Ungkapan Sebelum Terbang

6 0 0
                                    

3 minggu setelah kelulusan. Diriku bingung ingin melanjutkan ke mana yang ada dipikiran ku hanya keluar negeri itu-itu saja. Mau ada yang mengajak ku kemana pun kalau bukan diluar aku tetap tak mau.

Hari kelulusan tiba. Semua murid merasa gembira. Tapi mereka lupa akan sesuatu yang menerjang dalam sistem kehidupan.

Mutia Ekavira dikabarkan diterima di Universitas Indonesia di Depok.

Aku? Di Negeri nan jauh di seberang laut merah. Sudan adalah tempat ku. Kita berbeda jarak kilometer, tak hanya jarak kini harapan, interaksi kita juga ikut berjarak.

Sebelum terbang untungnya aku sudah melepaskan beban. Yaitu menyatakan dengan sejujurnya aku suka padanya.

"Assalamualaikum mutia, aku boleh ngomong sesuatu ya."

"Waalaikumussalam, kenapa?"

"Oke jadi gini ya, Aku suka kamu.
Udah lama banget dari kelas 9, baru brani ngomng skrang. Soalnye udah kelewat nyesek dipendem terus, aku gada niatan lain ya. Cuman mau bilang itu...

Aku mau baik baik aja. Abis denger podcast rintik sedu. Aku baru brani bilang gini ya.Wkwkw emang cupu sii

Maafin banget ya. Terserah tiya nanggepinnya gimna?" ungkap ku sambil bergetar.

"Ya yaudah, terserah gasi hehehe" jawab Mutia

"Mutia gimna?" tanya ku penasaran.

"Ya biasa aja hehe"

Satu jawaban penghilang senyum ku terlontar dari mulutnya.

"Okee deh, tapi tau ga tadi tuh aku gemeteran smpe kringetan ya " jawab ku sambil mencari pembahasan.

"Ya biasa aja kali"

"Aku bru pertama kali ya bgini, kamu pernah? nah gituu."

"Udh biasa, biasa nolak wkwkwkw"

Sialan baru tahu aku kalo ternyata sudah banyak yang mengincar Mutia ku. Itu kalimat kedua yang menghapus senyumku. Tak mengapa rasa lega ketik diriku jujur menenggelamkan rasa sakit pahit nya mulut.

Bunga MemoriWhere stories live. Discover now