Chapter 1 - Too Late

1.3K 131 103
                                    

Author's POV

"Oi, Megumi!"

Seruan tersebut memecahkan keheningan di pagi hari. Di saat langit masih gelap. Bahkan, sang mentari belum menampakkan dirinya dari balik awan-awan.

"Apa?" Fushiguro—lelaki yang dipanggil tadi—menoleh ke sumber suara yang khas itu.

"Hari ini kita lari pagi seperti biasa kan?" (Y/n) menatap Fushiguro sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ya. Seperti biasa."

"Dan seperti biasanya juga, kau selalu irit bicara," cibir (Y/n) tak suka.

Fushiguro tak berkomentar apa-apa. Ia hanya membiarkan angin menerpa mereka berdua yang tengah berlari kecil di sepanjang trotoar dekat rumah (Y/n).

"Ah, sial!" umpat (Y/n) tiba-tiba. Ia pun berhenti berlari dan membuat Fushiguro cukup terkejut.

"Ada apa?" tanya lelaki itu bingung.

"Aku lupa mengerjakan PR yang dikumpulkan hari ini! Megumi, tolong aku!" Gadis itu mulai panik dan mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Kalau begitu, kerjakanlah," sahut Fushiguro singkat.

"Biarkan aku menyalin jawabanmu ya? Onegai, onegai, onegai!" (Y/n) menatap Fushiguro dengan tatapan memelas. Oh, jangan lupakan puppy eyes di manik (e/c)nya yang membuat matanya tampak lebih besar.

Fushiguro hanya menghela napas. Salah satu kebiasaan buruk (Y/n) adalah mudah lupa akan suatu hal. Contohnya ialah seperti saat ini. Gadis itu bahkan lupa dengan pekerjaan rumahnya sendiri.

"Um."

"Apakah itu artinya 'ya'?" tebak (Y/n) masih sambil memasang wajah memelas.

"Um."

"Oke, kali ini kuanggap jawabanmu adalah 'ya'," sosor (Y/n) tanpa berpikir panjang.

Fushiguro pun hanya menghela napas. Ia hanya berharap gadis itu memiliki ingatan yang lebih baik.

***

"Bagaimana caranya kau mengerjakan yang ini?"

"Pakai rumus yang sensei jelaskan," jawab Fushiguro singkat.

Perempatan siku-siku mulai muncul di dahi (Y/n). Gadis itu tampak kesulitan meskipun jawaban Fushiguro sudah sangat jelas dan seharusnya mudah untuk dimengerti.

"Apakah ini karena aku terlalu bodoh?" Secara tak sadar, (Y/n) mengatakan isi pikirannya sendiri. Dan, tentu saja, pertanyaan itu didengar oleh Fushiguro.

"Kau hanya malas, (Y/n)," komentarnya tanpa memandang (Y/n). Lelaki itu hanya menatap ke pemandangan di luar melalui jendela kamarnya. Mentari sudah terbit dari ufuk timur. Ditemani oleh kumpulan awan di angkasa.

"Ah, sudahlah. Aku akan menyalin semuanya saja," ujar (Y/n) akhirnya. Ia sudah terlalu pasrah.

Fushiguro mengalihkan pandangannya ke arah (Y/n). Surai (h/c) milik gadis itu tampak menutupi sebagian wajahnya. Juga membuat Fushiguro ingin menyelipkannya ke belakang telinganya.

Namun, ia tak melakukannya.

"Akhirnya selesai!" (Y/n) merentangkan tangannya ke atas. Meregangkan ototnya yang terasa kaku karena ia terus menunduk.

"(Y/n)."

Fushiguro menatap ke arah (Y/n) yang juga tengah menatapnya. Gadis itu tampak bingung.

"Nani?"

"Kita terlambat untuk ke sekolah." Fushiguro berkata dengan wajah datarnya.

"Oh, kita terlambat ya." (Y/n) bangkit berdiri dari posisi duduknya. Namun, seketika ia tersadar akan suatu hal yang janggal.

"APA?!"

***

Napas (Y/n) terputus-putus ketika ia menginjakkan kakinya di depan sekolahnya. Fushiguro yang berdiri di sampingnya juga dalam kondisi yang tak jauh berbeda dengan (Y/n). Jelas sekali jika mereka berdua berlari sekuat tenaga mereka agar bisa tiba di sekolah tanpa terlambat.

Namun, pada akhirnya mereka tetap terlambat.

"Mengapa kau tidak mengatakannya lebih cepat?" protes (Y/n) seraya berjalan beriringan menuju kelas.

"Kau masih menyalin tugasku. Jadi aku tak ingin mengatakannya," jawab Fushiguro lugas.

(Y/n) hanya tersenyum masam. Yah, lagi pula tak ada bedanya. Mereka berdua masih tetap terlambat.

Pintu kelas yang biasa (Y/n) lihat sebelum memulai aktivitas belajar di sekolah kini terlihat menyeramkan. Gadis itu menelan salivanya sebelum mengetuk dan menggeser pintu itu perlahan.

Sebuah pesawat kertas melintas di depan wajah (Y/n). Gadis itu mundur selangkah menghindari pesawat kertas itu. Lalu, ia dan Fushiguro berjalan ke tempat duduk mereka masing-masing.

Beruntung, tidak ada sensei di kelas mereka saat ini. Sepertinya para sensei sedang mengadakan rapat dadakan. Karena jarang sekali kejadian seperti ini terjadi.

"Kita selamat, Megumi," ujar (Y/n) lega. Sebelumnya ia sudah menyiapkan mentalnya untuk berdiri di luar kelas selama pelajaran pertama. Namun, ternyata tidak ada sensei di kelas.

"Um," gumam Fushiguro setuju.

"Lain kali jangan mengatakannya dengan wajah datarmu itu," titah (Y/n).

"Ya, lain kali aku akan lebih panik," sahutnya tanpa berpikir panjang.

(Y/n) pun hanya bisa menghela napas melihat wajah temannya itu yang selalu datar. Seolah-olah tidak memiliki ekspresi lain. Mungkin (Y/n) harus membuka les privat cara mengubah ekspresi khusus untuk Fushiguro.

Atau lebih baik tidak. Melihat Fushiguro yang tampak baik-baik saja dengan itu. Ya, lebih baik tidak ia lakukan.

***

Pulang sekolah.

Adalah saat-saat yang (Y/n) tunggu sejak tadi. Gadis itu sudah tidak bisa fokus selama pelajaran. Ia bahkan hampir jatuh tertidur jika Fushiguro tidak menegurnya beberapa kali.

"Ayo kita pulang, Megumi."

(Y/n) menguap lagi. Dan kali ini ia menguap untuk ke tiga puluh sembilan kalinya.

"Ayo." Fushiguro berjalan lebih dulu, lalu disusul oleh (Y/n) di sampingnya.

Setelah berjalan beberapa meter menjauhi sekolah, (Y/n) tiba-tiba berhenti. Fushiguro yang berjalan di sampingnya pun ikut terhenti. Ia menoleh pada (Y/n) dengan tatapan biasanya.

"Tiba-tiba aku ingin makan es krim," celetuk gadis itu pada Fushiguro.

"Lalu?"

"Ayo kita makan es krim! Aku yang traktir sebagai terima kasih atas jawaban tugasmu tadi!" seru (Y/n) bersemangat.

Fushiguro hanya mengangguk sebagai respon. Ia berjalan bersama (Y/n) menuju kedai es krim yang terletak tak jauh dari sana.

"Bukankah kau sudah mengantuk sejak tadi? Mengapa tiba-tiba malah membeli es krim?" Fushiguro bertanya ketika (Y/n) kembali dengan dua es krim cone di tangannya.

"Tiba-tiba aku ingin. Itu saja," jawabnya spontan.

Fushiguro diam sejenak. Ia memandangi wajah (Y/n) yang tengah menikmati es krim rasa (favorite flavor) di tangannya. Tatapannya tampak sulit untuk diartikan. Namun, lelaki itu menyembunyikan sesuatu di balik tatapannya.

"Jangan lihati aku terus. Es krimmu akan meleleh nanti," celetuk (Y/n) menyadarkan Fushiguro.

Fushiguro hanya diam. Ia tidak menatap ke arah (Y/n) lagi. Kini tatapannya tertuju pada es krim di tangannya yang mulai mencair. Ia tak ingat kapan terakhir kali ia memakan es krim. Kini, pikirannya dipenuhi dengan bagian-mana-yang-harus-ia-makan terlebih dahulu.

***

Yo minna!

Fushiguro, kau jangan sampai OOC di cerita ini ya maz😭🙌🏻 please banget ini mahಥ‿ಥ

Oke, abaikan.

Terima kasih banget ya karena kalian sudah menyempatkan waktu kalian untuk membaca dan juga vomment di fanfict ini. Terima kasih banget!!🥺❤✨

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Versteckt ✧ Fushiguro MegumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang