Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seharusnya hari ini adalah awal hari yang menyenangkan untuk Alisha, sebab pagi ini sang mertua berpamitan untuk pulang, menjadikannya tidak perlu repot-repot berlakon layaknya suami-istri yang harmonis bersama Vincent.
Namun, semua berubah. Berubah semenjak dirinya terlibat dalam malam memabukkan yang ia lalui bersama Vincent. Alisha mendadak seperti orang bodoh, ia lebih banyak terdiam. Dan yang lebih bukan seharusnya tatkala ia menuruti Vincent saat pria tampan itu menyiapkan pakaiannya untuk ke kantor; blouse dengan celana bahan panjang.
Di dalam ruangannya Alisha bergeming lagi, menatap kosong jendela ruangan kerjanya. Bahkan ia menolak beberapa kali panggilan masuk di telepon kantor dan mengusir karyawannya agar tidak memasuki ruangannya dulu.
Beberapa kilatan kejadian memenuhi isi kepala, memberikan sensasi nyeri yang ia rasakan di area kepalanya. Jemari lentiknya meremat surainya, Alisha beranjak dan menempatkan dirinya di sudut ruangan. Nafasnya mulai tersengal, cairan bening sudah membendung di pelupuk matanya. Pun Alisha menenggelamkan wajahnya di antara lututnya.
Di sisi lain, Vincent tengah sibuk dengan pekerjaannya. Usai menikahi Alisha, Vincent ditempatkan di ruangan yang jauh dengan wanita itu. Ruangan Vincent berada di lantai dua belas, sedangkan Alisha berada di lantai empat. Awalnya pria tampan itu ingin mengundurkan diri dan mencari perusahaan baru untuk melamar kerja, terlebih lagi beberapa kebijakan kantor melarang suami-istri bekerja di tempat yang sama.
Namun, karena Vincent kini menjabat sebagai menantu dari sang pemilik perusahaan, membuatnya mau tidak mau menuruti titahan Alex Jung untuk tetap bekerja di perusahaan.
Lima menit berselang, ruangan Vincent mendapat ketukan. Pun pria itu bersuara untuk membiarkan seseorang itu masuk. Kedua alisnya sempat terangkat tatkala mendapati sosok wanita yang menjabat sebagai sekretaris Alisha mendatangi ruangannya.
“Ya?”
“Tuan Vincent, Nona Alisha sakit,” ucap wanita itu.
“Apa?” Seketika membuat tubuh tegap Vincent beranjak dari duduknya. Pria tampan itu lekas melangkahkan tungkainya meninggalkan ruangan untuk lekas melihat kondisi Alisha.
Diikuti sekretaris Alisha yang membututinya dari belakang. Kedua pribadi itu memasuki lift untuk sampai ke lantai tujuan.
Butuh waktu hampir delapan menit untuk Vincent sampai di ruangan Alisha. Netra monolidnya sempat berpendar ke seluruh penjuru ruangan tatkala tangannya berhasil membuka pintu. Vincent mendapati Alisha tengah meringkuk di sudut ruangan dengan tubuh yang gemetar.
“Apa yang terjadi?” Vincent bersuara sambil mendekati keberadaan Alisha, kedua tangannya meraih bahu sempit gadis itu.
“Aku tidak tahu, Tuan. Saat aku memasuki ruangannya, Nona Alisha seperti orang kedinginan, dia memeluk lututnya sambil menangis,” tukas sang sekretaris.