Part 3

489 88 8
                                    

Copyright by Min Aldrenji Zyatado

"Kau tidak membenciku, kan?"

──────────────────── ℑ 𝔡𝔬𝔫'𝔱 𝔴𝔞𝔫𝔱 𝔦𝔱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────────────── ℑ 𝔡𝔬𝔫'𝔱 𝔴𝔞𝔫𝔱 𝔦𝔱

Tiga minggu terasa seperti bertahun-tahun. Ketika Yeonjun mengatakan hal itu, Jay tidak merasakan apapun. Ia tidak mengira akan sesepi ini. Hanya suara tangis atau tertawaan Riki yang menemani hari.

Ia pergi mengunjungi makam Kim Namjoon selepas makan siang, menaruh satu ikat bunga di depan nisannya dan berdoa. Terkadang ia menghabiskan waktu merenung hingga sore. Komplek makam itu sangat sepi. Tidak ada yang serajin mereka untuk mengunjungi seseorang setiap hari.

Ada banyak hal yang ingin Jay katakan kalau saja lelaki itu masih hidup. Pertama-tama tentunya terima kasih karena telah menyelamatkan hidupnya serta Riki. Kedua, menghantarkannya pada seseorang yang sedang ia rindukan.

Lelaki manis itu sejenak tertegun. Yeonjun tidak menganggapnya seseorang berharga tanpa sebab. Tapi jika Namjoon tidak berkorban nyawa untuk dirinya dan Riki, entah bagaimana Yeonjun akan memperlakukan nya. Apakah akan sama atau berbeda?

Sejak sapaan dan janji pertama yang diucapkan Yeonjun di pemakaman, Jay sudah memasrahkan segalanya. Ia tidak memiliki tempat tinggal, juga memiliki tanggung jawab untuk membesarkan seorang bayi. Ia sangat membutuhkan kehadiran seorang penolong.

Lelaki pink itu adalah segalanya, bagi dirinya juga Riki.

Sekarang Jay berharap penantiannya akan segara berakhir. Ia ingin melihat wajah penuh ekspresi serta mendengar suara yang menentramkan hatinya. Ia ingin segera bertemu dengan Yeonjun.
























"Jaeyoon, plester." Minta Yeonjun di akhir misi mereka.

Dua orang itu juga anggota pasukan yang lain tengah berada di klinik. Misi mereka bisa dibilang setengah usai. Pemegang kunci kasus penjualan manusia itu kabur terlebih dahulu. Yeonjun gagal menjebak dan menangkapnya. Ia malah mendapat luka gores di pipi karena terlambat menghindari tembakan.

"Kita akan melakukan pencarian lagi mulai minggu depan. Tim C sedang mengusahakan pelacakan." Lapor Jaeyoon.

Yeonjun mengangguk singkat seraya bangkit dari kursinya. "Apa agenda selanjutnya?"

"Istirahat." Sahut lelaki berkaca mata itu cepat. "Kau akan pergi ke tempat rehabilitasi?"

Sebuah senyum tipis terbentuk di bibir Yeonjun. "Tempat itu dekat dengan makam." Alibinya.

"Rasanya seperti memiliki keluarga, bukan?"

Langkah lelaki pink itu berhenti. Ia membalikkan badan, menoleh pada Jaeyoon. Rekan pasukannya tersenyum penuh arti. "Kau, lelaki itu, dan bayinya."

I don't want it [ YeonJay ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang