adrian kesal dan mengusir beberpa karyawan yang mengintipnya melalui pintu. Hal ini membuatnya ingin sekali mengganti pintu ruangannya agar ia tidak diganggu oleh siapapun termasuk karyawannya.











_____________

Holaaa,

how was your day?

maaf sedikit terlambat dan mungkin sudah kehilangan feel, terimakasih sudah selalu setia <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My perfect duda 2 (my perfect husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang