Bab 5: Tujuan Awal

18 1 0
                                    

"Ayana, welcome in Cherry Hinton! Semoga kamu betah di sini. Langkahmu sudah tepat Ayana menyusul suamimu. Jaga suamimu Ayana."

❇️❇️❇️

"Eh ... bentar, Mas, Handphone-ku ketinggalan," panik Ayana saat menyadari bahwa ia tidak menemukan benda pipih itu dalam tas selempangnya.

Hasnain dan Ayana saat itu, posisi mereka sudah berada di lantai satu. Gedung yang ditempati pasangan halal itu hanya terdiri tiga lantai dan setiap lantai terdiri empat flat. Tidak ada lift jadi setiap penghuni flat harus melalui tangga yang lebarnya tiga meter. Gedung itu termasuk bangunan tua yang masih kokoh berdiri dan struktur gedungnya sangat khas bangunan Eropa tempo dulu.

Sebenarnya sudah banyak hunian minimalis bertebaran di pemukiman Cherry Hinton. Namun, Hasnain memilih kost di flat tersebut karena secara letak sangat strategis. Dan gedung ini memiliki sistem keamanan yang sangat baik jadi tidak sembarangan orang bisa masuk flat karena ada kode khusus saat membuka pintu utama flat dan itu hanya para penghuni dan pemilik gedung yang mengetahui.

"Ya, udah, Mas tunggu di bawah, yah," ucap Hasnain sambil menyerahkan kunci rumah. Kemudian pria berkaca mata itu melanjutkan langkahnya menuju lantai bawah (ground), sedangkan Ayana kembali menyusuri tangga menuju lantai dua.

Saat sampai di lantai dua Ayana berpapasan dengan seorang pria  berwajah khas bollywood, berambut kecoklatan dengan tubuh tinggi tegap. Sorot mata pria itu sangat tajam menatap heran ke arah Ayana yang baru saja melintas di hadapannya.
Bola mata pria itu ikut memutar mengikuti Ayana yang sedang memutar kunci kamar flat.

Pria itu berpikir baru kali ini ia melihat perempuan berhijab lalu lalang di gedung tua ini.

Ayana merasakan pria yang baru saja berpapasan dengannya seperti memperhatikan gerak-geriknya.

Ayana memutar kunci ke kanan lalu ke kiri, tapi pintu macet tidak bisa dibuka. Beberapakali Ayana mencoba mendorong pintu masih saja macet.

"Astagfirullah, kenapa pintu ini susah dibuka," desah Ayana. Keringat dingin mulai mengucur, debar tak karuan menjalar di seluruh tubuh Ayana. Asli ayana panik bukan kepalang.

Tiba-tiba seseorang menyela kesibukan Ayana, "Can I help you?"

Tentu saja Ayana terkejut lalu berteriak saat pria bollywood itu sudah berdiri di sampingnya

"Sorry, aku tidak bermaksud mengagetkanmu, aku hanya ingin menolongmu," ucap pria itu.

Ayana mundur hingga merapat pada daun pintu.

Pria itu mengangkat kedua tangannya, seperti memberi kode, bahwa dia bukan orang jahat justru ingin membantu kesulitan Ayana. Telunjuk pria itu menunjuk ke arah kunci yang masih menempel di lubang kunci.

Pria itu masih tidak bergerak menunggu Ayana merespon bantuannya.

"Yes, the door cannot be opened," ujar Ayana gugup.

"Okey, let me try to open it," sahut pria dengan logat India. Pintu itu dalam sekian detik langsung terbuka.

Melihat kejadian itu Ayana tersenyum miring, ternyata semudah itu membuka pintu, tetapi mengapa dirinya mendadak sangat sulit membuka.

"Apa karena panik?" Ayana membatin.

***

"Sayang, lama amet, ngapain aja di atas," protes Hasnain, karena hampir lima balas menit berlalu Ayana baru turun.

"Iya, Mas, tadi kunci pintu macet." Mulut Ayana sedikit manyun.

"Kok, bisa? Selama ini belum pernah macet," Hasnain mengernyitkan dahinya sambil menarik lengan Ayana menuju restoran India yang tidak jauh dari flatnya. Ayana menurut saja saat suami menggandeng lengannya.

Di Bawah Langit Cherry Hinton (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now