Bumi

40 2 0
                                    

Rooftop gedung yang memiliki 10 lantai ini dipenuhi oleh sekumpulan remaja yang sedang berpesta merayakan tahun legal seorang teman sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rooftop gedung yang memiliki 10 lantai ini dipenuhi oleh sekumpulan remaja yang sedang berpesta merayakan tahun legal seorang teman sekolahnya.

Dalam semestanya, mungkin ini kali pertama Kyra menikmati suatu perayaan tanpa merasa risih dengan udara malam dan riuhnya suara orang-orang disekitarnya.

Matanya terpana oleh kecantikan kota yang dapat Ia saksikan dari atas sini, Ia tak akan merasa keberatan walau harus berada berjam-jam lagi di pesta itu.

"Tau gak kenapa teman lo memilih merayakan sweet seventeen-nya disini?"

Kyra menatap seorang lelaki yang tiba-tiba saja berada di sebelahnya, namun tak lama, Ia kembali menyaksikan cahaya kota malam itu, seakan tak mau kehilangan setiap momen yang berada dibawah sana.

Karena tak ada balasan dari Kyra, lelaki tersebut melanjutkan ucapannya, "Karena katanya temannya gak suka berada di suatu ruangan yang sempit dan banyak manusia
di dalamnya, akhirnya walau dia takut ketinggian, dia tetap memilih tempat ini untuk merayakan tahun 'legal'-nya."

Kyra tetap diam dan tak menghiraukan lelaki di sebelahnya itu, walau Ia tau lelaki tersebut sedang berbicara tentangnya.

"Karena itu gue jadi penasaran, sejauh mana temannya itu mengenal semesta? sampai-sampai dia sombong gak mau berada diruang lingkup yang sama dengan kebanyakan orang."

"Kenapa lo penasaran? Itu bukan urusan lo kan?" Akhirnya Kyra membalas ucapan lelaki yang sedari tadi membuatnya kesal karena mengganggu aktivitasnya yang tengah menikmati rayuan kota tak pernah mati itu.

"Karena menurut gue bumi itu terlalu luas, cukup sulit untuk memahami semesta ini, makanya gue ingin tanya ke orang itu, gimana caranya mengenal bumi yang luas ini." Balasnya.

"orang aneh" Balas Kyra kesal.

"Engga, gue bukan aneh, gue Raska. Salam kenal." Ucap Lelaki bernama Raska tersebut sambil tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya.

Kyra mengernyit tak mengubris salam Raska dan kembali menatap kota.

Raska tersenyum lalu menaruh kembali tangannya di atas pagar rooftop dan menatap Kyra dengan seksama, kentara sekali mata berbinar Kyra saat menatap gemerlap kota dan Raska dapat menyimpulkan satu hal;

Kyra hanya terjebak dalam semestanya, terlihat dari caranya memandang kota sepertinya itu pertama kalinya Ia melihat pemandangan kota dari atas sini. Dia tidak mengenal bumi dengan baik. Maka harus dia yang mengenalkannya.

"Cantik ya? Bumi memang menyenangkan, banyak kebahagiaan yang bersembunyi di dalamnya," Ucap Raska sambil mengikuti arah pandang Kyra.

Mendengar itu Kyra menghembuskan nafasnya berat, "Semesta terlalu pilih kasih, gak semua manusia dia beri bahagia dalam bentuk utuh," Balas Kyra akhirnya. Entahlah tapi ini kali pertamanya berbicara hal random seperti ini dengan orang asing yang baru bertemu kurang dari sepuluh menit.

Raska tersenyum mendengar Kyra membalas ucapannya, "Semesta gak pernah pilih kasih, lo yang belum menemukan kejutan kebahagiaan di sana, lagi pula Tuhan gak pernah memberi apapun secara sempurna karena hanya Tuhan yang sempurna."

Kyra menoleh ke arah Raska, "kenapa gue?"

"Maksudnya?"
"Banyak manusia lain di sini, kenapa harus gue yang diberi penjelasan tentang semesta? Gue gak tertarik."
"Karena di antara manusia yang ada disini, cuma lo yang gak mengenal semesta dengan baik, harus gue luruskan kesalah pahaman lo tentang Semesta."
"Lo petugas dari langit? Harus banget lurusin hal kayak gitu?"

Sebelum menjawabnya Raska tersenyum, "Sayang aja sih, Tuhan ciptakan lo dengan indah tapi mata dan hati lo kosong, perlu diisi oleh hal-hal menyenangkan,"

"Terus?"
"Terus gue yang akan mengisi segala kekosongan itu,"
"Kenapa harus lo?"
"Karena Tuhan menakdirkannya seperti itu, spesifiknya karena gue sudah terlanjur terjebak dalam semesta lo, maka gue akan membenarkan apa yang rusak didalamnya." ucapnya sambil menatap dalam manik mata hitam milik Kyra.

Kyra menangkap manik mata itu, Manik mata yang mencoba menyusup ke dalam Semestanya. Kyra membeku, jantungnya mendadak berdegup kencang, Semesta apalagi ini?

"Lo gak jelas," tukas Kyra akhirnya dan berlalu meninggalkan Raska cepat-cepat, ini sudah diluar kendali semestanya, Ia sangat takut padahal tak akan terjadi apapun yang dapat menyakitinya, Ia hanya termakan oleh ketakutannya.

Kyra sudah tak nyaman berada di pesta itu, semakin malam semakin ramai belum lagi dengan adanya lelaki gila itu, Kyra akhirnya memilih untuk pulang setelah berpamitan kepada Kinan—si pemilik pesta atau sahabat karib Kyra.

Kyra memilih taksi sebagai kendaraan untuk pulang kerumahnya, ke tempat sepi yang selalu dicintai olehnya. Tempat dimana Ia bisa merasa aman berlama-lama didalamnya semenyeramkan apapun isi dari rumah itu.

Taksi yang ditumpangi Kyra membelah jalan, membuat pikiran Kyra kembali pada kejadian dua puluh menit lalu dimana lelaki bernama Raska itu tiba-tiba saja mampu memporak porandakan pikiran Kyra lewat tatapannya.

Ia berusaha membuang Raska dari pikirannya, engga itu hanya orang aneh, besok juga pasti sudah hilang dari bumi. Pikir Kyra menangkan dirinya dan pikirannya.

Benar. Seharusnya Kyra membuang Raska dari pikirannya, dan jangan membiarkannya memasuki semesta Kyra yang sudah Ia susun rapih karena bisa saja Raska membuatnya menjadi berantakan dan Kyra tak akan mampu merapihkannya kembali.

Ya, seharusnya jangan.

Singgah (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang