PROLOG

131 5 0
                                    

Sebelum membaca atur font ke ukuran paling kecil terlebih dahulu dan pilih font Sans Serif!

Terima kasih sudah mau singgah di sini. Semoga betah sampai ke akhir cerita!

Spam komen dan vote darimu adalah mood booster bagiku!

Silakan beri Krisan yang membangun bila berkenan!

•••••

"Kapan kamu akan menikahiku, Bi?"

Pertanyaan yang Sabrina lontarkan itu membuat Bian langsung menatap Sabrina sembari menyimpan sendok dan garpu yang tengah dia pegang. Suasana makan malam hari ini rasanya jadi kacau.

"Lagi-lagi kamu bertanya seperti itu. Kamu 'kan tahu kalau aku belum siap. Kalau aku sudah siap, pasti aku langsung melamar kamu, kok," sahut Bian.

"Tapi, aku tidak bisa menunggunya terlalu lama, aku butuh kepastian. Sudah hampir 3 tahun kita pacaran, Bi. Kenapa kamu belum siap juga untuk menikah? Apa yang membuat kamu ragu?"

"Menikah itu adalah ibadah seumur hidup, kita tidak bisa terlalu tergesa-gesa. Harus ada persiapan yang matang dulu. Lagipula untuk saat ini aku ingin fokus dulu dengan karirku. Tolong kamu mengerti!"

Sabrina membuang napas pasrah. Dia tidak bisa lagi berkata apa-apa. Jika memang itu alasan Bian, apa boleh buat, Sabrina harus menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Dia tidak mau terlalu memaksakan keputusan Bian. Mungkin ini memang belum waktunya saja.

SincerityloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang