"Takdir diciptakan bersamaan dengan harga mati yakni perubahan."
"Ayah!!!" Rintihan tangisan Nafasya memanggil ayahnya terdengar sangat pilu ketika melihat jasad ayahnya dimasukkan ke liang lahat. Di hari ini tiga juni tepat dimana ayahnya lahir ke dunia dan juga harus meninggalkan dunia.
Bayangkan saja, jika tepat di hari ulang tahun ayahmu, ayahmu mendapat panggilan dari Sang Pencipta?
"Nafasya, jika suatu hari nanti kamu mulai mencintai seorang lelaki. Tolong ingatlah jika Ayahmu inilah cinta pertamamu. Ayahmu inilah lelaki pertama yang menyaksikanmu terlahir di dunia. Ayahmu inilah lelaki pertama yang menerimamu tanpa syarat, menyayangimu tanpa batas. Agar apa?
Agar cintamu pada lelaki itu tak melebihi cinta kepada ayahmu ini. Karena pada hakikatnya, ayahmu inilah orang tua yang paling merasakan sakit hati luar biasa ketika kamu telah dikhitbah lelaki lain. Karenamerasa kehilangan sosok anak perempuannya.""Nafasya, gimana Ujian nya? Pesan ayah jangan terlalu ngejar akademik yah. Boleh ambis, tapi jangan egois. Ayah lihat tadi malem kamu begadang, ga baik buat kesehatan. Yang penting itu sholat dan akhlakmu Nafasya. Karena kebahagiaan ayah tak hanya sebatas nilai yang tercantum di ijazah dan rapotmu."
Serpihan-serpihan nasihat ayah masih begitu kental di ingatan. Meninggalkan bekas.
Yah, Nafasya janji. Nafasnya akan selalu ingat apa pesan ayah. Terima kasih, telah menjadi lelaki pertama dengan segala kasih sayang yang selalu hadir. Terima kasih, telah menjadikan rengekan manjaku sebagai penguat semangat kerja ayah. Terima kasih, sudah mendidikku dengan keras hingga aku tahan banting dengan kerasnya dunia. Terima kasih, telah hadir dan menyematkan segala rasa untukku. Ayah.
Flashback ON
"Tersumbatnya pembuluh darah yang men-suplai makanan ke otot jantung yang dikenal dengan nama pembuluh darah koroner menyebabkan terjadinya serangan jantung, dan adanya kerusakan pada jantung mengharuskan beliau untuk operasi jantung." Jelas dokter Reyhan.
"Lakukan pengoperasian segera." Rintih Umi Almaira, ibu kandung Nafasya. Nafasya memeluk erat uminya. Berharap takdir mengalah pada keadaan yang kini mulai lengah pada keluarga mereka.
Suara ranjang terdengar begitu nyaring menuju ruang operasi. Pintu terbuka dengan cepat seolah menyambut kedatangan ranjang ayah. Aku harap ini akan baik-baik saja.
Sayangnya, belum sempat sang dokter membedah dada ayah, jantung ayah telah berhenti berdetak.
"Maaf, sebelum tim kesehatan kami membedah dada suami anda. Detakan jantung suami anda telah berhenti berdetak dulu." Jelas dokter, membuat semua yang ada di tempat mati kutu. Dibungkam oleh keadaan, dipaksa oleh keikhlasan, dan disiksa oleh kehilangan.
Flashback OFF
Terakhir, aku mengusap batu nisan bertuliskam nama ayah. Konyolnya, aku tetap tak percaya dengan kenyataan. Aku perlahan pergi meninggalkan pemakaman ayahku, berjalan dengan pelan, menangisi setiap kejadian yang perlahan membunuhku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serpihan Rasa
DuchoweNafasya. Gadis yang kini tengah menjalani awal karier nya di dunia perkuliahan harus merasakan kehilangan cinta pertamanya. Ayah. Ia berharap akan ada lelaki sebagai pengganti ayahnya, dan lelaki itu hadir bersamaan dengan rasa yang tak pernah ia...