Tiga tahun sebelumnya...
Ryn berjalan santai keluar dari pintu kedatangan bandara Sultan Hasanuddin. Selagi menikmati udara Makassar yang terasa tak jauh beda dari Jakarta, ia membuka ponsel untuk mencari penginapan. Masih berselancar di internet, seseorang tiba-tiba menghampiri.
"Selamat sore."
Pandangannya terangkat. Seorang pria berpakaian rapi tersenyum padanya.
"Iya, selamat sore. Ada apa?"
"Sebelumnya perkenalkan, saya Gagah. Salah satu member dari layanan supir dan rental mobil bernamakan 'Jagonya Supir'."
Kacamatanya turun ke bawah untuk melihat sang pria dengan mata secara langsung. Lantas bolak-balik memandangi penampilan dan uluran tangan yang belum dijabat. Ryn memilih mengangguk, mengabaikan tangan kekar yang menggantung begitu saja.
Dengan begitu, Gagah menarik kembali niatnya untuk salaman. Meskipun dongkol, ia melanjutkan, "Jika Nona tertarik untuk diantarkan menuju penginapan bagus di kota ini, saya bisa membantu. Selain jasa supir dan rental mobil, kami dari Jagonya Supir juga punya jasa tur budaya. Nona bisa menikmati indahnya Makassar dengan berlibur di banyak spot yang jarang dikunjungi wisatawan."
Awalnya sang puan tidak begitu tertarik dengan ini. Namun, tatkala pria itu menyebutkan mengenai tur budaya dan spot-spot menarik yang jarang dikunjungi wisatawan, Ryn mulai menunjukkan minat. Rasa-rasanya seru juga apabila dia bisa mengunjungi berbagai hidden gem untuk ditampilkan di kanal YouTube.
Matanya melirik dada kiri Gagah, di mana terdapat sablonan bertuliskan "Jagonya Supir". Melihatnya, Ryn merasa percaya dengan lelaki ini.
"Ya sudah, kalau begitu saya pakai jasa kamu. Ayo, antarkan saya."
Gagah tersenyum senang, langsung mengarahkan wanita itu menuju mobil yang terparkir.
"Sudah siap, Nona?"
Ryn berdeham sebagai tanggapan.
"Baik, kalau begitu, kita berangkat sekarang."
Mobil melaju membelah jalanan kota Makassar. Sesekali supir taksi mengajaknya bicara, meskipun hanya dibalas sekadarnya.
"Nona, apakah haus? Sekarang Makassar sedang panas-panasnya."
Jujur saja tenggorokannya sejak tadi sudah sangat kering, tapi Ryn malas membuka suara untuk menanyakan boleh tidak mengambil air mineral yang ada di kantong belakang kursi kemudi. Tatkala mendengar pertanyaan dari supir barusan, ia tak ragu-ragu untuk mengangguk.
Gagah yang melihat itu lewat spion, langsung tersenyum. "Silakan ambil air mineral di belakang kursi saya, Nona. Itu gratis untuk penumpang."
Tanpa basa-basi, tangannya bersemangat meraih botol minuman. Setelah tutupnya dibuka, Ryn menenggak hingga separuhnya, tanpa menyadari bahwa botol minuman ini tadinya tak disegel dengan baik.
Ponselnya berdering, Ryn lekas memeriksa. Ada panggilan dari manajernya, namun ia enggan menerima. Ponsel tersebut dibiarkan begitu saja di kursi sebelah. Sekarang, matanya terasa berat. Mungkin tidurnya di pesawat masih kurang, jadi wanita ini memutuskan untuk tidur kembali sambil menunggu kendaraan roda empat ini sampai ke penginapan.
Satu menit berikutnya, sebuah pesan muncul di layar ponsel yang berada di kursi.
Gigi
tadi aku lupa bilang sesuatu. di sana lagi marak penipuan berkedok rental mobil murah dan jasa supir. kalau kamu ditawarin, jangan mau. ini aku kasih rekomendasi jasa tur dan jasa supir yang dapat dipercaya. pilih salah satu, oke?Sayang sekali, Ryn telah lebih dulu terlelap.
***
Wanita ini terkulai lemas di kursi belakang saat mobil yang ditumpanginya berhenti di pelabuhan. Supir taksi bernama Gagah tadi sibuk melepas benda-benda berharga dari tubuh sang puan. Kalung, gelang, anting, jam tangan, ponsel, hingga kacamata yang sejak tadi membuatnya kesal, diambil lalu dimasukkan ke dalam tas miliknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love for Junaedi
ChickLitSederhananya, Ryn hendak berlibur ke Makassar dan berakhir kena tipu orang. Semua barangnya diambil, lantas dirinya dalam keadaan pingsan dibuang ke Pulau Badi, Sulawesi Selatan. Di sana ia bertemu Junaedi. Pria yang mengaku-ngaku sebagai nelayan it...