6.

436 77 3
                                    

Besok adalah hari yang sangat Johnny tunggu selama satu tahun ini. Lebih tepatnya acara yang selalu Johnny tunggu setiap tahun. Bahkan melebihi hari ulang tahunnya sendiri.

Untuk persiapan acara sudah selesai semuanya. 100% selesai hanya menunggu hari H. Maka dari itu hari ini adalah hari untuk Johnny sendiri. Membeli keperluan pribadinya untuk datang ke acara.

Seperti membeli pakaian, sepatu, memotong rambut, atau mencari seseorang yang bisa dijadikan pendamping datang ke acaranya.

Dan poin terakhir sudah Johnny temukan sejak satu minggu yang lalu. Bahkan orang itu sudah menemani Johnny mempersiapkan acaranya juga. Ten adalah orangnya. Johnny harus lebih sering datang ke gereja untuk bersyukur sepertinya.

"Bagaimana menurut kamu?" Ten keluar dari bilik pas. Dengan setelan jas berwarna hijau tua dengan detail yang sangat cantik dan pas untuknya.

Johnny terkesima melihat pemandangan luar biasa di hadapannya sekarang. Rasanya Ten sangat-sangat-sangat cocok untuk dijadikan pasangan di atas altar, di depan Pendeta.

eh?

"Wow, beautiful. Sangat cocok, Ten." puji Johnny.

Johnny benar-benar seperti tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Ten sekarang. Benar-benar tidak boleh dilewatkan, walau hanya satu detik.

"Ten, boleh minta tolong pilihkan untukku? Aku harus mengangkat panggilan sebentar," kata Johnny dengan menunjukkan layar ponsel yang menunjukkan notifikasi panggilan dari seseorang.

Ten mengangguk ragu, "Bagaimana jika tidak cocok dengan selera mu?" tanya Ten sebelum Johnny keluar dari toko.

"I trust your style. Pilihan kamu engga akan salah. Aku tinggal dulu, ya." dan Johnny pergi dari toko untuk mengangkat panggilan.

Tersisa Ten yang membuka satu persatu detail jas yang ada di gantungan. Memilih beberapa yang membuat mata manjanya tertarik.

"Size Johnny apaaaa!?" Ten frustasi sekarang. Bagaimana dia bisa lupa untuk menanyakan hal terpenting dari memilih dan membeli pakaian.

-~~~-

*click!

Notifikasi dari ponsel Yuqi membuat atensi kakak beradik yang tengah fokus itu berubah.

"Kak Ten," kata Yuqi setelah membaca notifikasinya.

"Kenapa?" tanya Lucas.

Kak Ten </3

| What do you think, guys? ( ꈍᴗꈍ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

| What do you think, guys? ( ꈍᴗꈍ)

"KAK TEN MAU MENIKAH DI CHICAGO?! TELPON DIAA!" pekik Lucas heboh setelah membaca pesan dari Kakaknya.

Yuqi panik mendengar teriakkan Lucas dan langsung menekan icon panggilan. Selama menunggu panggilan diterima Lucas sudah mengomel dengan berbagai omelan panik dan kesalnya.

Kalau Ten melihat secara langsung, sudah pasti pipi chubby Lucas lenyap Ten uyel-uyel.

"Hallow~~" suara Ten dari sebrang mengawali panggilan.

"Halloow, how are you Kak?" tanya Yuqi menyapa kakaknya.

"Not bad~ I'm happy here~" jawab Ten. Nada suara Ten sudah berubah dari pertama kali Ten tiba di Chicago. Seperti Ten sudah nyaman disana.

Lucas menelan air putih yang ia minum dan mengambil ponsel milik adiknya. Mengabaikan protes Yuqi karena memotong obrolan serunya.

"Kak! Kamu mau menikah?!" tanya Lucas to the point.

Ten bingung. Tiba-tiba bertanya soal menikah? Aneh sekali.

"Pardon? Kenapa tanya menikah?" Ten meminta penjelasan. Sudah pasti Lucas tidak akan bertanya jika tidak ada penyebab pasti pemikirannya.

"Jas mu seperti akan menikah! Jangan menikah tanpa aku, Kak!"

Ten paham dan ia terkekeh.

"Aku tidak menikah, Lucaass! Lagipula mana bisa aku menikah sekarang."

"You can if you want, Kak. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini," sahut Yuqi.

Ten dengan otak isengnya menjawab, "Oh? So... Can I?" tanya Ten dengan senyum jahil di sebrang. Tanpa Lucas maupun Yuqi tahu ekspresi Ten.

"Nooooo!" teriak Lucas tidak setuju.

-~~~-

"John? Are you okay?" tanya Ten dengan menepuk pundak teman menontonnya.

Johnny yang kembali ke dunia nyata hanya tersenyum kikuk. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Malu rasanya ditegur secara langsung oleh orang yang ia perhatikan sejak tadi.

"Nah, i'm okay. By the way, Ten." Johnny menahan tangan Ten ketika si manis hendak masuk ke dalam ballroom.

"Boleh kita pergi dari sini? Rasanya tempat ini tidak cocok untuk kita," kata Johnny.

"Huh?" Ten dengan otak setengah bekerja.

"Iya, kamu lebih cocok menjadi pendamping ku di atas altar dan di depan Pendeta. Daripada hanya menjadi pendamping menonton konser."

Pipi Ten bersemu merah.

-~~~-








A/N : Sudah mulai saling menggoda tanpa ada status yang jelas, haha.

Chicago and Him✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang