BONEKA SIAPA INI?

241 15 0
                                    

"Gengs, nanti malem nginep di rumah gue, ya?" Keluh Dinar kepada Karen, Suci, Nisa, dan Ines ketika ujung sepatu kanannya menginjak tegel pertama ruangan kelas.

Caranya masuk ke kelas pagi itu, berbeda dari biasanya. Wajah cantiknya ditekuk. Muram sekali. Hampir saja kerudungnya menutupi seluruh area wajah. Tas berwarna peach miliknya pun ia lempar kesal ke hadapan teman-teman gengnya yang sedang berkumpul di deretan meja pertama.

Semua terperanjat. Untung saja Ines dengan cekatan menangkap tas Dinar.

"Elu kenapa dateng-dateng bikin rusuh gini?" Sambut Karen, terheran.

"Semalem gue diteror, untung aja gue gak kesiangan," ucap Dinar agak berbisik, cemberut, sembari mengambil posisi duduk di samping Nisa.

"Diteror apa? sama siapa?" sahut Suci, cepat. Semua kalimat berbau horor akan membangunkan hasrat mistisnya. Apa lagi kalau bukan bahan konten.

Dengan perlahan seraya mengingat kembali semua hal yang terjadi, Dinar menceritakan semua yang dialaminya semalam. Detail. Karen, Nisa, dan Ines tampak serius mendengarkan. Suci... ia malah merekam semua cerita Dinar dengan alat perekam di ponselnya.

"Ih, apaan, sih, Ci. Kesempatan banget," ketus Dinar.

"Jadi, elu ngalamin ini pas udah nelpon gue?" ucap Suci, memasukkan ponselnya ke dalam saku baju.

"Bener, kan, apa kata gue. Kita telponan malah hantu yang dateng," imbuhnya dengan rona mata yang sengaja dibuat seram.

"Udah, ah," ucap Ines menengahi. Suci pun mendapat sikutan dari Nisa.

"Ya udah, kalo gitu, malem ini kita bakal nemenin Dinar ga? Sekalian, gua mau cari bahan lain buat channel Youtube gue," cetus Suci.

"Ciiii...." semua mata anggota Geng Woman Of Wisdom melotot kejam kepadanya.

Hehe... Suci hanya tersenyum malu.

"Din," seseorang menyapa Dinar dari luar. Sosok lelaki berambut undercut, badan sterek, dengan seragam dikeluarkan sedang berdiri mematung dekat pintu, memandang ke dalam ruangan.

"Vero? Tumben banget dia nyamperin ke kelas. Gak takut diusir lagi sama si Dinar kayak tempo hari?" Nisa mendesis kesal.

Dinar hanya diam. Kepalanya ia benamkan diantara dua sikut. Sementara yang lain membiarkan Vero melangkah cepat menghampiri mereka.

Mereka tak punya keberanian menegur Vero secara langsung. Hanya Dinar yang mempunyai nyali seperti itu. Ya, iya lah, Dinar dan Vero sudah berteman sejak kecil.

Geng Wow memang anti laki-laki—yang mendekat karena ingin pacaran—namun nyali para bidadari kelas X.BDP.I itu mendadak ciut jika harus berhadapan dengan Vero. Ada apa? apa mereka kepincut oleh paras Vero yang cool dan bertubuh ideal? Oh, no, celaka.

Vero semakin mendekat. Tangannya hendak menyentuh kepala Dinar.

"Stop!!" dengan cekatan Dinar mengangkat kepalanya, menghentikan langkah Vero dengan isyarat telapak tangan.

"Oke, sa—"

Perkataan Vero disela ekspresi tak biasa dari Dinar. Ia berdiri dan mengepalkan tangannya. warna wajahnya menjadi merah marun.

"Berhenti manggil gue itu," tuntut Dinar.

"Oke, oke. Tapi ... semalem elu gak apa-apa, kan?"

"Gak penting. Balik ke kelas lu!" tegas Dinar, tatapannya begitu penuh amarah.

"Tapi Din—"

"Balik!!!" bentak Dinar, menunjuk pintu kelas. Wajahnya masih memerah menatap Vero.

GANDIT: Sempurnakan mati dan dendamku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang