"Huh, aku tidak melakukan apapun kan semalam?" tanya Ten setelah ia bangun dari tidur dan melihat Johnny masih dengan posisi tidur dan memperhatikan dirinya.
Johnny menatap Ten tak percaya, "Tidak melakukan apapun?! Uh, lalu yang kamu lakukan padaku semalam itu apa, Ten?" dengan wajah dramatisnya Johnny membuat pikiran Ten melayang-layang bebas.
"Apa maksudmu?" Ten meminta penjelasan.
"Kamu mencium ku, dan kamu bilang tidak melakukan apapun?"
Ten panik. Apa dia minum sangat banyak? Apa dia kehilangan kendali semalam? Apa dia mengatakan perasaannya? dan banyak hal paling buruk yang bisa Ten lakukan jika mabuk masuk ke pikirannya.
Johnny menahan tawanya. Melihat wajah panik dan linglung Ten itu menggemaskan.
"Ya, baiklah kalau kamu lupa. Aku mandi lebih dulu dan akan menyiapkan sarapan," ucap Johnny lalu pergi ke kamar mandi. Sementara Ten masih dengan pikiran negatifnya.
Yang Johnny katakan barusan hanya bualan. Ten tidak melakukan apapun saat mabuk. Dia hanya bersandar dengan tatapan sayu dan mengoceh. Kalaupun Ten melakukan hal aneh, sudah pasti Johnny menahannya. Sebesar apapun rasa Johnny ingin memiliki Ten, tidak ada terbesit pikiran untuk merusak Ten.
Johnny akan mendapatkan Ten-nya dengan cara yang benar.
-~~~-
Tiga hari lagi Ten akan pulang ke Seoul. Karena itu hari ini Johnny dan Ten ke bandara. Mereka akan membeli tiket untuk Ten pulang.
Sebenarnya bisa saja mereka membeli tiket secara online, atau meminta bantuan asisten Ten untuk membelikan tiket. Tapi Ten menolak, ia memilih untuk ke bandara ditemani Johnny.
Hanya tersisa tiga hari lagi untuk mereka bisa bersama. Ten ingin menghabiskan tiga harinya dengan baik. Dan Johnny ingin memiliki banyak kenangan bersama Ten. Agar bisa mereka kenang suatu hari nanti.
Entah untuk diceritakan kepada keturunan mereka. Atau hanya untuk dikenang di dalam ingatan mereka berdua saja.
"Sudah?" Johnny berdiri ketika Ten selesai dengan urusannya.
"Ung! Hari minggu pagi." mata Ten menatap Johnny. Ia merasa sedih tidak akan bisa bertatapan langsung dengan manik mata indah itu setelah ini. Tidak ada lagi tatapan manja. Tidak ada lagi tatapan kesal ketika Ten bercerita tentang mantan kekasih dan pekerjaannya.
Manik mata dan ciptaan Tuhan yang akan selalu Ten ingat.
Mereka berjalan beriringan hingga ke parkiran mobil. Johnny membukakan pintu untuk Ten. Ia akan melayani Ten sebagai Ratunya sekarang.
"Ten, mau mampir ke rumah Sooyoung?" tanya Johnny saat mobilnya berhenti karena lampu merah.
-~~~-
"Kenapa cepat sekali?!" suara Sooyoung meninggi ketika Ten berkata bahwa ia akan pulang tiga hari lagi.
"Babe, jangan teriak," Sungjae menenangkan istrinya. Ia menarik tangan istrinya pelan agar kembali duduk. Istrinya jika terkejut akan sedikit berlebihan. Berlebihan atau lebay? Tergantung menurut kalian bagaimana.
"Huh, maaf aku hanya shock." Sooyoung menarik napas dan mengusap perutnya yang membesar.
Ten terkekeh. Sangat menggemaskan melihat wanita hamil yang mengusap perutnya. Apalagi ketika sang suami berada di dekatnya dan ikut mengusap perut buncit itu. Uh, sangat menggemaskan.
Suatu saat mungkin Ten akan merasakannya.
"Jangan menebarkan ke-uwuan di depan ku! " protes Johnny.
Sungjae tertawa, "Ah maaf. Aku lupa kalau adik kecilku ini akan ditinggal pujaan hatinya sebentar lagi," goda Sungjae.
Dan itu membuat Johnny merasa sedih. Pujaan hati? Iya, Johnny merasakan perasaan yang lebih dari sekedar sahabat kepada Ten. Untuk pujaan hati... Entahlah, Johnny masih ragu dengan hal itu.
Kurang lebih hampir tiga jam mereka mengobrol. Akhirnya tiba waktunya untuk Ten dan Johnny pulang karena sudah terlalu larut. Dan Sooyoung tentu harus istirahat. Bumil itu selalu manja jika sore mulai datang.
"Berkunjunglah jika kamu ada waktu luang. Bayi kecil ku akan sangat senang jika bisa bertemu dengan mu nanti." ucap Sooyoung dengan senyum manis.
Ten mengusap perut besar itu. Ada makhluk hidup di dalam sana. Ada makhluk yang akan menjadi penghuni bumi. Ada bayi yang akan sangat beruntung memiliki paman seperti Johnny di sisinya nanti.
"Bayi kecil, sehat-sehat ya. Jika ada kesempatan, semoga kita bertemu di dunia." Ten terkejut karena bayi itu bergerak di dalam sana.
"Lihatlah, dia sepertinya sedih karena akan berpisah denganmu, Ten." Sooyoung menatap Ten haru.
Johnny tersenyum hangat melihat kegemasan ini. Dua sosok yang berharga untuk Johnny. Dan satu bayi yang akan segera hadir menjadi sosok penambah list orang-orang berharga dalam hidup Johnny.
Lihatlah, dari sejak di dalam perut bayi itu sudah mengerti perasaan pamannya. Sepertinya bayi itu tahu bahwa Johnny sangat sedih akan berpisah dengan Ten dan ia ikut sedih di dalam sana.
"Kita akan bertemu nanti, tumbuh jadi anak yang baik ya..." kalimat terakhir sebelum mereka berdua benar-benar meninggalkan pekarangan keluarga kecil Sungjae.
-~~~-
"Menginap di sini untuk dua hari, boleh?" pinta Ten saat mereka berdua sudah di parkiran.
Hari sudah gelap. Bintang dan bulan sudah bekerja sejak beberapa jam yang lalu. Yang berarti hanya tersisa dua malam hingga Ten kembali ke negaranya.
Ten meminta Johnny untuk menginap di malam terakhir. Karena sejujurnya masih banyak hal yang belum bisa mereka berdua lakukan. Setidaknya dua hari dua malam mungkin cukup untuk mereka melakukan hal yang tidak bisa mereka lakukan.
"Bantu aku untuk packing..." pinta Ten.
Tidak, itu bukan tujuan awal Ten meminta Johnny untuk menginap. Tapi Johnny sudah pasti menolak jika tidak ada alasan yang memberatkan Ten. Dan benar, Johnny setuju untuk menginap malam itu.
-~~~-
chapter selanjutnya ending:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chicago and Him✓
Fanfiction"Ternyata saat di mana Aku mempersilahkan dia duduk di taman hari itu, adalah awal dari semuanya." !bxb! Homophobic? Go away.