Morning Call

81 7 0
                                    

Happy Reading!
**✿❀ ❀✿**

Dering ponsel yang terdengar memekakan telinga membuatku terusik dari tidurku. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul, tanganku meraba nakas mencari benda pipih sumber kebisingan pagi ini.

Dengan mata yang disipitkan untuk menyesuaikan sinar biru yang mulai menerobos masuk mataku, aku mulai meraba tulisan yang tertera pada layar benda persegi itu. Alisku berkerut melihat nama pada panggilan masuk ponselku.

Mataku bergulir mencari keberadaan benda bulat penunjuk waktu yang tergantung di dinding kamarku. Alisku semakin menukik tajam ketika melihat waktu yang tertera pada benda bulat itu. Batinku berkecamuk memikirkan segala kemungkinan di balik alasan ibuku yang menelponku di pagi buta. Sampai aku mulai tersadar ketika ponsel pada genggamanku kembali menyala kemudian mengeluarkan bunyi yang mulai menggangguku.

Ibu jariku menggeser tombol hijau yang tertera pada layar ponselku kemudian suara seorang wanita mulai menyapa runguku. "Ken."

"Ya, mom." Sautku atas panggilan ibuku pada sambungan telepon dengan suara khas baru bangun tidur.

"Ah, maaf apakah aku membangunkanmu." Wanita itu berucap dengan suara penuh penyesalan.

"Tidak, mom. Aku memang berencana ingin bangun lebih awal." Bohongku pada ibuku.

Suara lembut itu kembali menyapa runguku. "Bagaimana kabarmu, nak?"

Aku tersenyum atas pertanyaan dari ibuku. "Aku baik, mom."

"Akhir pekan ini mainlah ke sini, bawa adikmu juga." Ucap ibuku penuh dengan penekanan.

Aku meneguk ludahku dengan kasar. "B-baiklah, mom." Ucapku dengan susah payah.

Aku membuang napasku dengan kasar ketika panggilan itu berakhir. Padahal aku berencana menghabiskan akhir pekanku bersama adikku yang menggemaskan, tapi sayangnya kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak pada rencanaku.

Aku terdiam dengan pandangan kosong, kemudian tersadar oleh keganjilan yang baru saja terjadi. Untuk apa ibuku itu menelpon hanya untuk mengatakan hal itu? Maksudku adalah mengapa tiba-tiba ibu memintaku untuk mengajak Kim?

Aku menggelengkan kepalaku, mengenyahkan prasangka buruk yang mulai memenuhi otakku. Semoga saja tidak akan ada hal buruk yang terjadi nanti, terlepas dari hubungan Kim dan ibu yang terlihat sangat canggung. Ya.. Mari berdoa agar ajakan ibu itu adalah sinyal bahwa hubungan mereka akan segera membaik.

Kubuang napasku dengan kasar, mungkin sebaiknya aku mandi untuk menghilangkan pikiran buruk ini. Oh ayolah ini masih terlalu dini untuk memikirkan hal-hal buruk yang belum tentu terjadi, lebih baik memikirkan hal-hal baik dan positif untuk mengawali hari, bukan?

Setelah selesai dengan kegiatan membersihkan diri aku segera turun ke lantai bawah, aku berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan untukku dan juga adikku, namun siluet seorang wanita yang terduduk di meja pantry membuatku menghentikan langkahku.

"Kim?" Panggilku dengan ragu.

Gadis itu menolehkan kepalanya sambil tersenyum kepadaku. "Hei, Kak." Sapa gadis itu kemudian menyeruput cangkir yang ada pada genggamannya.

"Tumben sekali kau bangun sepagi ini?" Ucapku terheran sambil mengecek jam yang menggantung di dinding.

"Mom baru saja menelponku." Ucapnya sambil mengalihkan atensinya keluar jendela besar yang ada di sampingnya.

Ku bulatkan bibirku kemudian beroh ria.

"Aku tidak bisa," gadis itu menggantung perkatannya kemudian kembali berucap setelah menghela napasnya "aku sudah memiliki janji dengan Selena akhir pekan ini."

My BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang