Pulang mengajar siang ini Sabrina lebih memilih untuk pulang dijemput Bian seperti kemarin. Di tengah perjalanan mereka sempat bercakap-cakap santai. Namun, suasana jadi kacau ketika Sabrina memberitahu Bian tentang perjodohannya dengan Destan.
"Aku dijodohin sama Destan," ungkap Sabrina membuat Bian langsung mengerem mobilnya secara mendadak membuat Sabrina kaget.
"Apa?! Kamu dijodohin sama Destan." Alis Bian bertaut.
"Iya, ini semua karena kamu belum juga mau ngelamar aku." Sabrina melipat kedua tangannya di dada sambil menghembuskan napas gusar.
Bian memijat pelipisnya frustasi lalu memukul stir mobilnya cukup keras membuat Sabrina sedikit terperanjat kaget.
"Kenapa sih, kamu itu gak sabaran banget? Kamu kebelet nikah, ya?" Bian malah bertanya seperti itu membuat Sabrina langsung melongo.
"Kurang sabar apa sih, aku? Lagipula ini semua bukan karena aku kebelet nikah, tapi karena mama mau cepet-cepet punya menantu dan punya cucu kamu ngerti gak, sih? Mama aku udah sakit-sakitan terus." Sabrina mengusap kepalanya frustrasi.
"Aku gak mau ngedenger apapun alasan kamu. Gimana aku mau ngertiin kamu kalau kamu aja gak bisa ngertiin aku? Sekarang mendingan kamu turun aja di sini!" Bian jadi bersikap sangat dingin.
"Kamu nurunin aku di pinggir jalan kayak gini? Di mata hati kamu, Bian?!" Sabrina benar-benar sangat kesal dengan Bian.
"Aku lagi mau sendiri dulu. Melihat kamu aku malah jadi emosi. Aku gak mau sampai nyakitin kamu, Sab."
Sabrina pun pasrah saja karena dia tahu kalau Bian akan cukup mengerikan kalau sedang emosi. "Oke, tapi tolong jaga emosi kamu. Aku gak mau sampai kamu kenapa-napa." Setelah mengucapkan salam dia langsung membuka pintu mobil dan turun dari sana.
Sabrina kira Bian akan menahannya, tapi ternyata setelah dia keluar Bian malah langsung pergi begitu saja. Hal itu tentu membuat Sabrina sangat kesal dan geram. Dia menghentakan kakinya lalu menyeka air mata yang tiba-tiba keluar begitu saja.
Sabrina mulai melangkah di atas trotoar jalan sambil mencari taksi. Tetapi, karena Sabrina tidak fokus melihat jalanan, kakinya jadi keseleo karena menginjak bebatuan dan seketika tubuh Sabrina pun langsung oleng.
Sabrina memejamkan matanya karena tahu sebentar lagi tubuhnya akan mendarat di atas trotoar. Namun, dia langsung kembali membuka matanya ketika menyadari ada seseorang yang menahan tubuhnya supaya tidak sampai ambruk di jalanan. Sabrina langsung melihat sesosok laki-laki beralis tebal dengan lesung pipit di pipi kanannya, dia Destan.
Sabrina segera kembali menegakan tubuhnya karena malu dilihati orang-orang. Namun, kakinya terasa sangat sakit hingga dia tidak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan pada Destan.
"Kayaknya kaki kamu keseleo, biar aku kasih pertolongan pertama dulu." Destan pun memapah Sabrina hingga duduk di sebuah kursi yang tidak jauh dari mereka berdiri tadi.
"Tunggu sebentar di sini, aku mau beli es batu dulu sama ambil kotak P3K di mobil." Destan lalu pergi tergesa-gesa meninggalkan Sabrina dan tidak lama kemudian kembali lagi dengan membawa es batu dan kotak P3K.
Cowok itu lalu berjongkok di depan Sabrina. "Tahan dikit, ya." Lalu dia mengompres kaki Sabrina yang keseleo tadi dengan es batu yang dia beli membuat Sabrina meringis kesakitan sambil meremas tangannya sendiri.
Destan mengobati kaki Sabrina dengan telaten dari mulai mengompresnya dengan es sampai memperbannya.
"Selesai," ucap Destan sambil kembali membereskan kotak P3K lalu duduk di samping Sabrina.
"Terima kasih," ucap Sabrina.
Destan hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan.
"Eh, tapi, kenapa kamu tadi bisa datang tepat waktu?"
"Mmm, a–aku sengaja mengikutimu tadi. Maaf kalau kamu tidak menyukainya dan aku tidak sopan karena mengikutimu tanpa ijin."
"Tidak masalah. Kali ini aku menyukainya." Sabrina tersenyum, untuk pertama kalinya dia memberikan senyuman tulus pada Destan.
"Aku mau mengucapkan terima kasih juga," ucap Destan tiba-tiba.
"Untuk?" Sabrina mengernyit.
"Karena kamu sudah memberikan aku senyuman terhangat siang ini," jawab Destan membuat Sabrina tertawa kecil sambil memukul bahu Destan.
"Apaan sih, lebay!" ujar Sabrina di sela tawanya.
Beberapa detik kemudian Destan mengajak Sabrina untuk pulang supaya gadis itu bisa istirahat. Sabrina setuju, dia pun kembali di dipapah oleh Destan hingga masuk ke dalam mobil cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinceritylove
RomanceKalian tahu 'kan susahnya menulis cerita? Jadi, cerita ini untuk dibaca oleh kalian bukan ditulis ulang. Ingat, memplagiat sama saja dengan mencuri! Sudahi kesedihanmu, mari baca cerita ini bersamaku! ••••• "Kenapa kamu masih di sini? Aku sudah tid...