1

17 1 0
                                    

"Tha, lo kenapa cantik banget sih hari ini?" sahutnya seraya menyamakan langkahnya dengan langkahku.

"Bacot," balasku cuek. "Pergi aja deh, lo!"

Seakan tak mendengar ucapanku, Ia tetap mengikutiku. Tak lupa dengan cengiran menyebalkan yang selalu ia berikan ketika berada bersamaku.

Aku pun menghentikan langkahku. "Mau lo apa sih?" tanyaku seraya menoleh ke hadapannya.

"Lo," ucapnya seraya menunjukku dengan jari telunjuknya. "Gue maunya lo."

"Gila."

Aku pun memutar bola mataku lalu melanjutkan perjalananku ke dalam kelas.

"Istirahat gue ke kelas lo ya!" teriaknya. Sungguh memalukan. Aku pun berlari kecil menuju kelas dan buru-buru menenggelamkan wajahku ke atas meja.

"Digoda pangeran tampan lagi, ya?" sahut teman sebangkuku. Panggil saja Mira.

"Berisik lo, Mir," balasku dengan posisi kepala yang tenggelam.

"Bisa-bisanya dia suka sama lo selama setahun, padahal modelannya kayak gini," cibirnya.

"Mentang-mentang ga laku lo sampai ngerendahin gue," balasku seraya mengangkat wajahku. Bisa kulihat Mira dengan ekspresi masamnya itu.

"Bacot," ucapnya. Aku pun tertawa mendengar balasannya itu. Aku pun menoleh ke arah jendela luar kelas dan melihat sosok yang tadi menggangguku saat berjalan ke dalam kelas. Ia sedang mengobrol dengan teman-temannya. Sesekali ia tertawa mendengar lelucon konyol yang diujarkan salah satu temannya. Tanpa sadar aku ikut tersenyum melihatnya.

"Eh, omong-omong, lo nggak kepincut sama dia?" tanya Mira. Aku pun menoleh ke hadapannya dan menjawab, "Emang harus?"

"Nggak sih, cuman ya, mana ada orang yang nggak ngerasa baper kalau setiap hari dikasih afeksi kayak gitu. Gue juga tahu ya, kalau si 'Pangeran Tampan' suka antar lo pulang kalau udah kesorean," jelasnya.

"Nggak tuh, biasa aja," balasku seraya memalingkan wajahku.

"Tapi, Tha, lo mending mikir-mikir deh. Kan sayang kalau lo ngelewatin dia gara-gara lo nggak peka sama perasaan sendiri. Satu tahun waktu yang lama lho, masa dia nggak suka sama anak lain selain lo?" ujarnya.

Aku pun terdiam dan menatap kosong ke arah papan tulis. "Nggak usah mikir gue juga udah tahu jawabannya," ucapku.

"Gue juga suka sama dia," batinku.

Apa yang dikatakan Mira benar. Aku suka dengan semua afeksi yang ia berikan padaku. Aku menikmati waktu yang kuhabiskan bersama dia. Aku juga merasa cemburu jika ia akrab dengan perempuan lain selain diriku.

Tapi, entah mengapa, sangat sulit untukku mengungkapkannya.

Sulit untuk bilang kepadanya kalau aku suka dengan lelucon garing yang ia lontarkan. Sulit untuk bilang kepadanya kalau aku merasa senang dengan pujian-pujian yang ia berikan tanpa henti. Sulit untuk bilang kepadanya kalau aku merasa ada kupu-kupu di lambungku ketika aku bersamanya.

Sial, sepertinya aku telah jatuh padanya terlalu jauh.

Ku akui, aku menyukainya.

Dan dia?

Dia tidak menyukaiku.

Dia hanya main-main, aku tahu itu.

Semua orang tahu kalau dia sering menggodaku dan berlaku manis di hadapanku. Bahkan ia tak membantah jika ada orang yang bilang dia menyukaiku.

Tapi, apakah semua orang tahu betapa bahagianya jika ia mendapat balasan dari Lia? Apakah semua orang tahu betapa semangatnya ketika ia membicarakan Lia? Dan apakah semua orang tahu ketika matanya bersinar hanya dengan sekedar melihat Lia di area sekolah?

Ia tidak menyukaiku, Ia menyukai Lia.

Dan Lia? Ia temanku.

Ia hanya mendekatiku karena aku teman Lia dan berharap bisa membantunya mendapatkan hati Lia. Saat aku mengetahuinya, hatiku hancur. Aku merasa dipermainkan olehnya.

Tapi, mau bagaimana lagi? Salahku juga sudah menaruh rasa.

Semua momen yang kita lewati, aku tak akan pernah menyesalinya. Walau aku tahu pada akhirnya bukan aku sang gadis pujaannya, setidaknya aku dapat menghabiskan waktuku dengan dia, orang yang kusuka.

Memang bodoh karena jika aku terus melakukannya, aku akan makin jatuh padanya dan pada akhirnya aku akan menyakiti diriku sendiri lebih dalam lagi.

Biarlah itu terjadi. Toh, aku juga akan bahagia jika ia bahagia.

Aku hanya berharap ia bahagia dengan
Lia.

.
.
.

Atau lebih baik denganku?

Unrequited LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang