Happy Reading!
**✿❀ ❀✿**Runguku menangkap bunyi ketukan, hanya dua ketukan pada pintu kamarku bahkan mampu merenggut kesadaranku dengan penuh. Entah runguku yang terlalu sensitif atau rasa waspadaku yang berlebihan.
“Kak, apakah kau sudah bangun?” suara adikku terdengar dari balik pintu kamar milikku.
“Ya.” aku menjawab pertanyaan adikku dengan singkat kemudian meraih ponsel yang berada di atas nakas. Pukul tujuh. Alisku berkerut, merasa janggal dengan adikku yang berhasil lepas dari jeratan gravitasi kasur yang begitu mengekang di akhir pekan.
“Aku tunggu di dapur.” setelah mengatakan kalimat itu, kudengar suara langkah kaki menjauh.
Ku sibak selimut yang masih melilit erat tubuhku, beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi sebelum keluar kamar untuk menemui adikku.
Seketika indra penciumanku menangkap bau harum yang menggugah selera. Aku berjalan cepat menuju dapur untuk memastikan bahwa yang aku pikirkan adalah benar.
“Apa aku masih berada di alam mimpi?”ucapku tak percaya dengan pemandangan yang berada di hadapanku.
Aku meringis ketika Kim menghampiriku dan menyentil keningku dengan kencang. “Kau sedang tidak bermimpi.”
“Sejak kapan kau bisa memasak?” ucapku dengan kagum.
Dia mendelik padaku. “Berhenti bertanya dan bantu aku menyiapkan piring!”
Aku tersenyum melihat perubahan baik yang terjadi pada adikku. Aku bergegas membantunya dengan menyiapkan peralatan makan dan menata hidangan yang dimasak olehnya. Dua piring nasi goreng dan juga telur dadar telah berada di meja makan.
“Jus jeruk atau teh?” dia bertanya padaku seraya meletakkan gelas berdampingan dengan piring milikku.
“Jus jeruk.” dia membuka lemari pendingin kemudian berjalan ke arahku dengan membawa satu kotak karton besar jus jeruk lalu menuangkan cairan kental berwarna jingga itu kedalam gelas milikku “terimakasih.”
Dia membalasku dengan senyum tipis kemudian meletakkan satu gelas susu, berdampingan dengan sepiring nasi goreng miliknya. Untuk kesekian kalinya aku mengerutkan kening melihat keanehan adikku, Kim. “Susu?”
Dia hanya mengedikkan bahunya acuh kemudian melahap nasi goreng miliknya. Sepertinya waktu tiga bulan merupakan waktu yang cukup lama, terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi pada seorang Kimberly McKenzie.
Seingatku, Kim bukanlah penyuka susu. Sejak kapan dia menyukai rasa susu yang katanya sangat memualkan itu? Dan pagi hari di akhir pekanku benar-benar dihiasi dengan beribu pertanyaan yang terus memenuhi otak. Perubahan kecil dari adikku, Kim begitu terasa signifikan menurutku.
“Sebenarnya ada apa denganmu?” setelah memendam banyak pertanyaan akhirnya mulutku sudah tidak bisa terkontrol untuk melemparkan pertanyaan atas semua tindakan anehnya selama dua hari ini.
“Apa maksudmu?” dia menatapku dengan kerutan alis yang dalam.
“Tidak biasanya kau bangun pagi di hari minggu.” Oke, mari kita tanyakan dari pertanyaan paling mendasar. "ada acara?"
“Oh, aku harus ke tempatku kerja.” dia menjawab dengan enteng seraya mencuci piring dan gelas yang telah kami gunakan di wastafel.
“Aku pikir kau libur di hari minggu.” aku memperhatikan segala gerak geriknya tanpa terlewat sedikitpun.
“Salah satu temanku menghubungiku, semalam Ibunya masuk rumah sakit jadi dia minta tolong padaku untuk menggantikan shiftnya.” dia meletakkan satu kotak putih yang terlihat begitu cantik di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby
Teen FictionContains: ✿Little space ✿Absolutely save place for littles ✿A little bit of drama Warning: If you're uncomfortable with this kind of story please don't read. ❗❗❗RANDOMLY UPDATE (Once or Twice in a Month) ❗❗❗