[ 12 ] Sebuah Kabar yang Tak Diinginkan

42 2 0
                                    

Lagu yang nemenin aku waktu bikin part ini : Pakai Hatimu - Anrez Putra Adelio

Bisa kamu dengarkan juga saat membaca part ini ataupun part-part selanjutnya.

•••••

Di samping Destan yang tengah menyetir mobil, Sabrina terlihat cemberut dan kesal karena saat ini sebenarnya dia terpaksa mau diantar oleh Destan ke sekolah tempatnya mengajar gara-gara kesalahpahaman Bian kemarin.

Itu semua karena perintah dari ibunya yang tidak dapat diganggu gugat, dan Sabrina juga sudah terlanjur janji untuk diantar oleh Destan hingga sampai di tempat tujuan.

Ponsel Sabrina tiba-tiba bergetar menandakan ada pesan masuk. Sabrina yang tadinya fokus melihat jalanan kini beralih pada ponselnya. Senyuman mengembang ketika dia melihat pesan yang baru saja masuk dari Bian.

Bian: Malam ini aku, paman dan bibiku  akan datang ke rumah kamu untuk melamar kamu Sabrina. Dandan yang cantik, ya! Sampai jumpa nanti malam!

"Aaa!" Tanpa Sabrina sadari dia berteriak kegirangan membuat Destan terperangah dan menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Sab?" tanya Destan cemas.

Sabrina langsung menatap Destan. "Nanti malam Bian akan datang bersama paman dan bibinya ke rumah untuk melamarku," jawab dia membuat Destan sontak langsung mengerem mobilnya secara mendadak.

Sabrina mengernyit karena Destan tiba-tiba menghentikan mobilnya. "Kamu kenapa?"

Destan menggeleng. "Enggak. Aku cuman kaget aja Bian mau ngelamar kamu. Tapi, syukur deh, itu artinya dia emang serius sama kamu. Selamat, ya!" Dia mengulurkan tangannya pada Sabrina.

"Makasih." Sabrina menjabat tangan Destan lalu mereka sama-sama tersenyum, tapi yang satu senyum bahagia dan yang satunya lagi senyum palsu penuh kecewa.

"Tapi, emangnya gak pa-pa kalau misalnya perjodohan kita dibatalin?" tanya Sabrina setelah mereka saling melepas jabatan tangannya.

Destan menghembuskan napas pasrah lalu kembali melajukan mobilnya.

"Gak pa-pa. Kamu berhak memilih. Mama aku juga pasti mengerti, kok. Walaupun mama berharap banget dia sama mama kamu bisa jadi besanan dan kamu bisa jadi menantunya. Tapi, apa boleh buat jika takdir sudah berkehendak? Aku hanya bisa berharap kamu bahagia bersama pilihan kamu," ucap Destan sambil fokus menatap jalanan lalu beralih pada Sabrina dan tersenyum untuk mengisyaratkan bahwa dia benar-benar tidak apa-apa walau kenyataanya entah sejak kapan Destan mulai mencintai Sabrina, tapi yang pasti saat ini dia tengah patah hati karena mengetahui orang yang dia cintai akan dilamar oleh orang lain.

"Aku harap kamu juga bisa mendapatkan wanita yang benar-benar mencintai kamu. Karena ya... kamu tahu sendiri lah, kalau kita memang tidak pernah saling jatuh cinta bahkan baru saling mengenal," ucap Sabrina.

Destan mengangguk. "Ya, aku tahu, hati kamu memang hanya untuk Bian." Lalu, dia menghentikan mobilnya karena tidak terasa ternyata mereka sudah sampai di depan sekolah.

Destan turun dari mobilnya lalu membukakan pintu mobil untuk Sabrina seperti biasa.

"Terima kasih, ya. Terima kasih sudah mau mengantar jemputku beberapa hari ini. Mulai saat ini kamu tidak perlu lagi repot-repot mengantar jemputku. Sampaikan juga maaf dariku pada Tante Sinta karena aku tidak bisa menerima perjodohan kita," ujar Sabrina setelah turun dari mobil.

Destan mengangguk sambil tersenyum dan memasukan kedua telapak tangannya ke saku celana. "Terima kasih juga."

Sabrina mengernyit. "Untuk?"

"Karena sudah membuat aku kembali merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta walaupun kita tidak bisa bersama," jawab Destan membuat Sabrina langsung terdiam mematung menatap Destan 'tak percaya.

"Aku pamit dulu. Assalammu'alaikum." Setelah itu Destan kembali masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Sabrina begitu saja.

Apa maksud dari perkataan Destan barusan? Pikir Sabrina. Apa benar Destan sudah jatuh cinta secepat itu pada Sabrina. Ah, tapi Sabrina rasa Destan belum benar-benar jatuh cinta kepadanya, mungkin itu bukan cinta, tapi hanya nafsu belaka.

Sabrina berbalik ke belakang untuk melihat mobil Destan. Namun, ternyata mobil itu sudah tidak ada. Padahal Sabrina ingin bertanya pada Destan tentang apa maksud dari perkataanya barusan. Tetapi, ya sudahlah, Sabrina tidak mau terlalu ambil pusing karena yang penting nanti malam Bian akan melamarnya.

Senyuman mengembang begitu Sabrina membayangkan apa yang akan terjadi nanti malam.











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SincerityloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang