*lConservatoire national supérieur de musique et de danse de Paris
akhirnya bisa kesini lagi batinnya. tangan nya membenarkan letak syal biru yang menutupi lehernya serta merapikan masker dan kacamata nya sebelum melangkahkan kakinya masuk kedalam tempat tujuannya itu.Conservatoire national supérieur de musique et de danse de Paris adalah sekolah seni yang terletak di avenue Jean Jaurès di Arondisemen XIXe di Paris, Prancis.
kaki jenjang nya ia bawa untuk mengitari halaman nan luas itu terlebih ini merupakan tahun ke - dua dimana acara tahunan ini di mulai. sabiru nampak tersenyum kecil dibalik masker yang di gunakan nya. tangannya menyentuh sebuah anyaman kecil yang begitu indah elegan dimatanya. kaki nya ia bawa mundur perlahan karna irama indah tiba-tiba menyapu mengalun apik di telinganya. petikan gitar.
"Tidak biasanya ada yang memainkan musik, tahun kemarin hanya fokus menampilkan seni kerajinan tangan saja. aneh. tapi aku harus kesana." ucap nya.
disinilah sabiru menapakkan kakinya. berhenti tepat di depan sang empunya irama petikan. menyanyikan lagu khas damai - nya kota paris saat itu. memejamkan matanya sambil menggoyangkan kepalanya ke kanan ke kiri hingga akhirnya badannya pun ikut ia gerakan sedikit. semakin mundur. langkah kaki nya bergerak maju dan mundur. hingga akhirnya tak sadar ada seseorang dibelakang nya.
"SHIT!"
umpat orang itu. sabiru membelalakkan kedua obsidian nya dibalik kacamata hitam yang ia pakai. perlahan berbalik dan menemukan dua obsidian lain menatapnya datar. sangat datar. terdiam. atmosfir dingin menyelimuti kedua nya, hangat tidak dapat menembus mereka bahkan ribuan orang berlalu lalang tidak bisa mengecoh atensi keduanya.
atensi metawin terlalu fokus mengarah kepada pemuda didepannya yang masih menatapnya tanpa memalingkan wajah sejak tadi. hingga sebuah luka kecil di pelipis mata sebelah kiri pemuda itu jadi sasaran tangan metawin untuk bergerak menutupi rasa kurang ajarnya dan melupakan fakta bahwa 'mereka asing bagi satu sama lain kan?'
tangan metawin sedikit lagi hendak menyentuh bekas luka tersebut, di iringi dengan petikan lagu masih menyapu indra pendengaran kedua nya. disaat hampir menyentuh mendadak hujan turun dan entah bagaimana tangannya sudah ditarik menjauh oleh pemuda itu tepat menuju sebuah bangunan sekolah itu. hening. hanya ada suara derasnya air yang turun di sore itu. pemuda itu melirik sedikit ke nametag tanda pengunjung di dada metawin lalu berlenggang pergi begitu saja.
Metawin sabiru raharsa, anak aneh.
...
suasana tenang di kota paris bukanlah karena negara itu masih terasa asing bagi biraka, namun karena ia bisa dengan leluasa memanfaatkan banyak waktu di sini sambil belajar mendalami bahasa prancis bersama kenalan ibunya yang datang setiap pagi hingga siang hari, lalu waktu selebihnya biraka pergunakan untuk berkeliling. terkadang ia juga mendatangi beberapa toko buku, atau pun museum yang terdapat di negera itu, semakin hari semakin lama ia menetap di kota cinta itu sepertinya ia semakin menyukainya, banyak sekali sesuatu berbau seni di sana, bahkan terkadang banyak sekali musisi jalanan yang menunjukan kemampuannya yang sangat luar biasa, dari caranya bernyanyi atau bermain musik itu semua luar biasa di mata abiraka, sampai dirinya merindukan rasanya memetik gitar, ia pun berfikir apakah harus ia membeli sebuah gitar, lagi pula di negara ini tidak ada ibundanya pikir abiraka.
sampailah ia di sebuah toko musik yang sangat besar, berisikan banyaknya alat musik di sana, sudah lama ia tidak mencium aroma seperti ini, dan bertapa senangnya ia bisa kembali merasakan hal ini, iya sesuatu yang sangat ia cintai sejak kecil, namun tidak pernah mempunyai kesempatan untuk menunjukan minat dan kecintaannya pada musik dan seni.
setelah memilih dengan tepat gitar akustik yang sesuai dengan keinginannya, segera ia membawa gitar itu ke sebuah meja pembayaran yang sudah berdiri pria lansia yang sedang bermain biola dengan sangat indah sampai membuat abiraka terkesima melihat hal itu, setiap nada terdengar sangat cantik di telinga, membuat siapa pun akan terbawa suasana cinta di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR || Brightwin in Paris
Romanceanyelir. sabiru dan biraka seperti anyelir. disetiap warnanya terdapat makna yang dalam dan berbeda. biraka memberikan putih, tersampaikan oleh kabar angin yang berada di tangan sabiru berwarna kuning. untuk bersatu memerlukan sebuah perantara merah...