Gun's Feeling

473 75 18
                                    

Apaakah aku mulai jatuh cinta? Jatuh cinta pada mata sebening lautan dan seterang sirius?

•••

Gun masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai, bahkan teriakan sang Ibu yang menyuruhnya makan malam pun ia idahkan, tubuhnya tiba-tiba saja terasa lemas dan letih.

Perlahan tapi pasti Gun membuka lemari pakaian, mengambil beberapa baju kemudian berlalu ke kamar mandi, di dalam kamar mandi Gun hanya bisa terdiam sembari memandang pantulan dirinya pada cermin.

Tangannya tanpa sadar terulur untuk mengelus permukaan bibir tebal miliknya, sebuah kilasan ingatan tiba-tiba saja hinggap. Tentang bagaimana Off mencium bibirnya, memanjakan bibirnya hingga Gun sendiri terlena dan menikmati permainan bibir mereka.

Gun menghela nafas panjang, membasuh wajahnya dengan air berusaha menghilangkan segala memori yang terbesit di sana.

"Ada apa denganku."

Perasaan Gun benar-benar campur aduk sekarang, ada rasa gelisah dan rasa senang yang bercampur menjadi satu. Beberapa hari ini memang Gun sedang tidak enak badan, jadi dia memutuskan untuk tidak pergi ke kampus, dan hari ini adalah hari pertamanya pergi namun sudah diberikan sebuah kejutan yang berarti.

Tempat tidur tidak menjadi tujuan utama Gun setelah keluar dari kamar mandi, ia memilih untuk mendekat kearah jendela panjang di kamarnya, menatap luasnya pepohonan rindang yang tertutupi oleh gelapnya malam. Perlahan tapi pasti Gun bisa merasakan jika kilasan itu kembali berputar seperti sebuah kaset yang rusak, bahkan Gun tidak bisa menghentikan kilasan tersebut mengambil seluruh akal sehatnya karena kini Gun tersenyum dengan sangat lebar.

Sedetik kemudian senyumnya hilang, akal sehatnya kembali menguasai. Seharusnya Gun marah Off menciumnya begitu saja, seharusnya Gun mendorong tubuh Off tadi, dan masih banyak kata seharusnya lagi dalam kepala Gun. Tapi, satu hal yang bahkan Gun tidak bisa tepis dengan akal sehatnya, yaitu jantungnya yang berdetak dengan kencang saat Off menyecapi setiap inchi rongga mulutnya.

"Bukankah harusnya aku sakit hati?" tanya Gun kepada dirinya sendiri, tangannya bertumpu pada kusen jendela yang sengaja ia buka.

Cahaya rembulan purnama menerangi malam yang gelap, netra Gun sama sekali tidak berpaling pada pepohonan rindang yang memanjakan matanya. Tapi, sekelebat bayangan membuat fokus Gun buyar dan Gun rasa ia mengetahui apa yang baru saja ia lihat.

Dengan terburu-buru Gun langsung membuka pintu kamarnya, menuruni undakan tangga dengan bibir yang ia gigit, dan saat membuka pintu utama yang dia lihat adalah Off sedang berdiri di sana sembari menggantungkan tangannya.

"Off."

"Gun."

Mereka menyapa bersama-sama kemudian hening dan canggung mendominasi, Off menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, seharusnya ia kesini untuk menemui Gun dan meminta maaf namun sepertinya ia salah langkah karena sekarang dirinya justru seperti orang linglung.

"Apakah kau hanya akan diam? Jika iya, akan ku tutup pintunya."

Tidak ada jawaban dari Off, sebenarnya Gun berharap Off mencegahnya menutup pintu namun sepertinya itu percuma. Gun perlahan menutup pintunya sebelum sebuah sepatu menghalangi pintu tersebut tertutup sempurna membuat Gun harus membukanya kembali, melihat Off yang masih mempertahankan kebisuannya.

"Maaf menganggumu malam-malam, aku ingin mengajakmu untuk keluar sekitar sini mencari angin..." Off menjeda sebentar kalimatnya menunggu Gun untuk membuka kembali pintu yang setengah tertutup. "Itu pun jika kau berkenan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[1] Universe - [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang