Cowok itu menatap gundukan tanah dengan taburan bunga di atasnya. Ia terdiam dengan mata memerah. Kenyataan menamparnya kuat. Fisiknya belum sepenuhnya pulih, namun hatinya dipenuhi rasa pedih.
"Yuk, balik. Shella juga nggak mau lihat lo sedih terus. Lo kuat," ujar Shandy sambil merangkul Fenly.
Fenly masuk ke dalam mobil Shandy, dan duduk di kursi belakang. Kursi depan diduduki oleh Nindy.
"Minum, gue nggak mau lo dehidrasi lagi."
Fenly meminum air hingga habis. Ia baru saja diperbolehkan pulang tadi pagi, dan memaksa untuk ikut ke pemakaman Shella.
"Besok lo izin aja dulu, Selasa baru masuk lagi," usul Shandy.
"Nggak kak, gue mau segera nyelesain masalah kemarin."
"Nurut aja kenapa sih, hitung-hitung pemulihan lagi. Lo aja baru boleh pulang hari ini. Ya nggak, Nin?"
Nindy mengangguk. "Iya, tenang aja. Bukan berarti lo ketua OSIS, lo harus menyelesaikan semua masalah sendiri. Buat apa ada anggota OSIS lain kalo kayak gitu?"
Fenly akhirnya memutuskan untuk menuruti kata-kata kakak kelasnya itu.
***
Hari Selasa, Fenly kembali masuk ke sekolah setelah absen satu hari. Ia masih tak banyak bicara, banyak hal yang ia pikirkan.
Suasana kelas hening, hanya terdengar suara Bu Sinta, guru Matematika, membahas soal tentang matriks. Fiki sama sekali tidak fokus, ia berulang kali melirik ke arah Fenly yang menunduk sambil mencoret-coret asal di atas kertas.
"Fen, lo nggak apa-apa?"
Fenly mengangguk.
"Mau ke UKS?"
Fenly menggeleng.
Fiki menghela napas panjang. Tak biasanya Fenly seperti ini, rasanya aneh. Sejak pagi ia mencoba untuk menghiburnya karena tahu sahabat nya itu masih berduka. Fiki juga tahu tentang masalah di OSIS, Shandy yang memberitahunya, meminta Fiki untuk membantu menghibur Fenly.
Tok tok tok! Pintu kelas diketuk. Terlihat Zweitson, yang kemudian masuk dan menyalami Bu Sinta.
"Eh, Zweitson. Ada apa?"
"Saya disuruh sama pak Gilang buat manggil Fenly, Bu."
Bu Sinta mengangguk kemudian memberikan izin untuk Fenly keluar kelas. Fenly pamit kepada Bu Sinta kemudian ia keluar kelas dengan perasaan campur aduk. Sekarang saatnya, batin Fenly.
***
Fenly menatap orang di hadapannya dengan dada bergemuruh. Dia penyebab semua ini, penyebab Shella pergi, penyebab hancurnya acara seminar Sabtu lalu. Setiap kata yang ia keluarkan rasanya semakin membuat Fenly ingin mengeluarkan isi pikirannya yang pedas. Namun kehadiran Pak Gilang membuat dia menahannya.
"Sa-saya sangat menyesal telah berbuat seperti itu. Saya tidak tahu kalau itu berujung dengan perginya Shella, dan..hancurnya acara. Saya minta maaf," ujar gadis itu sambil tersedu.
"Apa yang membuat kamu melakukan hal seperti ini?" Tanya Pak Gilang.
Gadis itu masih tidak menjawab.
"Finny, jawab," ujar Pak Gilang, kali ini dengan sedikit menaikkan suaranya.
Finny menghela napas berat. "Saya melakukan hal ini karena ketidaksukaan saya terhadap Fenly, pak."
"Bisa dijelasin alasannya?" Tanya Fenly geram.
"Dari awal, saya yakin yang menjadi ketua OSIS adalah Shella. Dan saya pun mendukung Shella, karena dia teman saya semasa SMP. Saya tahu dia orang yang baik dan bisa diandalkan. Maka dari itu saya mendukungnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Life Sketch || UN1TY [END] ✓
FanficTanpa kita sadari, dalam hidup ini banyak sekali rangkaian peristiwa. Rangkaian yang kemudian menjadi sebuah cerita, dan tanpa sadar menjadi sketsa hidup kita. Yah walau bentuknya mungkin abstrak. Selamat datang, dan selamat bergabung ke dalam cerit...