Binar-binar bahagia terpatri jelas didalam kelas. Pasalnya, sehabis berkumpul di lapangan tadi untuk penentuan wali kelas mereka tak henti hentinya mengucap syukur, bagaimana tidak? 2 tahun berlalu selalu mendapatkan wali kelas yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, tapi kali ini. Bravo! Mungkin Tuhan mengabulkan do'a Dhika yang setiap habis sholat pasti selalu minta. "Ya Allah semoga bu Nani jadi wali kelas kami."
Bu Nani itu orangnya asikkk parah, humble banget, dan nilai plusnya adalah.....
Body-nya keren abis cuy!!
Jadi nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan?
"Aaaaa senangnya dalam hati~~~~"
"Dapat walikelas Bu nani~~~"
Begitulah kira-kira siulan anak anak kelas, 2 baris kata kata yang di jadikan lagu diiringi dengan pukulan pukulan meja juga galon kosong menjadi saksi berapa beruntungnya mereka hari ini.
Tapi tak berlangsung lama.
Dari ujung lorong sana sudah ada guru yang terkenal killer sedang berjalan ke arah kelas mereka, dya yang sedang mencoret coret papan tulis jadi ketar ketir mencari penghapus yang tak kunjung di temukan juga.
"Hehhh ini penghapusnya kemana?????" Tanyanya panik
Langkah kakinya semakin terdengar jelas karena suasana kelas yang tiba-tiba hening, tepat saat pintu di buka dya lari secepat kilat ke tempat duduknya.
"Pagi anak-anak." Sapanya ketus
"Pagi buuuu."
"Perkenalkan nama saya Mulyani, panggil saja Nani. Saya sudah mengajar disini kurang lebih 15 tahun jadi saya lebih tahu seluk beluk disini jadi jangan macam-macam sama saya."
"Langsung saja saya tidak suka basa basi, 3 aturan yang harus kalian turuti kalau kalian tidak mau saya marah."
"Pertama, catatan di bk selama tahun ajaran saya, kelas ini harus bersih, tidak boleh ada masalah barang sedikit pun."
"Kedua, kondisi kelas ketika saya sedang mengajar harus rapi dan bersih, tidak boleh ribut kalau bisa minimal seperti ini."
"Ketiga, saya tidak suka di bantah. Kalau ada yang ngebantah siap-siap berusan dengan saya. Paham?"
"Paham buuuu." Jawab mereka serempak
Setelah selesai mewanti-wanti anak muridnya kurang lebih satu jam, akhirnya Bu Nani pun keluar kelas, masih dengan wajah datar andalannya.
"Anjjjjjjj hehhh kenapa dapet modelan wakel begitu?????" Tanya Azka emosi
"Sumpah ya, bukannya Bu Nani yang guru IPS itu ya?"
"Itu Handayani anjir..."
"Ya tapikan panggilannya sama." Jawab dya sambil mecebikkan bibirnya.
Satu kata yang mewakili mereka semua saat ini,
Kecewa.
Sudah di beri harapan setinggi langit lalu di patahkan begitu saja oleh sang wali kelas yang ternyata lagi lagi tidak sesuai dengan yang mereka inginkan.
" Gak gakk gue gabisa di giniin." Dhika misuh misuh sambil berjalan mondar mandir memikirkan ide apa yang harus ia cetuskan agar anak anak kelas tetap aman.
Lama berperang dengan pikirannya yang berkelana tak tentu arah, akhirnya ia mendapatkan ide yang sedikit kemungkinan akan di terima oleh pihak sekolah.
"Gimana kalau kita bikin petisi?" Katanya.
***
"Dhik gak usah jadi deh ini gilaaaa tau ga." Tolak Cece
"Ya terus lo mau pasrah aja gitu???"
"Tahun kemarin aja catatan bk kelas kita lumayan banyak."
"Ya terus lo pikir ni petisi bakal di terima??? Mana judulnya bikin orang emosi lagi."
Petisi dari anak kelas 9A:
Mendepak Bu Nani dari kelas dan sepakat
Ingin mengganti wali kelas baru.Semua hampir menyetujui, kecuali satu orang: Deni
"Ada apanih rame rame di ruangan saya?" Tanya Pak Nasrul-- Kepala sekolah SMP Merdeka
"Siang pak maaf mengganggu waktunya, kita cuman mau ngasih ini." Kata Dhika sambil memberikan selembaran kertas yang katanya petisi tersebut.
Dengan dahi berkerut, pak Nasrul menerimanya.
"Petisi?" Tanyanya
Dibelakang sana Dya, Cece, Raga, Azka, dan anak kelas yang lainnya sudah harap harap cemas menunggu jawaban dari sang kepala sekolah.
"Atas dasar apa kalian menolak di wali kelasi oleh bu Mulyani?"
"Karena ada satu dan lain hal yang membuat kita menolak Bu Nani pak."
"Nanti saya coba bicarakan dengan Bu Nani, sekarang kalian masuk kelas lagi." Ucapnya tegas
Anak-anak menghela nafas lega, setidaknya ada secercah harapan untuk mengganti wali kelasnya.
"Hugh akhirnya."
***
Setelah mendapat keputusan tentang petisi yang mereka buat, akhirnya mendapatkan titik terang.
Bu Mulyani sudah tidak menjadi wali kelas mereka.
Bagaimana bisa?
Setengah jam setelah dari kantor pak Nasrul tadi, Bu Nani datang ke kelas mereka, aura permusuhan terpancar jelas, niatnya ingin memarahi keputusan mereka tapi ia tahan karena harus jaga image demi nama baiknya di depan kepala sekolah, Al hasil ia hanya diam saja.
"Saya sudah berbincang dengan Bu nani, jika keputusan kalian seperti itu dengan berat hati Bu Nani menyetujuinya, dan untuk menentukan wali kelas baru, nanti kami beri tahu lagi, ya. Sekian terimakasih." Setelah mengatakan salam penutup pak nasrul dan Bu Nani pamit dari kelas, tak lupa dengan tatapan menghunus Bu Nani yang seolah berkata "saya harap kalian menyesal." Wohoooo tentunya tidak akan!
"Leganya dalam hati~~~"
"Gak jadi sama bu nani~~~"
***
"Lega banget gue akhirnya bebas juga tuh dari kutukan nyai Nani."
"Anjir nyai hahaha."
"Eh itu siapa tuh anak-anak SMA pada masuk sini??? Mau tawuran ya???" Raga yang dekat dengan dya menoyor pelan dahi-nya.
"Bego masa mau tawuran di sambut sama pak satpam."
Hanya dengan begitu saja mereka dibuat terbahak, sampai dya tak sadar, ada sepasang mata yang menatapnya diam-diam.
Sadar ada yang memperhatikan, dya pun menoleh. Dengan cepat orang tadi mengalihkan pandangannya lebih dahulu, Dya hanya tersenyum tipis.
"Masih sama."
***
To be continued
Jangan lupa tinggalkan jejak teman teman.
And i hope you like it🤗
Masih nyari-nyari visual buat cerita ini nih...
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Dya
Teen FictionBukan tentang siapa yang mengikhlaskan, tapi tentang siapa yang mempertahankan. Ikhlas itu omong kosong yang benar itu, terpaksa.