OA : Pirly

701 90 17
                                    

Selamat Membaca
.
.

Hari yang panas membuat Prilly dengan terpaksa duduk termenung menunggu penjual eskrim keliling. Hari ini seharusnya Prilly pergi ke sekolah, belajar bersama teman-temannya yang lain. Afa sang temanpun sedaritadi tidak berhenti menghubunginya.

"Bang, berapa lama lagi ini?" Prilly bertanya lesu ke penjual batagor disampingnya. "Biasanya saya liat udah nongkrong disini."

Penjual itu menoleh, "10 menitan lagi neng, biasanya bareng sama anak SD keluaran." Sahutnya.

Prilly mendengus lalu melirik arloji ditangannya, setelahnya beralih menatap Sekolah Dasar yang bersebrangan dengan SMA-nya.

Sekolahnya nampak sepi, karena memang masih waktu pelajaran. Prilly sengaja bolos karena malas bertemu dengan Andre, apalagi setelah dimarahi habis-habisan oleh sang mamah prihal kekasihnya itu.

"Gara-gara berhubungan dengan laki-laki itu, kamu jadi sering bolos."

"Mamah tenang aja, aku kan pintar."

"Selalu saja. Absensi juga bisa mempengaruhi nilai kamu! Lalu tadi, Afa bilang sama mamah, kamu ditinggal di restoran sendirian. Putusin dia!"

Dung...dung...dung...

Suara itu menyadarkan lamunan Prilly, ia menoleh dan matanya berbinar melihat roda eskrim menuju kearahnya.

"Kemana aja si bang? Saya nunggu ni." Omelnya sembari berdiri.

Abang eskrim itu terkekeh lalu mulai meracik eskrim favorit untuk pelanggan setianya itu. "Saya kan datang kesini pas-pasan sama anak SD pulang, neng."

Prilly mengangguk dan benar saja anak-anak dengan seragam putih merah mulai berhamburan untuk pulang. "Jadi dejavu." Gumamnya.

Setelah menerima eskrim pesanannya, Prilly duduk di bangku kayu yang memang disediakan.

Tak berselang lama, bocah tampan dengan semangkuk bakso ditangannya mendekat. "Boleh duduk?" Tanyanya dengan senyuman.

Prilly mengangguk lucu. Sembari menikmati eskrimnya Prilly menoleh melihat bocah tampan itu sedang sibuk memotong-motong baksonya.

"Biwsa ga?" Tanyanya dengan mulut penuh.

Bocah tampan itu menoleh, memastikan Prilly bertanya kepadanya. Lalu menggeleng tanda ia tidak bisa. "Biasanya di potongin kakak, tapi dia lagi ke perpus."

"Sini gue potongin."

"Dean, nama aku Dean." Bocah itu memperkenalkan dirinya, melihat Prilly yang nampak tenang memotong bakso favoritnya. "Nama kakak?"

"Prilly."

Dean mengangguk "nama yang cantik." Gumamnya tanpa sadar.

Prilly tertawa ringan, lucu sekali bocah kecil sudah pintar berbicara seperti itu. Rasanya Prilly seperti sedang berkenalan dengan laki-laki sebayanya.

"Nih, mau gue suapin juga?" Goda Prilly dengan alis yang ia mainkan.

"Gue udah gede!" Sahutnya sewot. "Daddy selalu bilang kalau gue itu bahasa yang ga baik buat seumuran Dean. Tapi Dean ngerasa nyaman pake gue-gue sama kakak Pirly." Ujarnya sebelum memasukan sepotong bakso kedalam mulutnya.

"Nama gu-"

"Awhhh awwww!" Dean memekik sembari memuntahkan isi mulutnya. "Pa-nas hiks!"

Prilly yang terkejut dengan segera mendekatkan wajahnya. "Makanya apa-apa itu pelan-pelan, sini gue tiup."

Dean terdiam saat matanya beradu dengan mata hazel milik Prilly. Kenapa kakak yang baru ia kenal itu seperti terkejut?

"Mata ini?" Tanpa sadar Prilly bergumam.

Deg!

Saat mendongak, mata hazel cantiknya tanpa sengaja beradu dengan mata hitam teduh milik si pria. Pria itu tampak terkejut, menyadari apa yang ia lakukan tadi. Memejamkan mata? Menikmati? Yang benar saja!

"Ekhem!" Deheman yang cukup keras membuat Prilly sontak menjauh. Dilihatnya pria tinggi sedang bersedekap dada. "Gadis SMA mencoba mengotori anak SD ditempat ramai?"

Mendengar itu kedua mata Prilly membulat. Apa katanya? "Enak aja-" Tapi tunggu...

.
.
Bersambung.

Ini masih ada yang bacanya ga siiii?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Om Alivan [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang