Maya mengerucutkan bibir mungilnya yang dipoles liptint berwarna merah muda. Sudah hampir 18 menit berlalu tapi ojek online pesanannya belum datang. Padahal, Maya sudah mengkalkulasi waktunya dengan sangat rinci hari ini. Seharusnya dia sudah masuk ke dalam keretanya, menuju stasiun Sudirman. Tapi dia masih saja berdiri di depan pagar rumahnya, menunggu si Bapak ojek online menunjukkan batang hidungnya.
Duh, kacau nih. Kalau 2 menit lagi si Bapak belum sampai juga, terpaksa aku batalin, ujarnya dalam hati. Sebenarnya Maya ga tega juga untuk membatalkan pesanannya tapi kalau ga begitu, bisa kacau balau agenda yang sudah dibuat Maya.
Tak lama kemudian, muncullah sebuah sepeda motor bebek yang ditunggu Maya. Untung ga jadi batalin, batinnya setelah melihat Bapak paruh baya yang menjadi driver ojek onlinenya. "Maaf ya, Neng. Tadi saya isi angin dulu soalnya ban saya kempes." kata si Bapak sambil mengelap peluhnya.
"Iya, Pak gapapa. Sayanya juga ga buru-buru, kok." tukas Maya, bohong. Dia bener-bener ga tega!
Bapak itu mengucapkan terima kasih sembari memberikan helm kopong berwarna hijau kepada Maya. Diterimanya helm itu, dipakainya, dan naik ke motornya.
8 menit kemudian, Maya sudah sampai di stasiun Kalibata dan menunggu kereta Sudirman yang menurut jadwal akan datang sekitar 15 menit lagi. Maya memutuskan untuk mengecek lagi agendanya dan membuat beberapa perubahan agar harinya bisa tetap terencana. Oke, seenggaknya rencana penting hari ini bisa terlaksana!, ujarnya dalam hati.
Suara wanita di pengeras suara membuat Maya refleks melihat ke arah kereta datang. Kepala kereta yang berwarna merah sudah tampak dari kejauhan. Maya memastikan semua barangnya sudah dia bawa dan tidak ada yang tertinggal di stasiun. Oke, semuanya sudah benar. Sekarang tinggal masuk kereta. Maya tersenyum karena dia berhasil menyelesaikan salah satu rencananya untuk hari ini, yaitu naik kereta Sudirman.
---
Suhu dingin perpustakaan membuat Maya menggosokkan kedua tangannya agar hangat. Perpustakaan berlantai tiga ini tidak cukup ramai karena masih jam makan siang. Maya sengaja memilih waktu jam makan siang agar dia bisa fokus mengerjakan tugasnya walaupun sebentar karena setelah jam makan siang berakhir, perpustakaan akan kembali ramai dengan mahasiswa-mahasiswi yang mau belajar atau sekedar numpang tidur.
Gadis setinggi 150 cm itu memilih untuk duduk di tempat yang jauh dari AC, di meja yang memiliki bilik-bilik pemisah, tempat yang paling diincar mahasiswa-mahasiswi yang numpang tidur. Ketika Maya mendaratkan bokongnya di kursi dan menurunkan tinggi kursinya, timbul suara yang berhasil membuat orang di sampingnya terbangun dan melirik kesal ke arahnya.
"Maaf, ga sengaja." ucapnya sambil memberikan tanda V pada cowok gondrong yang terbangun tadi. Laki-laki itu kembali memakai hoodienya dan membenamkan kepalanya di atas meja.
Aneh banget. Masa tidur di perpustakaan, batin Maya. Maya masih ga ngerti kenapa mahasiswa-mahasiswi di kampusnya lebih memilih tidur ketimbang belajar di perpustakaan. Padahal fungsi dari perpustakaan 'kan untuk belajar. Mereka malah mengejar mimpi, iya mengejar mimpi, maksudnya tidur.
---
Sudah tiga jam berlalu setelah Maya duduk di kursi ini dan entah sudah berapa jam cowok di sampingnya ini tidur. 30 menit lagi tutup, aku bangunin ga ya?, pikir Maya. Tapi dia segera mengurungkan niatnya karena masih terbayang matanya yang tajam tadi.
Secara perlahan, Maya membereskan laptop dan buku-bukunya. Namun kursi itu kembali berdecit ketika Maya bangun dari duduknya. Cowok itu bangun dengan mata yang super merah, siapa saja yang lihat pasti tahu kalau tidurnya sangat pulas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Maya dan Pilihannya
RomanceKetika Maya, si cewek yang biasa-biasa aja, mencoba untuk keluar dari zona nyamannya.