RA | Curhat

74 10 5
                                    

        Terkadang hati membutuhkan waktu untuk dapat menerima apa yang sudah disadari pikiran.

                                  _RA_

Pukul dua sore adalah waktu dimana bel pulang berkumandang. Waktu yang sangat dinanti nanti oleh para siswa dan siswi SMA Taruna. Bisa diartikan sebagai surganya sekolah selain jamkos.

Aqeela dan Dinda, mereka segera beranjak untuk untuk pergi ke caffe yang sering mereka datangi setiap pulang sekolah.

"Sumpah deh Din, gue penasaran banget sama yang namanya kak Rassya." ucap Aqeela sambil memyeruput cappuccno coffee miliknya.

"Tenang aja Qel, besok kita ke kelas dia lagi, gue jamin kita pasti bakal ketemu sama Rassya." sahut Dinda dengan santainya.

"Bener yaa awas kalo bohong."

"Iya bener, pokoknya lo tenang aja gue bakal bantuin loh buat dapetin tuh cowok."

"Kalo boleh tau kenapa sih lu pengen banget gue jadi pacar dia?." tanya Aqeela penasaran.

"Pengen tau aja apa pengen tau banget?." tanya Dinda meledek.

"Ih jangan kayak gitu dong."

Dinda tertawa puas. "Jangan baperan dong gue kan cuma bercanda."

"Jadi alasan gue pengen dia jadi pacar lu karena dia itu cowok yang paling dingin dan cuek selangit, bahkan sampai sekarang di sekolah kita belum ada satu pun cewek yang berhasil ngerebut hatinya dia. Jadi gue pengen tau apa loh itu bisa ngerebut hatinya dia atau enggak. Kalo gue liat-liat loh cocok juga sama dia mangkanya gue mau loh sama dia pacaran." perjelas Dinda dengan wajah yang datar.

Aqeela mengangguk kecil. "Oh jadi itu alasan loh, enggak masuk akal banget."

"Sebenarnya masih ada satu kenyataan yang belum lu tau Qel."

"Apa?."

"Rassya itu udah punya pacar." jawabnya dengan nada sedikit gugup.

"Loh serius? Kalo dia udah punya pacar kenapa loh nyuruh gue berjuang untuk dapetin hati dia?!." nada bicaranya naik satu oktaf.

"Loh tenang dulu, gue bisa jelasin kok, gue punya alasan untuk itu."

"Jadi si Rassya udah punya pacar tapi jauh, pacarnya itu ada di Amerika namanya Prisilla Anggreriani, Dan mereka LDR-an. gue enggak tega Qel liat Rassya suka mengurung diri di kamar, ngelamun, bahkan gue pernah ngeliat dia nangis karena dia mikirin si Prisil. Pacarnya." cerita Dinda sambil melirik Aqeela sekilas kemudian tatapannya kembali ke depan dengan mata berkaca-kaca.

"Dan gue sebagai sepupunya cuma pengen dia bahagia, gue pengen dia lepasin Prisil dan cari kebahagiaannya sendiri. Gue enggak mau liat dia sedih lagi bahkan sampe nangis cuma gara-gara dia mikirin si Prisil." tanpa disadari air mata Dinda telah jatuh membasahi pipinya.

"Tapi keliatannya dia baik-baik aja, dia nikmati apa adanya." cela Aqeela.

"Itu menurut loh, tapi kenyataan berkata lain. Gue tinggal satu atap sama dia dan gue tau persis kalo sebenarnya hati dia itu hancur, sangat hancur." kata Dinda sambil mengusap pelan tiap air mata yang jatuh di dengan punggung tangannya.

"Emangnya Prisil kenapa bisa di Amerika?."

"Papahnya mau dia melanjutkan pendidikannya di Amerika, mau tidak mau Prisil harus pindah dan mereka harus LDR-an karena Rassya enggak mau putusin Prisil. Dia itu udah cinta mati banget sama Prisil." lanjut Dinda lirih sembari menatap dalam-dalam mata Aqeela.

"gue mohon loh mau yaa nuruti permintaan gue yang ini, gue enggak mau liat sepupu gue sedih gue enggak tega liatnya. Gue yakin lu pasti bisa dapetin hatinya Rassya, gue bakal bantuin loh gimana pun caranya." Dinda meraih jemari aqeela, menggenggamnya lembut.

RASSYA AQEELA | Merajut Sejuta LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang