PROLOG: Nothing to Lose

1.5K 165 17
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....................................................

"Lo homo bukan?"

Ada ribuan kata yang bisa dipilih Rendi sebagai kata sapaan, namun entah mengapa 3 kata itu justru dipilihnya untuk menyapa lelaki tampan yang duduk di sampingnya.

Sekolah baru saja memasuki minggu kedua. Hari ini seluruh siswa pulang lebih awal dari biasanya karena akan ada rapat mendadak guru dan dewan sekolah.

Dan hari ini, entah kebetulan atau takdir, Rendi yang biasanya menunggu bus sendirian bertemu dengan teman sekolahnya yang juga menunggu bus. 

Kabar gembiranya, teman-nya ini luar biasa tampan. Kabar buruknya, Rendi tidak mengenalnya sama sekali.

Setelah mengagumi paras lelaki di sampingnya selama 10 menit, Rendi akhirnya memutuskan untuk mengajaknya bicara. Rendi tidak tau lelaki di sampingnya kelas berapa dan orientasi seksualnya apa, namun satu hal yang pasti: Rendi tertarik pada lelaki ini.

Tentu saja pertanyaan nyentrik Rendi tersebut membuat lelaki itu menatap Rendi heran, "lo ngomong sama gue?" jawabnya dengan kilatan mata yang ragu.

Rendi mengangguk antusias.

Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu memberikan senyum samar canggung pada Rendi. Perlahan namun pasti, ia berhasil mengeluarkan ponselnya dari saku celananya lalu memainkannya.

Rendi merasa tidak diacuhkan, "Kok nggak bales? Gue ngomong sama lo."

Lelaki itu masih asyik memainkan ponselnya.

Gue dicuekin, batin Rendi kesal. 

Baiklah Rendi akan diam untuk kali ini, toh masih ada waktu lain. Mereka kan satu sekolah, tentunya setelah ini masih ada waktu untuk bertemu lagi.

***

"Rak, itu siapa?"

Rendi yang sedang makan bersama temannya, Raka, di kantin menjadi 200x lebih bersemangat setelah ia melihat sosok lelaki super tampan yang minggu lalu ia temui di halte.

Tuhkan, Rendi benar. Mereka akan bertemu lagi. 

"Yang mana?" Raka menyipitkan matanya berusaha mengikuti pandangan mata Rendi.

"Itu yang pake baju olahraga di depan rak jus." Rendi menunjuk deretan yang penuh dengan kerumunan.

"Haidar?" ucap Raka heran.

"Oh namanya Haidar? Lo kenal?" Rendi tampak sumringah.

"Ya kenal, anak kelas gue." Balas Raka ringan sambil menyuapkan satu sendok soto pada mulutnya.

"Widih anak pinter dong?" Rendi semakin takjub pada sosok bernama Haidar itu. Terlebih lagi, ternyata mereka satu angkatan, wah sepertinya memang jodoh?

PERIODE [ Renhyuck - Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang