Sebuket Bunga (ending)

22 2 0
                                    

H-7 SBMPTN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H-7 SBMPTN

Seluruh jadwal siswa kelas 12 benar-benar di penuhi jadwal belajar, entah itu jadwal pelajaran tambahan di sekolah ataupun bimbel di luar sekolah.

Baik Raska atau Kyra mereka sama-sama menyiapkan ujian untuk memasuki perguruan tinggi, mengejar mimpi mereka masing-masing.

-------

Tepat pukul delapan malam saat Kyra tengah berkutat dengan segala catatannya ponsel Kyra berbunyi lalu terdapat nama Raska di layarnya.

Halo
"Iya, kenapa?"
Gak kenapa-kenapa
"Terus ngapain telepon gue?"
Buset, nge-gas amat mau kemana buk? Btw, How's your exam prepare?
"Sangat sangat baik dan sedang dipersiapkan dengan baik demi Desain Komunikasi Visual ITB!"

Terdengar kekehan Raska di seberang sana, Ia sangat senang mendengar semangat Kyra mengejar mimpinya yang sudah lima tahun ini sempat Kyra lupakan namun bukan Raska jika tak berhasil membuat Kyra kembali percaya kepada mimpinya sendiri.

"How about you?" Tanya Kyra
Actually good hanya sedikit bosan aja. Oh iya, gimana hari ini ada yang mau diceritakan?

Lalu percakapan berlanjut selama satu jam memberikan mereka waktu untuk melepas penat keduanya dengan obrolan ringan mereka hari itu.

------

Setelah hampir satu bulan akhirnya pengumuman hasil SBMPTN telah keluar, lalu tebak apakah Kyra dan Raska lulus?

Tentu saja! usaha memang tak mengkhianati hasil.

Kyra lulus dengan pilihan pertamanya Desain Komunikasi Visual di ITB dan Raska dengan jurusan Arsitekturnya di ITB.

Semuanya berjalan sesuai rencana dan Kyra merasa benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada semesta.

------

Sabtu, 13 Juni 2020
Hari perpisahan sekolah Kyra dan Kinan.

"Seluruh siswa telah dinyatakan LULUS."
WOAAAAAAAHHHH!!!!

Semua siswa bersorak setelah mendengar kalimat yang diucapkan kepala sekolah tadi, dua jam setelahnya seragam SMA mereka sudah dipenuhi dengan tanda tangan mereka satu sama lain.

"Ra! nih," Panggil Kinan sambil menyerahkan sebuket bunga.
"Dari siapa?"
"Raska"
"Raskanya kemana?"
"Entah, Dia cuma beri itu lalu pergi, tumben juga dia pakai sopir tadi"

Kyra merasa janggal, Hari ini juga hari pelepasan di sekolah Raska masa dia sudah pulang?

Kyra kembali menatap buket bunga tersebut dan Ia menemukan secarik kertas di dalam buket bunga miliknya.

Kyra membuka dan membacanya lalu deru nafas Kyra mulai tak teratur dan Ia merasa tak tenang, beberapa kali kepala Kyra menggeleng saat membacanya seolah merasa tak percaya atas apa yang dibacanya lalu Ia segera berlari meninggalkan teman-temannya dengan segala kebingungan.

Kyra menghentikan taksi yang berlalu di depannya lalu memberi alamat sekolah Raska kepada sang sopir.

Air mata Kyra tak bisa berhenti keluar dari matanya, Ia berkali-kali meyakinkan dirinya bahwa bukan Raska yang menulis surat itu.

Perlahan dia mulai lelah meyakinkan dirinya sendiri setelah diberi tahu oleh satpam di sekolah Raska bahwa Raska sudah pulang sedari tadi.

Lalu tiba-tiba segerombolan pria dengan seragam yang dipenuhi pilox menghampiri Kyra, setelah hampir satu menit mereka saling bertatapan satu sama lain akhirnya seorang pria memberanikan dirinya untuk bicara kepada Kyra.

"Lagi cari Raska, ya?" Ucap lelaki itu.
Kyra hanya mengangguk tak berniat membalasnya.
"Dia juga pamit sama kami apa yang lo baca di surat itu memang benar adanya dan Raska yang menulisnya sendiri. Kemarin gue sendiri yang lihat dia nulis surat itu, kebetulan kemarin gue lagi ambil sepatu gue yang tertinggal di rumahnya dan lihat bunga dan surat itu di meja kamarnya."
"Boleh gue minta alamat rumahnya?"
"Mungkin dia udah gak ada di sana."
"Boleh gue minta?" Tanya Kyra sekali lagi tak memedulikan ucapan lelaki tersebut.

Setelah semua teman-temannya setuju untuk memberikan alamat Raska kepada Kyra, Lelaki tersebut memberinya alamat Raska dan akhirnya Kyra menaiki lagi taksi yang membawanya ke sekolah Raska tadi.

------

Benar ucap lelaki tadi, tak ada siapapun di rumah Raska, hanya ada kekosongan di sana.

Kyra pasrah, Ia hanya bisa terduduk di depan rumah megah milik Raska yang sekarang hanya tersisa bayang-bayangnya saja.

Kyra menatap nanar halaman rumah Raska.

Kenapa?

Kenapa harus sekarang?
Kenapa harus ini akhirnya?
Kenapa Dia memperkenalkan manisnya Vanilla Latte jika akhirnya memberi pahit yang sama?
Kenapa harus pamit, Ka?

Dari semua hal tidak menyenangkan di semesta ini kenapa harus pamit yang kamu pilih? Ini terlalu tiba-tiba, Raska.

Kenapa kamu terus menyuruhku bercerita sedangkan aku gak tau apapun tentang semestamu?
Kenapa?

Sekali lagi sebuah perpisahan tanpa pamit mampu membuat Kyra kembali ragu kepada semesta.

Ini terlalu singkat untuk dianggap sebagai sebuah pamit namun jika kamu ada di sini, aku juga akan tetap menyuruhmu pergi, kejar apa yang kamu mau karena aku gak mau memaksakan sesuatu untuk tetap tinggal namun jiwanya sudah lama pergi karena mungkin kamu hanya bagian dari perjalananku bukan semestaku.

Banyak pertanyaan di kepalaku sekarang, Ka. Biasanya kamu yang akan menjawab semua pertanyaan itu tapi mulai sekarang harus aku yang mencari jawabannya sendiri.

Dan ya. Tentu saja, Terima Kasih.

Terima kasih karena sudah mau membantu aku untuk meluruskan semua pernyataan buruk tentang semesta di kepalaku.

Terima kasih sudah menjadi teman terbaik yang pernah aku temui.
Terima kasih sudah menjadi makhluk bumi yang sangat menyenangkan.

Dan terima kasih atas bunga dan kertas yang kau berikan, aku terima dan aku ikhlaskan.

Bahagia selalu dengan dunia barumu, Raska. Semoga semesta selalu menjaga dan melindungimu dari hal-hal buruk sebagaimana kamu menjagaku di sini.

Terima kasih karena sudah pergi dari semestaku, Raska.

Singgah (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang