4

5.7K 483 21
                                    

Jaemin mengaduk-aduk supnya dengan pikiran menerawang, dia memikirkan Mark, kemarin sore dia meninggalkannya dan menitipkannya pada Renjun. Sore ini dia harus menjenguknya. Bagaimana kondisi Mark? dia habis mengalami serangan, bagaimana kalau dia mengalami serangan lagi?

Jeno menatap Jaemin dari seberang meja, apa yang dipikirkan pria itu? Kenapa dia tampak begitu tidak bahagia? Bukankah dia baru saja mendapatkan uang dalam jumlah banyak yang bebas digunakannya melakukan apapun?

Ataukah dia menyesal sudah menyerahkan diri padaku? Pikiran buruk itu tiba-tiba menyergap otaknya. Dalam Kapasitas apa dia menyesali sudah menyerahkan diri padaku?

Jeno menggertakkan giginya, seharusnya pria ini bangga, aku, Lee Jeno, orang yang sangat kaya dan berasal dari keturunan keluarga kaya terpandang di negaranya, yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau.

Jeno memikirkan semua keputusannya semalam. Ternyata ini bukan obsesi mau pun kegilaan sesaat, ternyata bahkan setelah percintaan marathon mereka semalam dan tadi pagi, dirinya masih menginginkan Jaemin. Amat sangat menginginkannya malahan, Setelah hasratnya terpuaskan pada tubuh Jaemin, bukannya semakin reda dia malah makin ingin dan ingin lagi, pria itu begitu polos tapi menggairahkan dan di dalam otaknya ini penuh dengan hasrat untuk mengajari pria itu bagaimana cara memuaskannya.

Dengan kesal dia mengutuk pemikirannya itu.

Apakah aku sudah menjadi seorang maniak seks?

Jeno memikirkan jeda sejenak tadi, ketika dia menghubungi Jaehyun pengacara kepercayaannya dan menyatakan niatnya serta minta dibuatkan draft surat perjanjiaannya. Jaehyun adalah pengacara kepercayaannya sejak dulu.

Lelaki Korea Selatan ini telah menempuh pendidikan hukum di Canada, dan di sanalah mereka berkenalan. Beberapa tahun kemudian, setelah pulang ke Korea Selatan, dia membangun karir menjadi pengacara yang hebat. Dan ketika Jeno memutuskan memimpin cabang di Korea Selatan, mereka bertemu lagi, lalu menjalin kerjasama kerja, dia juga sudah menganggap Jaehyun sebagai hyungnya sendiri.

Jeno tahu Jaehyun tidak akan bertanya apapun yang tidak perlu tentang keputusannya. Lelaki itu sudah terbiasa dengan keputusan dan rencana-rencana bisnis Jeno yang ekstrim.

Tetapi saat Jeno membicarakan hal tersebut, ada kecemasan dalam suara Jaehyun.

"Kau yakin? Ini memang surat jual beli, tapi ini ekstrim Jeno, jual beli manusia, jual beli pelayanan seks. kau bisa dibilang melanggar hukum malahan kalau suatu saat nanti terjadi masalah, apalagi mengingat kau warga negara asing."

Jeno tersenyum, Jaemin tidak akan berpikir sejauh itu, bukannya pria itu bodoh, tapi dia terlalu polos, entah kenapa Jeno percaya bahwa Jaemin akan menepati janjinya.

"Buat saja hyung, selanjutnya biar aku yang menanggung." gumamnya yakin.

Jaehyun tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Jeno yakin lelaki itu menunggu sampai mereka bertatap muka baru dia akan mengajukan pertanyaan mendetail.

Jaehyun adalah lelaki yang sangat analisis, Jeno menahan senyumnya.

Pikirannya kembali ke masa sekarang, dan menatap Jaemin yang seolah tidak selera makan.

"Kenapa kau tidak memakan makananmu?" desis Jeno, hanya sebuah desisan dan Jaemin terlonjak kaget, apakah dia sebegitu menakutkannya bagi Jaemin.

"Jeno." Jaemin menyebutkan nama Jeno dengan pelan, di telinga Jeno suaranya terdengar begitu merdu bagaikan ajakan bercinta.

"Sesuai perjanjian kemarin, aku akan selalu ada kapanpun kamu membutuhkanku." pipi Jaemin bersemu merah mengingat arti dari kata membutuhkan.

"Aku... bolehkah aku meminta waktu untuk diriku sendiri setiap harinya dari jam pulang kantor sampai jam sembilan malam?" suara Jaemin terdengar tertelan dan takut-takut.

A Romantic Story About Jaemin || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang