Pagi-pagi seperti biasanya Sabrina sudah siap untuk menjalani rutinitasnya sebagai seorang guru di sebuah sekolah dasar milik almarhum ayahnya.
Sebenarnya awalnya Sabrina tidak berminat untuk menjadi seorang guru, tapi dia ingin memenuhi keinginan terakhir dari ayahnya sebelum meninggal sekitar 4 tahun lalu. Lagipula setelah dipikir-pikir menjadi seorang guru itu salah satu pekerjaan yang mulia dan sekarang Sabrina senang menjalaninya. Apalagi Sabrina sangat suka dengan anak-anak.
Sabrina membuka pintu rumahnya. Begitu terkejutnya dia ketika melihat Destan tengah berdiri di sana.
"Selamat pagi, Bu Guru!" sapa Destan lalu nyengir.
"K-kamu kok, pagi-pagi udah ke sini? Ngapain?" tanya Sabrina benar-benar bingung. Pasalnya dia belum cukup mengenal Destan.
"Mama yang nyuruh Destan untuk antar kamu ke sekolah," ucap Kirana yang tiba-tiba saja datang dan berdiri di samping Sabrina.
"Buat apa, Ma? Aku 'kan bisa berangkat sendiri," bisik Sabrina pada mamanya.
Benar-benar ada yang aneh.
"Ya, gak pa-pa, dong. Abisnya mama khawatir kalau kamu ngendarain mobil sendirian. Mau ya, diantar sama Destan?" Kirana terlihat memohon.
Sabrina pun menghembuskan napas pasrah lalu mencium punggung tangan ibunya dan mengucapkan salam padahal tadi sudah. Setelah itu, Sabrina melangkah menuju mobil Destan yang sudah terparkir cantik di depan rumahnya.
Destan pamit pada Kirana lalu menyusul Sabrina dan sama-sama masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil suasana sangat hening. Bagaimana tidak? Sabrina benar-benar merasa canggung berada di dalam satu mobil bersama orang yang masih asing untuknya.
"Jangan merasa canggung, santai aja! Anggap saja kalau kita sudah berteman," ucap Destan seakan tahu isi pikiran Sabrina.
"Aku tidak bisa. Aku belum mengenal kamu," sahut Sabrina dengan tatapan yang tertuju pada jalanan karena tidak kuasa menatap Destan.
"Semalam 'kan kita sudah kenalan."
"Mengenal seseorang tidak cukup dengan tahu namanya saja."
"Oke. Suatu saat nanti kamu pasti akan mengenalku lebih dalam bahkan tahu semua tentang aku."
Sabrina tidak menyahut dia hanya menoleh sebentar pada Destan lalu kembali memperhatikan jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinceritylove
RomanceKalian tahu 'kan susahnya menulis cerita? Jadi, cerita ini untuk dibaca oleh kalian bukan ditulis ulang. Ingat, memplagiat sama saja dengan mencuri! Sudahi kesedihanmu, mari baca cerita ini bersamaku! ••••• "Kenapa kamu masih di sini? Aku sudah tid...