My Sun?

888 128 11
                                    

—Are you really my sun?

———

Matahari belum benar-benar terbangun dari tidur panjang nan nyenyaknya semalam, tapi Gun Caldwell sudah berada pada sudut ruangan dingin bernama aula dengan menatap seorang lelaki jangkung yang sedang menunggunya di dalam ruangan yang sedikit gelap dan hampir tanpa cahaya sedikit pun.

Langkah Gun sedikit berat, padahal dia memakai sepatu biasa bukan sepatu yang digunakan oleh prajurit-prajurit perang terdahulu. Gun hanya berjalan lurus dengan tatapan mata yang berfokus hanya pada lelaki itu, mukanya memerah panas, bukan karena malu tapi karena amarah yang membuncah hingga membuat dadanya sesak tak karuan.

Plak!

"Kau fikir aku akan menangisimu? Iya! Tapi tidak untuk waktu yang lama." Suara Gun bergema di dalam aula yang sepi dan jangan lupakan suara tamparan yang berhasil membangkitkan beberapa serangga kecil keluar dari rumahnya.

"Kita selesai." Gun pergi meninggalkan lelaki yang sedang mengusap pipinya panas itu.

Gun berjalan melewati lorong kampus yang sepi dengan tangan yang mengeratkan pegangan pada tas yang terselempang apik di bahunya, mengusap kasar air mata yang menuruni pipinya. Sial. Gun benci menjadi lemah hanya karena sebuah cinta yang bahkan tidak pernah di harapkan oleh lelaki yang menjadi lawan bicaranya tadi.

Berbelok menuju sayap kanan kampus untuk mengunjungi sebuah taman nun sepi yang hampir tidak pernah di datangi oleh mahasiswa/i di kampus ini, terduduk pada rerumputan basah bekas hujan yang mengguyur Praha semalaman penuh. Harum tanah basah bekas hujan masih bisa Gun rasakan menginvasi indera penciumannya, tenang, itu yang Gun rasakan.

Tangan Gun mencabuti beberapa rerumputan dan membentuknya menjadi sebuah bentuk abstrak tak berbentuk, setelah bosan Gun beralih mengambil batu dan mendekati danau yang terletak tak jauh dari sana. Suara pelan gemericik air danau bersamaan dengan beberapa burung yang berterbangan adalah kesukaan Gun, dia seperti mendengarkan suara dari surga.

Plung

Suara batu bergesekan dengan air berkali-kali terdengar, entahlah Gun hanya senang melakukan hal ini karena membuat dirinya lebih tenang dalam menghadapi emosi yang memuncak. Gun beralih menatap jam yang menggantung malas di pergelangan tangan kanannya, seketika matanya membulat tidak percaya.

"Telat?!"

Gun berlari dari danau itu untuk menuju kelas pertamanya, niat Gun hanya mencari setitik ketenangan tapi justru dia terlambat sekarang.

"New!" teriak Gun memanggil sahabatnya itu.

"Ah, kau datang di saat yang tepat, baru saja aku mau memberitahu jika kelas kita dibatalkan dan kita diperbolehkan pulang." Telinga Gun mendadak mengeluarkan suara nging mendengar perkataan New, lantas untuk apa dia kemari dengan cepat?

"Hah, baiklah. Kau sudah makan siang? Ku rasa aku akan pulang setelah makan siang di kantin, mau ikut?" Gun menatap lagi jam tangannya yang menunjukkan waktu makan siang.

"Tentu saja! Siapa yang berani menolak Carbonara lezat buatan kantin bernomor tiga puluh satu?" New tertawa sembari memeluk bahu Gun dan mereka berjalan beriringan melewati lorong kampus.

"Hei, apakah kau tahu Lazard akan mengadakan sebuah kuis?" Ucapan New yang tiba-tiba membuat atensi Gun pada makanannya beralih.

"Huh? Bagaimana kau mengetahui itu?" tanya Gun saat melihat New malah sedang asyik menyantap Carbonara dari kedai bernomor tiga puluh satu.

"Kau lupa jika Alpha-ku asisten dosennya? Jelas dia memberitahuku, katanya aku harus belajar lebih giat jika tidak mau mengulang kelas yang sama atau lulus di tahun berikutnya," jelas New sembari menggerutui sang Alpha yang terlalu pintar.

[1] Universe - [OffGun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang