MALAM HARI, rabu
◠◝ jeluang aksara▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
“NONA, ada surat untukmu.”
aku mengangkat sirah, memaku pandang pada wanita muda pertengahan dua puluhan yang mengenakan setelan kemeja ptih dan bawahan hitam membawa amplop jingga di antara jemarinya.
dia salah satu maid yang dipekerjakan ibu ▬▬ ibu selalu bekerja jadi bisa disimpulkan ia tak punya waktu mengurus rumah.
ia menyodorkannya padaku, kuterima diselingi senyum yang terpantri di sudut bibir. perempuan itu mengangguk kemudian membungkuk.
aku melambaikan tangan ▬▬ mengisyaratkan ia meninggalkan ruangan.
aku mengamati jengkal amplop tersebut. tak ada nama yang tercantum, kosong bulat. cepat-cepat aku melepaskan perekat di belakangnya, mengeluarkan isi surat.
teruntuk dan yang terutama, puan yang mengembara dalam ragaku.
satu nama terlintas di kepalaku. mitsuya. tidak salah lagi ▬▬ biasanya orang menghungiku lewat ibu atau telfon rumah.
aku pun lanjut membaca kalimat di bawahnya.
sebenarnya aku agak segan menemuimu usai dari rumahmu semalam, aku kepikiran kemudian menganggap aksiku kelewatan memalukan.
maafkan aku ya.
tapi untuk aku yang menginginkan kamu ▬▬ aku tidak mau minta maaf.
aku serius.
aku menelan ludah susah payah, rasanya seperti tercekik. dadaku kembas kempis seperti orang selesai lari jarak jauh. berdebar, mekar akibat alasan kelabu namun familier.
aku pernah berpikir cinta tidak dimaksudkan untukku hingga kita berdua berjumpa.
kukira semacam kebetulan.aku tak bisa tidak memandangmu terus, merindu terhadap senyummu, bersemu sebab tawamu ▬▬ kukira itu kebetulan sampai aku bisa menafsirkannya sendiri.
kita itu bukan kebetulan tetapi takdir tak terskema.
aku berharap aku menemukanmu lebih awal namun semua perkara yang kulewati akan berakhir sia-sia jadi aku tidak menyesal kendati lama sekali.
karena kamu pantas untuk dinanti.
jika nanti hidup ini terlalu pendek, tidak cukup maka aku akan mencarimu di duniawi yang lain.
jika kita akan berakhir, kita akan selalu bisa memulai.
jika kita sama-sama lupa, kita masih bisa sama-sama mengingat karena kita saling membekas di segmentasi kenangan.
sebagaimana kamu pernah bilang dulu, kita buat peta dan dunia baru dimana ga ada satu dari kita yang tertinggal.
aku lantas menyandarkan tubuh pada punggung kursi, mengedar tatapan pada sekitar ketika tulisan mitsuya melekat di kepala.
teringatan ucapan ibu dulu, menetaplah pada seseorang yang terasa seperti surya.
namun mitsuya bukan surya bukan pula bulan tetapi bintang. berlimpah dan serupa jika dilihat dari pertiwi, mengabur dari netra manusia, ditetapkan berakhir karena supernova.
gamblangnya, biar aku tidak tertinggal maka aku harus jadi bintang kan? dan harus rampung dalam celah dirgantara dengan meledak. tergantikan kemudian oleh kerlap yang lain. terlupakan namun ternamakan oleh satu.
aku meringis penuh ironi. memutuskan melanjutkan bacaanku yang terhenti.
aku ga tau harus nulis apa, bingung terlampau banyak yang bergumul di pikiran.
aku juga ga pintar merangkai kata kalau surat-suratan.
salahmu sih, bikin berdebar jadi aku suka kan.
tanggung jawab gara gara kamu aku selalu dimarahi ibu karena melatur perihal kamu malam-malam.
“mitsuya ga jelas.” tuturku tiba-tiba.
ya sudah, habis baca ini ketemu aku di tempat kita pertama kali bersua.
bonus peluk ya, biar aku pulang nanti bisa tidur dan ga cengengesan mikiran kamu terus.
ah iya aku juga afirmasi lagi, aku serius mau kamu jadi mungkin aku bakal nembak.
di terima ya, jangan sampe pas ketemu aku di tolak.
spoiler sedikit ga papa.
sekian, terima yue.
mitsuya takashi itu aneh, anehnya punyaku.
aku menyisir rambut kebelakang dengan kasar, mendadak frustrasi. mendengkus jengkel gara-gara mitsuya.
maid tadi yang membawa surat mitsuya, datang lagi menenteng nampan berisi teh. ia melirik curiga padaku yang menampar wajah tiba-tiba.
sial, aku berdebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
teruna kelana realita, mitsuya ✓
Fiksi Penggemar⚝ adendum。三ツ/ mitsuya ❝ bagi m i t s u y a yang candu, yue itu personafikasi romantika yang memabukkan ❞ RETROGRASI。2O21☽