Bab 3 : Bandara Heathrow

17 2 0
                                    

"Keterlaluan Mas Hasnain ini, janji siaga di bandara nyatanya baru muncul."
~Ayana Balqis


❇️❇️❇️

Waktu keberangkatan tiba juga, air mata Ayana terus mengalir membajiri kedua pipinya yang putih. Ayana sebelum berangkat menuju Jakarta, ia memeluk erat ibunya, tak henti memohon doa keselamatan selama perjalanan menuju Inggris.

" Lia, Arsyad jaga Ibu baik-baik, yah!" ucap Ayana sambil sesenggukan. Kedua adiknya mengangguk, kedua mata mereka pun tampak merah dan bulir-bulir air bening tumpah ruah menghiasi kedua wajah adik Ayana.

"Aya, kalau sudah sampai sana, jangan lupa kabari Ibu," ucap Fatma sambil berurai air mata bahagia. Fatma berharap dengan bersatunya Ayana dan mantunya Hasnain sebagai awal kebahagian putri sulungnya.

Ayana mengangguk kecil sambil memeluk kembali ibunya yang sedang duduk di kursi roda.

Sejak kanker menggerogoti tubuh wanita paruh baya itu membuat tubuh Fatma semakin lemah hingga kakinya sudah tak mampu menopang tubuhnya yang semakin kurus.

Pukul enam pagi Ayana berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Ia harus tiba awal di bandara. Selama beberapa tahun meninggalkan kota kenangan yang pernah ia ukir sejak kecil. Dari balik kaca spion mobil lambaian tangan Ibu dan keluarganya mengantar hanya sampai gerbang pintu.

Ayana tak lepas terus berzikir dalam hati, ini pertama kalinya ia melakukan perjalanan jauh.

"Ashbahna wa ashbahal mulku lillahi wal hamdu lillahi, la ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli syai'in qadir ...."

"Kami dan kuasa Allah berpagi hari. Segala puji bagi Allah. Tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, dan tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kuasa dan puji. Dia berkuasa atas segala sesuatu."

Zikir pagi mengalun merdu dari bibirnya yang tipis. Menenangkan segala resah dan takut menyelimuti.

Pamannya yang kali ini mengantar Ayana ke bandara, tak henti memberi nasihat menenangkan. Bahwa semuanya akan berjalan lancar, khusus mengenai kondisi ibunya. Paman Husein berjanji akan sesering mungkin mengunjungi ibunya. Mendengar itu, ada sedikit rasa tenang mengalir dalam dada Ayana, urat syarafnya yang tadi tegang sedikit mengendur. Wajah Ayana mulai terlihat menghangat berseri.

Pukul sebelas siang tiba di Bandara Soekarno Hattta. Ayana langsung mempersiapkan semua dokumen perlengkapan perjalanan. Paspor, visa dan tiket boarding pass sudah ia pegang erat-erat.

Antrian menuju loket check in tujuan London tidak terlalu mengular. Hanya butuh lima belas menit semua proses check-in selesai. Sebelum menuju pintu gate pesawat menuju London. Ayana berpamitan dan mohon doa dari pamannya.

Sebelumnya Ayana telah mengabarkan semua jadwal keberangkatan kepada suaminya lewat email.

Ayana akan mengudara dengan menggunakan maskapai penerbangan Garuda Airlines. Selama 16 jam lebih pesawat yang ia tumpangi mengangkasa. Benar-benar perjalanan yang cukup lama, bisa membuat sekujur tubuh pegal. Agar tidak bosan diperjalanan Ayana telah menyiapkan beberapa buku bacaan untuk mengusir rasa jenuh dalam pesawat. Karena selama 16 jam tidak ada transit sama sekali karena langsung menuju London.

<Mas, aku takut, ini pertama kali aku melakukan perjalanan jauh.>

Pesan yang ia sampaikan pada suaminya sebelum hari H keberangkatan.

<Tenang saja, nggak perlu takut. InsyaAllah Mas sudah "standby" nanti di Bandara Heathrow.>

Balasan pesan dari Hasnain, kembali menenangkannya.

Di Bawah Langit Cherry Hinton (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now