Vanilla Latte

17 2 0
                                    

Fiuh, sumpah! Pelajaran Fisika diakhir jam pelajaran tadi sungguh membuat kepala ingin pecah!

Baiklah, setidaknya karena sudah mencium udara sepulang sekolah kepala Kyra sudah menjadi lebih baik sekarang.

"Ra!"

Kyra menengok kearah suara tersebut, ada Kinan disana.

"Kenapa Nan?"
"Hari ini lo gak ada acara apa-apa kan? Free kan?"
"Emangnya kenapa?"
"Jawab duluu,"
"Iyaa, hari ini gue free kok,"
"Okay! Take your time, yaa" Ucap Kinan sambil mengalihkan pandangannya kearah pintu gerbang sekolah.

"Hah?" Lalu Kyra mengikuti arah pandang Kinan dan melihat seorang lelaki menggunakan seragam yang sama dengannya sedang duduk di atas motor seperti sedang menunggu seseorang.

Kyra kembali menatap Kinan seolah sedang mendesak Kinan agar menjelaskan apa maksud dari arah pandangnya itu.

"Kemarin lo udah kenalan kan sama Raska? coba buka sedikit semesta lo dan biarkan ada orang baru yang masuk, dia orang yang menyenangkan apalagi untuk semesta lo, percaya sama gue."

Sebulan yang lalu saat Kyra mengunjungi rumah Kinan, Raska tak sengaja menatapnya dari jauh. Matanya terkunci pada gadis cantik dengan rambut terikat itu. Setelah hari itu, Raska terus menanyai Kinan perihal Kyra. Awalnya, Kinan ragu untuk menceritakan Kyra kepada tetangganya selama 8 tahun itu tetapi Kinan pikir Raska hanya penasaran. Sialnya, setelah mendengar semua hal tentang Kyra, lelaki itu justru meminta Kinan membantunya untuk bisa berkenalan dengan Kyra.

"Tunggu, maksudnya gimana?" Bingung Kyra.

Kinan menghembuskan nafasnya bersiap menjelaskannya, "Dia cuma ingin berteman dengan lo, gak apa-apa kan, Ra? Kan berteman dengan siapa aja."

"Terus dia ngapain kesini?"

Kinan mengangkat kedua bahunya, "Samperin aja, tanyakan langsung"

Kyra tak mengindahkan saran Kinan dan malah diam di tempatnya merasa bingung harus melakukan apa. Kinan akhirnya menyeret tangan Kyra agar mengikutinya, mereka berjalan sampai ke gerbang sekolah.

"Kinan!"
Kinan menoleh kearah suara tersebut, "yuk, Nan!"

Itu Arga, kekasih Kinan.

Kinan mengangguk mengiyakan ucapan Arga, "Ra, gue cabut ya, lo samperin aja anaknya, dia jinak kok dan berada dalam pengawasan gue, tenang aja." ucap Kinan sambil berlalu pergi bersama Arga, meninggalkan Kyra dengan seribu kebingungan di kepalanya.

Gue harus ngapain? Ah, pulang aja deh!

Baru satu langkah Kyra beranjak, suara klakson membuatnya membeku.

Ia lalu membalikkan badannya melihat Raska yang sedang menatapnya sambil tersenyum.

Kyra menatap Raska canggung seolah tertangkap basah telah berusaha kabur darinya.

"yuk" ujar Raska.

Kyra hanya mengangkat kedua alis nya sebagai balasan merasa kaget dan bingung.

Raska tersenyum sebelum membalasnya, "Boleh pinjam 2 jam dari 24 jam waktu lo?"
"Untuk?"
"Menikmati semesta dari sisi yang lain, siapa tau itu cukup untuk membuat lo percaya lagi sama kebahagiaan yang di kasih sama semesta"

Kyra nampak menimbang, sebenarnya otaknya menolak untuk mengiyakan ajakan Raska namun hati dan semestanya meminta Ia untuk mengiyakan ajakan Raska.

Lalu tiba-tiba Raska mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan suatu live location selama 2 jam yang Ia kirim kepada Kinan.

"Kalau lo nanti gak suka sama tempatnya, gue janji akan antar lo pulang" Lanjutnya.

Kyra menyerah, akhirnya Ia mengiyakan permintaan Raska dan segera menaiki motor Raska lalu Raska memberikan helm yang baru saja Ia beli tadi khusus untuk Kyra.

Sepertinya Ia sangat yakin bahwa Kyra akan terus mengenakan helm itu.

-------

Raska menghentikan motornya di depan sebuah kedai kopi kecil, Ia lalu membuka pintu kedai kopi tersebut, Kyra dapat melihat banyak interior antik yang menjadi interior khas kedai.

"Espreso?" Tanya pelayan di kedai saat melihat Raska, sepertinya Raska sudah sering datang kesini sampai-sampai pelayan tersebut hafal kopi yang biasa Raska pesan.

Raska menggeleng, "Hari ini cappucino aja" Ucapnya seraya tersenyum lalu Raska menengok ke arah Kyra, "Lo bisa minum kopi kan?"
"Gak tahu belum pernah coba"
"Mau coba kopi gak?"
"hmm... boleh"
"oke, Vanilla Latte nya satu ya" putus Raska.

pelayan tersebut mengangguk, setelah Raska membayar pesanan nya Ia lalu memilih tempat duduk outdoor yang menyuguhkan pemandangan senja hari ini.

"Gimana? suka sama tempatnya?"

Kyra diam, masih dengan tatapannya yang terkunci pada senja di langit, "Biasa aja." jawabnya.
"Mau pulang?" Tanya Raska
Kyra menggeleng.

Raska tersenyum sambil melihatnya, tak lama pesanan mereka datang. Lalu Raska menyodorkan vanilla Latte milik Kyra, "Kalau gak suka bilang aja, nanti gue pesankan teh."

Kyra mengangguk lalu menyeruput vanilla latte miliknya.

"Gimana? suka?" Tanya Raska
Kyra mengangguk.
"Kalau sama yang ngajak suka enggak?"
"Enggak!"

Raska terkekeh, puas melihat wajah kesal Kyra lalu Ia kembali meminum kopi miliknya dan menikmati kedua pemandangan favoritnya saat ini, ya. Senja dan Kyra.

Raska lalu melihat arloji di tangannya, "Udah 2 jam, yuk gue antar pulang"

"Sebentar, tunggu sampai benar-benar tenggelam mataharinya." Ucap Kyra, rupanya Ia mulai menyukai gradasi langit saat sore itu.

Raska tersenyum lalu mengangguk membiarkan Kyra menghabiskan kopi miliknya sambil menunggu senja benar-benar menghilang.

Membiarkan Kyra jatuh dalam pesona semesta yang dulu menjadi tempat menyebalkan baginya.

Biarkan semesta memamerkan pesonanya dan menjebak mereka lebih lama dalam suatu ruang bernama nyaman.

Dalam hening mereka saling jatuh dalam pesonanya masing-masing mulai memiliki tempat di semestanya masing-masing.

Entah ini benar atau salah tapi Kyra membiarkan Raska berusaha mencari tempatnya di dalam semesta Kyra. Suka tak suka namun Raska sudah menemukannya.

Ya, Kyra kalah dalam menghadapi otaknya yang sejak awal tidak mengizinkan Raska berusaha masuk dalam semestanya.

Singgah (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang