Meeting

733 116 2
                                    

Kelopak matanya perlahan terbuka, membiasakan cahaya yang masuk kedalam retina nya. Doyoung ketiduran, mungkin karena terlalu lama menangis.

"Sayang? Yangyang?" Doyoung menepuk-nepuk pipi anaknya yang terpejam.

"Yangyang bangun!" Seluruh tubuh Doyoung gemetar, semua merupakan salahnya.

Tidak peduli dengan tatapan yang mengintimidasi saat Doyoung menunggu anaknya yang sedang diperiksa. Yangyang demam dan harus dirawat, Doyoung mengiyakan karena Ia tidak akan membiarkan anaknya mengalami hal yang tidak Doyoung inginkan.

Langkahnya gontai, kemana lagi Doyoung harus mencari pekerjaan. Jalan satu-satunya adalah Doyoung harus kembali.

Ya benar, Doyoung harus kembali.

Dengan berat kakinya mengijakan tempat yang bukan seharusnya Doyoung disini. Tangannya mengepal kuat meyakinkan diri sebelum mengetuk pintu yang ada dihadapannya. Setelah dipersilahkan untuk masuk, tanpa basa-basi lagi Doyoung bersujud memohon.

"Anakku sakit, aku mohon berikan aku uang."








"Aku menerima pekerjaan itu"










Tubuh sempurna Doyoung hanya dibalut oleh kemeja putih tipis yang bisa dibilang menerawang, tak lupa celana yang ketat yang menghiasi kaki jenjangnya. Ia mengigit bibir bagian bawahnya, kepalanya menunduk dan pikirannya sudah kacau. Doyoung harus melakukan ini demi anaknya, Yangyang.

Doyoung membawa nampan berisi minuman menuju sebuah bilik, banyak laki-laki yang berkumpul disana. Ia mengumpulkan keberaniannya, Doyoung meletakkan satu persatu minuman yang gerombolan tersebut pesan. Jangan lupakan senyum yang bertengger diwajah manis namun tampan itu.

"Hai sayang, sini ngobrol dulu sama kami" laki-laki buncit menyenggol teman disebelah dengan lirikan kode.

"Iya sini manis" Lengan Doyoung ditarik kencang sehingga tubuhnya terhuyung kedepan membuatnya jatuh kedalam pelukan pria dewasa di sebelah pinggir.

"Uh nakal ya" Demi Tuhan, Doyoung tidak sengaja memegang penis yang masih terbalut celana itu.

Doyoung memberontak saat tubuhnya dijamah, mulutnya dibungkam sehingga Doyoung tidak bisa berteriak. Tubuhnya disentuh dengan tidak sopannya, membuat Doyoung menangis tertahan.

Sakit, apa yang Doyoung rasakan adalah sakit. Mereka menyentuhnya dengan kasar, kemejanya sudah koyak hingga dadanya terekspos. Ia kotor, Doyoung sangat kotor kali ini.

"Hentikan."

"Apa hakmu huh?!" Satu orang disana tidak terima.

"Aku pemilik bar ini, lepaskan dia atau aku laporkan ke polisi atas tindakan pelecehan seksual"

Semua yang menyentuh Doyoung berhenti, sedangkan laki-laki kelinci ini langsung meringkuk menutupi wajah dan dadanya. Suara isakan terus keluar dari mulutnya. Doyoung merasa tubuhnya diangkat oleh seseorang, namun Doyoung belum sanggup untuk menunjukan wajahnya. Hati dan pikirannya sangat kacau saat ini, bukan pekerjaan ini yang Doyoung inginkan.

Doyoung tersadar dari pingsannya, namun Doyoung tidak mengenali tempat yang kini Ia singgahi. Namun sepertinya ini adalah apartemen berukuran studio. Doyoung memeriksa seluruh tubuhnya, apakah semalam Ia diperkosa atau tidak.

Pakaian yang digunakan masih sama, hanya saja kancingnya sudah tidak menempel disana. Doyoung ingat, semalam Ia dibawa oleh seseorang, Doyoung harus berterima kasih kepada orang itu. Mungkin orang yang menolongnya sedang keluar, Doyoung memutuskan untuk mandi, karena Ia merasa jijik dengan dirinya sendiri.

Hello Baby!! [Moon Taeil x Kim Doyoung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang