"Aku pulang, Sayang," ucap Ridwan begitu sampai di depan pintu.
Ekspresinya berubah malas saat melihat sosok Alex tengah berbincang dengan istrinya. Dia tidak membenci adik iparnya itu. Hanya saja, pekerjaan Alex seakan meremehkannya yang seorang polisi. Beberapa kali mereka berdua berselisih paham karena Alex yang mengganggu penyelidikan kepolisian. Tapi bukan berarti hubungan keduanya tidak akur.
Ridwan mengakui kalau kemampuan Alex dalam hal analisis melebihi dirinya dan polisi lain yang dikenalnya. Sewaktu Alex masih sekolah dan tertarik dengan misteri dan kasus, Ridwan menawarkan untuk adik iparnya itu untuk melanjutkan ke akademi kepolisian. Namun Alex langsung menolak saat itu juga dengan alasan seorang polisi memiliki akses terbatas dan harus menurut perintah atasan.
"Selamat datang, Sayang," ucap Sarah menyambut kedatangan suaminya.
Ridwan melepaskan jaket kulit yang dipakainya, lalu menyerahkan kepada istrinya. Tatapan matanya masih terpaku ke arah Alex dengan pandangan menyelidik.
"Aku kemari bukan karena ada kasus ataupun masalah pekerjaan yang lain," ucap Alex menyadari arti pandangan Ridwan.
Ucapan itu cukup untuk membuat Ridwan percaya. Hal itu karena Alex bukanlah orang yang suka basa basi jika membahas tentang pekerjaan. Biasanya Alex langsung menemuinya dan menanyakan tentang kasus yang dia kerjakan, tapi kali ini Alex tampak santai.
"Bu Sarah," panggil Ira begitu keluar kamar mandi.
Ridwan menatap heran kepada gadis kecil yang tengah mengenakan handuk milik Sarah. Dia bergantian menatap Sarah dan Alex untuk meminta penjelasan. Sarah mengangguk dan akan memberitahu melalui tangannya.
"Iya ada apa, Sayang?" tanya Sarah mendekati Ira yang terus memegang handuknya.
"Anu … bajunya yang mana, ya?" tanya Ira malu-malu, sangat manis.
"Pilih saja yang kamu suka," jawab Sarah mencubit pipi Ira dengan gemas.
"Hmm…." Ira malah semakin bingung.
"Yaudah, Ibu bantu pilihan, ya," ucap Sarah memutuskan.
Ira mengangguk. Mereka berdua pun berjalan menuju kamar Sarah dimana baju yang telah disiapkan Sarah. Sarah terlalu bersemangat hingga menyiapkan terlalu banyak pakaian lamanya untuk Ira. Dia dari dulu sangat ingin punya anak, jadi wajar saja dia jadi berlebihan.
Kedua pria itu sekarang saling tatap. Dari raut wajahnya, Alex bisa menduga bahwa kakak iparnya itu menunggu jawaban darinya. Dia sebenarnya ingin kakaknya yang menjelaskan, tapi Ridwan sudah terlihat tidak sabar.
"Nama gadis itu Ira. Dia anak yatim piatu yang kutolong," ucap Alex mulai menerangkan. "Dia dipaksa untuk meminta-minta di jalanan."
Ridwan mendengarkan dengan serius. Dia sedikit paham dengan tujuan ucapan Alex. Dia tidak masalah kalau harus mengadopsi anak, asalkan Sarah mau. Melihat Sarah kesepian di rumah saat dirinya bekerja kadang membuatnya tidak tega. Kalau Sarah suka dan mau mengadopsi anak itu maka dia anak setuju.
"Jadi dia tinggal dimana?" tanya Ridwan.
Alex tampak ragu. "Di panti asuhan," jawabnya.
Ridwan berpikir sejenak. Panti asuhan apa yang tega memaksa anak asuhnya untuk meminta uang di jalanan. Lalu seketika dia ingat sesuatu.
"Jangan bilang kalau panti asuhan yang itu," tebak Ridwan berharap dia salah. "Panti Asuhan Cahaya Harapan."
Alex mengangguk membenarkan.
Pantas saja Sarah sangat perhatian sama Ira. Ternyata jiwa keibuan Sarah iba melihat nasib malang dari gadis kecil itu. Sarah memang sudah tahu tentang segala keburukan panti asuhan itu karena Ridwan sering bercerita. Dia pun juga marah dengan perbuatan panti asuhan yang sudah jelas melakukan kesalahan, tapi tidak mendapatkan hukuman. Kepolisian tidak bisa menindak karena belum ada bukti nyata dan hanya berdasarkan keterangan dari beberapa orang yang melapor. Meski begitu harusnya ada penyelidikan untuk membuktikan kebenaran laporan itu, tapi nyatanya pimpinannya hanya diam dan melarang penyelidikan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The True Light on Nightmare
Mystery / ThrillerSeorang detektif swasta menyelidiki tentang pembunuhan yang menimpa salah satu keluarga kliennya. Dibantu oleh anak klienya yang tertarik pada misteri, mereka pun menelusuri bukti-bukti yang bahkan hampir tidak ada. Di tengah frustasi karena kebuntu...