HAAAI I'm back :")
Setelah berapa lama nggak nulis, dan gak update hahaha semoga pada ga bosen ya.Selamat membaca, jangan lupa pencet vote⭐!
––——————————
10 tahun yang lalu...
Seorang bocah laki-laki berusia delapan tahun berjalan sambil membawa sebuah kotak berukuran sedang. Ia berjalan sambil bersenandung kecil.
Tibalah ia di depan sebuah rumah, yang di halamannya terdapat banyak sekali kardus dan barang-barang lain yang sudah dirapikan. Perlahan ia memasuki halaman rumah itu.
"Zweitson! Aku kira kamu nggak bakal dateng."
Bocah yang dipanggil 'Zweitson' itu tersenyum. Ia menghampiri temannya itu.
"Dateng, dong. Kan kamu mau pulang ke Jakarta. Masa aku nggak lihat kamu sebelum kamu berangkat?"
"Oiya, ini ada kue dari ibu. Buat kamu nanti di jalan ya. Kan kamu suka makan, Fik. Hihi."
Bocah berpipi tembam itu tertawa lucu. Ia memeluk temannya.
"Makasih ya, Son. Kita..bisa ketemu lagi kan ya?"
Zweitson mengangguk. "Kalau Tuhan merestui kita bertemu lagi, pasti kita akan ketemu lagi, kok. Makanya, jangan lupain aku, ya!"
Kedua sahabat itu berpelukan. Halaman rumah itu pun menjadi saksi bisu kedua sahabat itu untuk kembali bertemu.
***
Langit kota Salatiga begitu cerah siang itu. Di sebuah tempat, Zweitson dan teman-teman satu kelasnya sedang melakukan syuting video klip untuk memenuhi tugas seni musik dari guru mereka. Zweitson yang bersuara merdu didaulat untuk menjadi main vocal, dan ia pun tidak keberatan.
Empat jam kemudian, syuting selesai. Tema video klip yang mereka ambil cukup sederhana, sengaja agar tidak banyak memakan waktu. Mengingat masih banyak tugas yang harus mereka kerjakan jelang kenaikan kelas untuk menyempurnakan nilai rapot.
Zweitson menyibakkan rambutnya ke atas, lalu meminum habis air dalam botolnya. Kemudian ia meluruskan kakinya, pegal karena sedari tadi berdiri.
“Capek banget kayaknya, Son?” Tanya Aldi, salah satu teman sekelasnya.
Zweitson terkekeh. “Hahaha, ya lumayan lah.”Aldi mengedarkan pandangan pada teman-teman sekelasnya yang sudah berkumpul untuk mendengarkan evaluasi untuk hari ini. Kemudian ia berdiri, membuat atensi semua temannya tertuju padanya.
“Oke teman-teman. Aku selaku ketua kelas ngucapin makasih udah bekerja sama selama dua hari ini. Semoga nanti hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan nilai yang kita dapat juga memuaskan.”
“Aamiin,” sahut teman-temannya kompak.
“Mungkin dari main vocal kita mau menambahkan? Gimana rasanya terpilih menjadi main vocal?” Tanya Aldi yang pasti ditujukan untuk Zweitson.
“Hmm, ya perasaanku seneng-seneng aja sih. Seneng karena kalian percayain aku untuk jadi main vocal, dan ya pokoknya seneng lah. Makasih udah mau kerjasama ya teman-teman,” ujar Zweitson.
Selesai berfoto-foto, menyampaikan kesan pesan, dan lain-lain, kerumunan itu satu per satu mulai memisahkan diri. Zweitson sendiri membantu memasukkan peralatan syuting seperti lightning dan kamera ke dalam mobil. Setelah melihat tidak ada barang yang tertinggal, ia memakai tas nya kemudian naik ke dalam mobil Aldi. Temannya itu menawarkan tumpangan karena rumah mereka satu arah, jelas Zweitson tidak akan menolak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Life Sketch || UN1TY [END] ✓
ФанфикTanpa kita sadari, dalam hidup ini banyak sekali rangkaian peristiwa. Rangkaian yang kemudian menjadi sebuah cerita, dan tanpa sadar menjadi sketsa hidup kita. Yah walau bentuknya mungkin abstrak. Selamat datang, dan selamat bergabung ke dalam cerit...