Late Night Pieces at Estella

281 17 349
                                    

Kim Taehyung Fanfiction

Written by
Jeonnayya_

❝ Mengharap seaksa bintang, mengingat hingga niskala wujudnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mengharap seaksa bintang, mengingat hingga niskala wujudnya. Pada dasarnya eksistensi kepingan kisah kita berdua tak pernah lebih dari sebuah persinggahan malam. Singkat tetapi mendenyarkan hati hingga ke relung. Dan berakhir, aku ingin memiliki dan merengkuhnya sepanjang waktu.

—Lord Vante.


Salah satu legenda urban di kawasan Bresweather, sebuah daerah pemukiman di barat bukit Crashle yang masih begitu hijau dengan pepohonan rindang dan hamparan ladang gandum di sepanjang jalan yang aspalnya masih baru. Seperti yang dilihat, peradaban modern baru saja menerpa desa kecil ini di awalan musim gugur.

Ada sebuah cerita lawas yang masih diyakini oleh para penduduk Bresweather, tentang eksistensi seorang putri dari Estelle—yang sering mereka sebut sebagai Dewi Bulan yang cantiknya teramat sangat. Kedua irisnya berwarna emerald dengan bulu mata lentik, kulit seputih pualam dengan proposi tubuh yang sempurna. Tatapannya sangat teduh, sayu, dan menenangkan seperti melihat hujan di langit sore yang cerah dengan guratan warna jingga. Seperti serein. Kecantikannya benar-benar tidak mendefinisikan bahwa dia adalah makhluk bumi lainnya. Tapi konon, seorang anak Estelle adalah manusia biasa. Dia tidak punya keabadian seperti Estelle, tetapi bisa memiliki keistimewaan lain selain itu.

Sementara ketika Lord Vante mendengar itu dari salah satu kawannya—pemuda dengan surai pirangnya yang sedikit ikal, Park Jimin. Vante hanya menarik sedikit sudut bibirnya. Nyaris tidak terlihat. Ekspresinya entah ia mempercayai legenda itu atau tidak. Tetapi, diam-diam kisah itu memang menarik juga untuk di dengar. Entah jenis udara mana yang kini sedang menaungi sepasang paru-paru Vante. Tetapi memang diam-diam ia masih setia menyimak ulasan Jimin dengan tangan kiri memegang palet dengan paduan warna-warna menarik yang sudah pria Lord berikan.

"Apa kau dilahirkan kembali, hanya untuk menunjukkan ekspresi yang seperti itu, Van. Kenapa datar sekali reaksimu." cecar Jimin saat menemui wajah datar Vante sekali lagi. Tak lama kemudian ia berdehem singkat, raut wajahnya tampak sedikit panik walaupun tidak terlalu kentara. " Ma—maksudku, apa itu ekspresi andalanmu sejak di lahirkan?"

Seperti biasa Vante merespon tanpa banyak minat. Entah kenapa kali ini si pria Park tampak menghela napas kelegaan, tanpa alasan yang jelas. Vante hanya menoleh singkat, sambil mengembuskan sisa cerutunya hingga asap itu mengepul di langit-langit dinding. "Percuma juga sih mau banyak merespon, nanti juga akhirnya tidak akan bisa bertemu yang seperti itu. Kau hanya akan membuatku banyak berkhayal, Jim."

"Fantasimu sudah banyak ya pasti." sahut Jimin tanpa diduga.

"Tentu saja, kalau tidak banyak mungkin kenormalkanku perlu dipertanyakan." jawab Vante dengan cepat pula. Ah, tau sendiri kan kalau bahasannya sudah seperti ini. Pasti menarik.

Star Field In The Midnight UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang