Sebenarnya apakah kebahagiaan itu cukup muncul dari sebuah kecukupan baik dari finansial atau cinta sekalipun? Atau ada hal yang perlu ditambahkan dalam mencapai kebahagiaan?
Hidupnya tercukupi bahkan lebih, memiliki paras manis nan tampan, tinggal di tempat yang nyaman, memiliki pasangan dengan paket lengkap (Sabar, Tampan, Mapan.) Hidupnya nyaris sempurna setelah pernikahannya, kehidupan pasangan yang tidak merasakan pertikaian yang besar, hanya masalah kecil yang menghiasi di antaranya.
Doyoung tidak henti-hentinya mengganggu pekerjaan Taeil, terlalu bosan karena semua yang ada di mansion tidak ada satupun yang menarik perhatiannya kecuali si pemilik. Taeil tidak masalah dengan Doyoung yang terus menempel, justru Taeil senang jika Doyoung harus bermanja-manja seperti ini.
Lewat satu minggu Doyoung selalu melakukan hal seperti ini, tiap malam padahal Taeil menuruti kemauan Doyoung tapi anehnya kenapa suami manis nya ini terus meminta melakukan hal intim.
"Kau tidak peka!" Doyoung mendengus kesal.
"Ada apa sayang?" Taeil memutar kursi kerjanya, membiarkan Doyoung duduk diatasnya.
Jari Doyoung menari-nari diatas dada Taeil, matanya menatap lucu dengan pipi yang digembungkan. Taeil gemas dengan sisi Kekanak-kanakan seorang Moon Doyoung.
"Kau ingin apa hum?" Taeil membelai surai halus Doyoung dengan penuh sayang.
Doyoung tidak menjawab namun memilih untuk memeluk Taeil, menghirup aroma yang menjadi candunya. Bibir Doyoung menggoda kulit ceruk leher Taeil, mencium dan menghisapnya sehingga lenguhan halus melantun dari bibir Taeil.
Taeil mengusap punggung Doyoung, membiarkan suaminya melakukan hal yang ingin dilakukannya. Diremasnya bongkahan padat Doyoung menggunakan tangan satunya, karena serangan balik Doyoung mengigit leher Taeil dan menjauhkan wajahnya dari sana.
Hawa ruangan yang awalnya mulai memanas tiba-tiba menjadi sangat tegang. Ekspresi wajah Taeil yang awalnya baik-baik saja seketika berubah. Begitupun dengan Doyoung, Ia meminta sesuatu yang seakan hanya satu pihak yang menginginkannya.
"Aku ingin memiliki momongan"
.
.
.
.
.
Dua hari setelah Doyoung menyampaikan apa keinginannya dan dua hari sudah keduanya tidak saling bicara, hal ini selalu terjadi saat Doyoung membicarakan prihal anak. Entah mengapa Doyoung merasa Taeil menjadi diam, apa suaminya memikirkan pernyataannya atau bagaimana Doyoung pun juga tidak paham dengan jalan pikiran Taeil.Selama menikah baru kali ini Doyoung merasa bersitegang, biasanya Taeil tidak akan seperti ini walaupun Doyoung melakukan sebuah kesalahan. Apakah salah jika Doyoung ingin memiliki anak?
"Sayang?" Kali ini Taeil yang membuka pembicaraan.
"Kenapa diam saja hum? Kau marah padaku?" Taeil meletakan kepalanya diatas paha Doyoung.
"Bukankah kau yang marah denganku?" Mata Doyoung berkedip-kedip lucu.
Pipi Doyoung dicubit gemas oleh Taeil yang tertawa, Taeil mana mungkin bisa marah kepada Doyoung, Ia terlalu mencintainya sehingga ingin marah saja tidak bisa. Doyoung menundukan pinggangnya untuk melumat bibir Taeil yang sedari tadi menertawainya. Tidak tinggal diam Taeil justru dengan senang hati meladeni permainan Doyoung.
Doyoung menahan bibir Taeil yang ingin menciumnya setelah membenarkan posisi.
"Hyung aku ingin memiliki anak"
"Kita bicarakan setelah ini"
Taeil menyingkirkan tangan Doyoung untuk kembali menyicipi bibir yang sudah jadi santapannya tiap hari. Suara desahan Doyoung selalu membuat Taeil bersemangat melancarkan aksinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Baby!! [Moon Taeil x Kim Doyoung]
Romance[Sequel of Four Seasons 🍃🍃] If they were meant to be in your life, nothing could ever make them leave. If they weren't, nothing in the world could make them stay. 🌕 ⚠️ BxB Area ⚠️ Mature content 🔞 ⚠️ Skip if you homophobic