"Untukmu yang selalu kusebut dalam doa, izinkan aku menjadi bagian dari hidupmu." Altha Nabil Mustafa.
*****
Ketika hati menginginkan dia tapi dunia seoalah-olah menolak. Allah membawa takdirku bertepatan dengan hancurnya hati ini, sungguh rencana Allah lah yang tidak bisa ditebak oleh manusia.
Arifah sembari tadi memperhatikan Azra melamun di balkon kamar pun bingung. Ada apa dengan dia tadi senang sekarang sedih," Ra kamu nggak papa?"
"Emang aku kenapa?"
"Dari tadi aku perhatiin kamu ngelamun, kamu ngelamunin apa," tanyanya sembari menatapku.
Aku tersenyum dan berkata," Aku sedang menertawakan diriku," ucapku menatap datar kearah depan.
Arifah bingung, aneh menertawakan diri sendiri gila dong berarti?
"Jangan gila dulu ra kamu belum liat aku menikah," ucapnya menggoyangkan tubuhku.
Aku menjitak kepalanya dan berkata," Kamu itu yang gila," ucapku kesal.
"Ya kamu aneh, ngapain juga ngetawaiin diri sendiri kalok bukan gila apa dong namanya,"tanyanya
"Sak karep mu fah," ucapku beranjak pergi.
"Loh ra mau kemana?"
"Keluar,"ucapku ketus.
"Eeh tungguiin aku Ra,"teriaknya dari dalam kamar.
Arifah berlari menyusul Azra dan ternyata salah arah, dia berlari kearah ruang tamu sedangkan azra berada di dapur membantu ibunya.
"Azra,"teriak ifah diruangan keluarga.
Sontak mereka kearah sumber suara,"Ada apa fah,"tanya Afwan
Ifah yang merasa malu dan berkata," Nggak papa yah," jawabnya tersenyum canggung.
Ifah yang tidak bisa menahan malunya pun segera pergi meninggalkan mereka semua.
"Kok kamu bisa bego sih fah, bisa-bisa nya kamu kearah sana dasar bodoh," gumamnya.
"Apa nya yang bodoh fah," tanyaku.
Kaget Ifah sudah berhadapan dengan Azra. Ifah bingung harus jawab apa,"Anu tadi itu emm ini anu " ucapnya bingung.
"Anu ini anu ini apa?"
"Aku malu Ra,"ucapnya lirih.
"Malu kenapa?"
"Iih kamu mah gitu, tau lah intinya aku malu,"ucapnya kesal berlalu pergi kearah dapur.
Aku mengangkat sebelah alisku,"Aneh ih si Ifah ngomong sendiri, berarti dia yang gila gitu ngomongin aku," gumamku
Sampai diruang tamu semua tersenyum kearah ku kecuali satu, dia tidak tersenyum, aku pun membalas senyuman mereka.
"Oh iya nak, tadi Ifah kenapa,"tanya ayah.
Aku mengangkat sebelah alisku,"emang Ifah kenapa?"
"Lah kok malah tanya balik,ayah itu nanya kamu,"ucap ayah heran.
Mereka semua menertawakan aku, emang ada yang lucu ya sampai-sampai mereka menertawakan aku," Azra nggak tahu yah,tadi sih dia ngomong sama Azra katanya malu gitu, Azra aja bingung,"ucapku
Mereka semua kembali tertawa.
"Ayok silakan diminum tehnya,"ucap ibu menghampiri ku dan dibelakangnya ada Ifah yang bersembunyi dibalik punggung ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Takdirku (Hiatus)
Ficção AdolescenteDia pergi disaat aku mulai mencintainya. Dan kembali membawa luka yang begitu dalam. Aku percaya bahwa allah begitu baik kepada hambanya.Dihari yang sama kesedihan itu digantikan dengan beribu-ribu kebahagian yang tidak pernah ada dalam benakku. Hap...