Secret Marriage √

23. Long Distance Relationship

Selamat Hari Raya Idul Fitri ya teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin.

Menjadi istri seorang selebriti harus siap ditinggal sendirian di rumah, karena banyaknya kegiatan di luar. Apalagi kalau lagi syuting, bakalan ditinggal terus. Kayak Mas Adam nih, dia sudah kembali syuting sejak seminggu lalu untuk proyek web series-nya. Aku lagi-lagi harus tinggal sendirian di apartment ini.

Nggak, nggak lagi kangen. Cuma... nggak ada teman diajak ngegibah di sini. Bosan, tau!

Untungnya jarak lokasi syuting Mas Adam sama apartment nggak jauh-jauh amat. Kurang lebih tiga jam kalau naik mobil. Kadang Mas Adam syutingnya sampai jam dua dinihari katanya. Makanya Mas Adam lebih memilih menginap di hotel yang sudah disediakan tim produksi ketimbang pulang balik dari lokasi syuting ke apart.

Selama seminggu LDR-an dengan Mas Adam, kami belum juga saling kontak via telepon. Pernah sih Mas Adam menelepon pas dinihari jam satu, tapi aku sudah keburu tidur waktu itu.

Kebetulan besok sabtu, dan aku free kantor seperti biasa. Mas Adam sudah berpesan mau nelepon malam, biar nggak kecolongan lagi sama tidurnya aku. Tapi hampir jam dua belas malam begini, Mas Adam belum juga nelepon. Padahal udah ditungguin dari tadi.

Tiba-tiba saja intro musik dari lagu Love Confession miliknya Jay Chou menyapa telingaku. Aku segera meraih handphone yang kini menampilkan nama Mas Adam di layar. Menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, aku lantas mengangkat panggilan telepon dari Mas Adam.

"Halo, Mas Adam?" Eh, apa sapaanku terdengar canggung? Duh, aku sebetulnya jarang bertelepon dengan Mas Adam, jadinya begini.

"Lagi ngapain?" tanya Mas Adam dari seberang sana.

"Mau tidur," jawabku sekenanya. "Mas Adam nelepon mau ngapain?"

"Kok ngapain? Emang nggak boleh nelepon kamu?"

Dih, langsung julid ditanya begitu. Siapa tahu kan mau menyampaikan sesuatu yang penting.

"Boleh sih, cuma tumben aja nelepon."

Kudengar suara decakan di sana.

"Video call aja, ya."

Aku lantas menjauhkan handphone dari telinga, dan kini menghadapkan ke wajahku dengan jarak kurang lebih tiga puluh sentimeter. Di layar, kulihat Mas Adam dengan wajah nampak lesu dan tengah bertelanjang dada. Sepertinya dia lagi di kamar hotel tempatnya menginap.

Tanpa sadar aku tertawa melihat layar handphoneku.

"Ngapain ketawa?"

Aku dengan cepat menggeleng ketika Mas Adam bertanya begitu. Itu hanya reaksi refleks karena baru pertama kali video call dengan Mas Adam.

"Mas Adam baru kelar syuting?"

Mas Adam terlihat mengangguk, bahkan ia menguap lebar di hadapanku. Kayaknya bener kecapekan deh dia.

"Ya udah, tidur gih. Besok masih syuting kan?"

Kudengar Mas Adam berdehem. Namun sedetik kemudian ia mencoba membuka matanya lebar-lebar seakan berusaha untuk tidak ketiduran.

"Besok kamu ngantor?" tanya Mas Adam.

"Nggak. Kan weekend, Mas."

"Kalo gitu, kamu sini deh. Datang ke sini, ke lokasi syuting."