Bagian 3

2.8K 187 4
                                    

Aku tengah sibuk membuat Aa,bio dan cio agar ia tenang saat aku meninggalkan mereka, siang ini Adrian baru saja menelfon bahwa berkas laporannya tertinggal di meja kerjanya, hal itu membuatku segera bergegas untuk mengantarkan berkas tersebut untuk dia.

"Kalian di rumah dulu ya sayang, bunda janji cepet pulang"

"bunaaa, janan gi" ucap bio yang menatapku dengan tatapan memelas

saat menjadi ibu, yang paling susah dan sulit adalah meninggalkan anak aku tahu, ini hanya sebentar tapi, rasanya sangat berat apalagi saat mereka memperlihatkan dengab tatapan yang memelas rasanya tatapan itu menyentuh hatiku.

"Bunda cuman sebentar sayang, bunda janji yaa"

"Tenang aja bunda, Ken bakalan jagain adik-adik eh maksud Ken, kakak-kakak kenzo yang masih baby ini" kenzo mencoba meyakinkanku dimana dirumah hanya ada dia dan asisten keluargaku.

"Kenzo jangan keluar, jangan sembarang buka pintu, ken harus liat monitor dulu sebelun buka pintu, kalo ada mommy ken jangan ikut oke?"

"Come on bunda, i don't wanna meet my mommy ken takut ketemu mommy, ken bakalan jagain mereka, dan selalu patuhi bunda, ken sayang bunda"

Kenzo benar-benar mengambil hatiku denga perkataanya yang tulus,jujur dan penuh kasih sayang. Seolah saat aku mendengar ungkapan kata dari kenzo sukses membuatku tersenyum dan senang.

•••••
Setelah beberapa menit aku sudah terjebak macet, akhirnya aku sampai di kantor suamiki rasanya sudah lama aku tidak melangkahkan kakiku ke kantor ini, seperri biasa di pintu masuk setiap pegawai menunduk memberiku hormat, suara langkah sepatuku juga menghipnotis membuat perhatian semua orang tertuju padaku, untung saja aku sedikit berdandan dan memakai outfit yang tidak memalukan walau hanya dress selutut, di padukan dengan tas berwarna mustard.

"Selamat siang bu nadira"

"Siang. . ." jawbku pada setiap pegawai yang menyapaku di setiap lorong

saat menaiki lift aku memilih lift khusus yang mengarah menuju ruangan Adrian langsung. sesampainya di ruangan Adrian, seperti biasa ia selalu bersikap seperti bayi besarku yang sangat haus akan kasih sayang.

"Sayaaang" panggilnya sambil memeluk tubuhku dan menghirup aroma shampoo strawberry

"Ada apa?"

"Terimakasih, sudah mau datang maaf yah, aku ngerepotin kamu"

"sama-sama, dari pada ngerepotin wanita lain? ya mending repotin istri sendiri kan?"

"iyaa sayang iyaa. . .mana berkasnya?"

"Ini berkasnya, lain kali lebih teliti lagi dong, masa sekarang sering banget lupa"

"Biarin aja, biar aku ketemu kamu"

"Jangan gitu lah, kan bisa ketemu aku kalo di rumah"

Adrian hanya mengangguk menurut mengiyakan perkataanku, sebenarnya aku juga senang bahkan, lebih senang saat Adrian dirumah menghabiskan waktu bersamaku dan anak-anak tetapi, disisi lain ia harus bekerja dimana tanggung jawab dia sebagai seorang Ceo.

Aku juga merasa perbedaan hubungan kami dimana saat ada triple lahir, kami jarang menghabiskan quality time, aku dan Adrian sibuk mengurus anak-anak yang masih kecil sementara Adrian sibuk dengan pekerjaanya. Aku juga mewajari hal itu dimana ini adalah resiko dalam hal pernikahan yang harus bisa aku lalui dan lewati awalnya, aku merasa Adrian berubah denganku tetapi ternyata itu hanya perasaanku saja dimana aku sebagai istri juga harus bisa membagi perhatianku kepada anak-anak dan juga suamiku.

kami memang memiliki kesibukkan masing-masing namun, selama diantara kami mau dan bisa membagi kesibukan dengan lebih memperhatikan pasangan maka tidak akan ada yang merasa berubah. Mengurus anak itu suatu kewajiban bagi seorang ibu, mengurus suami dan tetap memperhatikan suami disaat aku sibuk dengan anak-anak juga hal yang wajib sebab, dengan hal ini kami sama sama tidak akan merasa kehilangan cinta masing-masing.

My perfect duda 2 (my perfect husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang