KHA #1

17 7 0
                                    

Maafkan typo~

Happy Reading
.
.
.
.
Brakk!

Suara pintu di buka dengan keras, terlihat seseorang wanita paruh baya memasuki kamar tersebut...

"Hey kau bangun lah cepat" - Ucap wanita paruh baya tersebut, sambil melempar selimut anak yang sedang tertidur. Tetapi anak tersebut tetap tidur dengan tenang nya.

"APA KAU TULI, BANGUN LAH DASAR ANAK PEMALAS!!" - teriak wanita paruh baya tersebut, sambil memukul kencang pipi anak yang sedang tertidur tersebut.

Anak itu tampak kaget dan terbangun dengan rasa sakit di pipinya, dia memegang pipinya terasa sangat sakit seperti rahangnya hampir patah.

"K - kenapa ibu memukulku?" - Tanya anak itu dengan gugup, sambil menundukan kepalanya tidak berani melihat wanita paruh baya itu.

"KAU MASIH BERTANYA, DASAR ANAK TIDAK BERGUNA, KAU BELUM BANGUN JAM SEGINI!!" - Marah wanita paruh baya itu, yang di ketahui adalah ibu dari anak tersebut.

"M - maafkan aku bu" - ucap anak itu dengan takut

"JANGAN MINTA MAAF, CEPAT BANGUN KAU HARU MEMBERSIHKAN RUMAH, JANGAN PERGI KE SEKOLAH SEBELUM SEMUANYA SELESAI. KAU PAHAM?" - ucap ibu anak tersebut dan pergi dari kamar anak itu

"Iya bu" - ucap anak itu lirih

Alena pov

Hai aku Alena Syifara Sandreas, ya aku sudah biasa di perlakukan seperti itu oleh ibu sendiri. Sebenarnya aku cape selalu di perlakukan seperti itu oleh ibuku, aku pingin ngerasain di sayang oleh ibuku dan keluargaku, tpi itu tidak mungkin. Ya karena aku berbeda dari saudaraku, aku ini di bilang jelek, pembawa sial, gendut, tidak pintar.

Aku tidak pernah membuat keluargaku bangga terhadapku, padahal aku sudah berusaha supaya aku bisa membanggakan mereka. Aku selalu di hina oleh semua orang, terkecuali sahabat ku. Aku selalu berpikir, kenapa harus aku yang di perlakukan seperti ini? Apa aku seburuk itu dimata mereka? Di mata orang-orang? Apa aku tidak boleh bahagia?

Pertanyaan seperti itu selalu muncul di benak ku, aku sudah tidak kuat sama kehidupanku, aku selalu berpikir untuk bunuh diri, tapi bukan kah tidak akan ada yang perduli ketika aku mati? Mereka pasti akan senang ketika aku mati, itu pasti. Kehidupan ku terlalu buruk, dunia ku tidak indah.

Hah segitu saja ceritaku, aku harus segera mengerjakan yang ibuku suruh kalau tidak dia akan memarahiku lagi.

Alena pov end

(Diruang makan)

Terlihat ibu Alena menuruni tangga dan menuju ruang makan, dia melihat anak kesayangan nya sedang sarapa sebelum pergi ke sekolah. Diapun menegur anaknya

"Hey anak kesayangan ibu, sedang sarapan hm?" - ucap ibu, anak itupun tersenyum ketika melihat ibunya.

"Hehe, iya bu aku sedang sarapan" - ucap anak itu, sambil melihat ibunya.

"Ibu dari mana?" - tanya anak itu

"Ibu dari kamar si pembawa sial, masa dia belum bangun jam segini" - ucap ibu

"Huh! Memang anak pemalas, aku menyesal memiliki saudara sepertinya!" - ucap anak itu, terlihat dari sorot mata itu sedang menahan amarahnya.

"Ibu saja menyesal melahirkannya!" - ucap ibu itu dengan amarah yang mulai keluar

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang sedang menahan air matanya mendengar ucapan ibu dan kakaknya. Ya seseorang itu adalah Alena, dia mendengar semua yang di katakan ibu dan kakaknya. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan ibu dan kakanya itu, dia ingin menangis dan pergi saja dari sini sekarang juga tapi dia tidak bisa, dia hanya menahan air matanya dan berjalan ke arah ibu dan kakaknya dengan senyum di bibirnya.

"Selamat pagi ibu, kakak" - ucap Alena sambil tersenyum lebar.

"Pagi juga anak pungut" - ucap kakak Alena sambil tersenyum sinis, Alena yang melihat dan mendengar itu hanya bisa sabar dia sudah biasa mendengar kakaknya berkata seperti itu.

"Apalagi yang kamu tunggu, sana bersihkan halaman belakang dan depan setelah itu pel ruang tamu dan bereskan kamar kakakmu, selesai kakakmu sarapan cuci piringnya dan setelah itu baru kau boleh pergi ke sekolah" - ucap ibu Alena datar, Alena hanya menghel nafasnya. Sudah di pastikan Alena akan telat lagi seperti hari-hari sebelumnya.

"Baik bu" - ucap Alena tersenyum, setelah itu Alena bergegas ke halaman belakang dan mengambil sapu untuk membersihkan halaman.

Alena pun sampai di halaman belakang dan segera menyapu halaman belakang yang banyak sekali dedaunan kering, Alena hanya bisa tersenyum miris dengan kehidupannya. Dia hanya berharap agar ibu dan kakaknya segera sadar dan memberikan dia perhatian yang tidak pernah di rasakan nya sejak kecil, air mata Alena pun jatuh hatinya sakit ketika mengingat yang di katakan ibunya tadi ibu pun menyesal melahirkannya kenapa ibunya berkata seperti itu, apakah dia seburuk itu hingga ibunya menyesal melahirkannya? Kalau bisa pun dia tidak ingin ibunya melahirkannya, dia dilahirkan hanya untuk dihina, di bully, di siksa. Tidak ada kasih sayang yang dia dapatkan, hah tapi dia masih tetap kuat dia harus bisa membuat ibunya sadar bahwa dia butuh kasih sayang.

Alena pun selesai membersihkan halaman belakang, dia segera menghapus air matanya agar ibunya tidak melihatnya. Dia segera keluar untuk membersihkan halaman depan, tapi saat dia masuk dia mendengar seseorang sedang berbicara dengan ibunya dia sepertinya mengenal suara itu, itu seperti suara sahabatnya Carla.

Carla pov

Hai gue Carla Sinta Hamilton atau biasa di panggil Carla, gue sahabatnya sejati sehidup semati nya Alena hehe. Pagi hari ini gue mau ke rumah Alena mau jemput dia buat ke sekolah bareng supaya dia gak telat lagi, kan gak lucu kalo dia telat terus entar dia di suruh bersihin tempat pembuangan sampah lagi, gak itu cuman becanda hehe. Gue ama Alena emang berbeda, iyalah beda kan gue beda bapak sama mama sama dia hehe, perbedaan gue ama dia itu adalah cara ngomongnya. Kalo Alena itu ngomongnya sopan and halus banget kek pantat bayi, kalo gue itu ngomongnya bar bar banget kek kepala sekolah gue, canda kepala sekolah jangan keluarin saya ya pak. Oke udah gitu aja cerita gue, cape gue ngomong udah berbusa nih mulut gue hehe.

Akhirnya gue sampai di rumah Alena, rumah gue sama Alena cuman beda beberapa rumah aja jadi gak perlu jauh-jauh gue jalan. Gue liat ada sang nenek sihir di halaman depan rumah Alena, ternyata bukan nenek sihir itu ibunya Alena, gue selalu manggil nenek sihir karena dia jahat bet kek iblis berkepala 5, becanda. Gue samperin dong tuh nenek sihir, karena gue mau jemput my bebeb Alena eh gue bukan lesbi ye!

"Selamat pagi nenek gayung, eh tante maksudnya hehe" - ucap gue, gue liat tuh nenek sihir natap gue tajam banget kek samurai nya yang di jepang jepang gitu.

"Apa kamu bilang?! Nenek gayung?" - ucap ibu Alena dengan amarah yang biasa aja sih menurut gue, tapi menurut dia dah serem kali ye.

"Canda tante hehe" - ucap gue sambil nyengir kek kuda, canda kuda✌ ibu Alena cuman natap gue datar kek jalanan yang baru di semen.

"Ngapain kamu disini?" - tanya ibu Alena datar, datar bet tuh muka kek pantat panci ae

"Mau jemput Alena tante, ada Alena nya kan tante?" - ucap gue

"Ada tapi dia belum boleh jalan ke sekolah, karena dia masih banyak kerjaan" - ucap ibu Alena, yaelah si Alena punya kerjaan apaan emang, dia kan belum kerja ye?

"Tapi tante ntar dia telat" - ucap gue

"Gak bisa, kamu pergi saja di luan dan jangan jemput dia lagi!" - ucap ibu Alena ngegas kek motor balap

"Gak bisa tan-" - ucapan gue terpotong gara-gara nih nenek sihir

"KALO SAYA BILANG GAK, YA GAK! SANA KAMU PERGI MERUSAK SUASANA PAGI SAJA KAMU!!" - ucap ibu Alena teriak dengan amarah, jadi takut gue ngeliat muka nih nenek sihir kek malaikat pencabut nyawa

"Ada apa ini?"












Jangan lupa voment...

-Kia-

kenapa harus aku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang