——
Malam sudah datang.
Komplek perumahan yang biasanya ramai ini tak seramai hari biasa, tak ada suara rengekan bayi, ataupun ibu-ibu muda yang rempongnya melebihi gadis remaja telat datang bulan.
Jane dirumah sendirian.
Malu mengatakannya namun, Iya, Jane memang merasa sedikit kesepian.
Sesore ini hanya ditemani oleh tayangan netfix series yang sudah ditontonnya dua kali dan beberapa pesan singkat dari rekan kerja yang mungkin baru mendengar kabar bahwa ia di PHK.
Bertanya ada apa dan kenapa bisa.
Jane hanya mendesah kecil, membalas dalam grup obrolan. I'm Jane, i'm oke!
Dan beberapa dari mereka berkata kalau ingin mengunjungi rumah Jane esok hari. Jane mengijinkan tentu saja, dengan syarat harus membawa beberapa menu minuman dari kedai kopi terkenal.
Setelah itu? Setelah dramanya selesai dan ia sudah membalas semua pesan yang masuk Jane tidak ada kegiatan lain.
Tadi siang pun setelah kecelakaan kecil dengan Edgar, Jane tidak jadi pergi kerumah Maria. Lebih tepatnya, tidak boleh pergi.
Katanya, Jane barusaja berurusan dengan mala petaka, si Edgar itu memang karma. Dan tentunya, dirumah Maria ada bayi belum genap satu tahun, jadi Jane tidak boleh mendekati Ares barang semeter pun.
Si pirang itu langsung mengantarnya pulang dan memercikan garam dapur ketubuhnya.
Jane meluruskan kakinya disofa, mengetuk-ngetuk dengan jemari lalu kemudian duduk lagi.
Ketika dirasa cacing diperutnya berdemo, Jane langsung bangkit dan berjalan menuju dapur, melihat dalam lemari pendingin, bahan makanan apa yang masih tersisa disana.
Ingat kalau beberapa hari yang lalu ia baru belanja bulanan, bukan? Pastinya isi kulkas masih lengkap dan hanya berkurang mie instan saja, karena tidak mungkin Maria mengambil beberapa bahan mentah untuk dimasak. Dia alergi dapur.
Jane kemudian mengeluarkan beberapa tomat, jamur dan juga satu butir telur, lalu tangan gadis itu meraih spaghetti di kabinet atas.
Jane belum memasak nasi jadi tidak ada pilihan lain selain memasak tepung kering ini sebagai karbohidrat.
Membawa kedua tangannya kebelakang kepala Jane membuat sanggul sederhana. Lengan sweater merah yang Jane kenakan digulung hingga siku.
Mengeluarkan panci lalu diisi air, sembari menunggu air mendidih dengan cekatan Jane mengambil pisau dan juga nampan, mencuci bersih semua bahan-bahan yang ia ambil dari lemari es beberapa saat lalu, kemudian memotong tomat serta jamur dengan lihai.
Tiba-tiba suara ponsel berbunyi membuat Jane mengurungkan kegiatan. Ia kembali kesofa depan televisi untuk mengambil benda pipih yang sedari tadi berisik berbunyi.
Jane harus siap-siap di interogasi.
"Hm? Ada apa?" ujar Jane ketika tau siapa yang meneleponnya, ia kembali ke dapur dengan ponsel ditelinga.
"Gila! Kemana aja kemarin? Hah?! Kenapa hape lo mati! Lu nggak tau gue nungguin sampe menit terakhir banget di mess, lo nggak nongol-nongol anjir!"
Suara Lili yang memang dasarnya satu frekuensi dengan kaleng rombeng langsung menerjang gendang telinga Jane. Si wanita cantik itu sontak menjauhkan handphone dari telinganya.
Bisa-bisa ia tuli kalau berbicara lama dengan Lili di telepon.
Jane mengubah telepon ke mode pengeras suara, lalu ia meletakan ponselnya di meja dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
What the hell, Tetangga!✅
ChickLitJane pramugari cantik, diusianya yang sudah masuk angka dua delapan gadis easy going yang ceplas-ceplos realistis itu masih betah sendirian. Iya. No boy collection. Meski telinganya panas karena diubrak-ubrak untuk menikah, Jane tetap santai flirtin...