• 6 •

366 79 0
                                    

Sudah sebulan lebih Seka dan Arjuna tidak pernah bertemu. Tidak, maksud Seka adalah tidak pernah berbicara, kalau bertemu sih masih sering saat di sekolah.

Seminggu sebelumnya, Seka akhirnya menyadari jika karma itu memang benar adanya.

Setelah seminggu dia tidak pernah menghubungi Arjuna dan selalu menghindari Arjuna. Kali ini giliran Arjuna yang menghindarinya.

Setiap kali mereka tak sengaja bertemu di lorong sekolah, Arjuna selalu mengalihkan pandangannya dan mempercepat langkahnya, terkadang malah dia membelokkan langkahnya.

Seka tidak bodoh untuk tidak sadar jika Arjuna sedang menghindarinya.

Tapi dia sadar, itu kesalahannya. Dari awal dia yang menghindar, mungkin saat ini Arjuna hanya ingin membantunya agar dia tidak perlu susah susah melarikan diri dari Arjuna.

Dan justru karena itulah Seka merasa menyesal dan kecewa pada dirinya sendiri. Seandainya saja dia tidak peduli dengan pembullyan yang dia alami, mungkin saja saat ini dia masih bermain-main dengan Arjuna dan teman-temannya.

Saat itu, dia benar-benar bosan. Sudah tidak punya teman, tidak bisa main-main, tapi tetap dipandang sinis oleh kakak kelas. Dia jadi susah tiga kali lipat.

Andai saja dia tidak peduli, mungkin dia hanya perlu menghadapi kakak kelasnya saja, sedangkan dia masih bisa main dengan Arjuna.

Seka menghela napas, mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.

Tapi dia lupa, bubur juga ada yang rasanya enak loh!

Seka melirik ponselnya yang bergetar dan membukanya. Terdapat pesan dari Bian yang mengatakan jika dirinya akan berangkat untuk main ke rumah Seka.

Baik, Seka akan tarik sedikit ucapannya tadi. Dia masih punya teman, dia hanya tidak bisa bermain, antara malas dan karena dia kurang bisa mengendarai sepeda.

Tetapi Bian sering sekali datang ke rumahnya. Rumah Bian tidak terlalu jauh dari perumahan tempat tinggalnya, mungkin hanya perlu waktu sekitar lima belas menit untuk sampai.

Setelah tau jika Bian akan datang, Seka segera mengambil beberapa snack dari dapur, agar saat Bian datang, mereka bisa langsung menghabiskan waktu di kamar Bian.

Tak lama, sekitar lima belas menit lebih kemudian, Bian sampai di rumah Seka. Keduanya sibuk bercerita tentang berbagai hal di kamar Seka sambil memakan camilan dan menonton film.

Film berdurasi dua jam telah selesai. Tapi Bian masih enggan pulang, dia merebahkan dirinya di atas karpet bulu milik Bian.

"Kak, aku mau tanya,"

Seka mengangguk sambil memakan donat miliknya, "Ya monggo silahkan,"

(Monggo : silahkan)

Bian mendongakkan kepalanya, menatap Seka yang ada di atas kasur, "Kak Seka sama Kak Jun berantem, ya?"

Sedetik kemudian, Seka terpaksa menelan donat di mulutnya tanpa dia kunyah.

"Aduh aduh seret, minum, Bi, minum, aakh,"

Bian panik, dia segera mengambil segelas air dari meja kecil dan menyerahkannya di Seka yang langsung diminun habis.

"Haduh, kalau tanya pake bismillah dulu bisa nggak?"

Bian menekuk alisnya, "Padahal aku udah ijin tanya, loh!"

"Jadi gimana?" tanya Bian.

Seka melebarkan matanya, "Bi! Bi! Tubatu fix comeback tanggal tiga satu bulan depan!"

Bian ikut melebarkan matanya, dia merangkak ke atas kasur dan melihat sebuah poster di laptop milik Bian, "Hah sumpah?! Yess!"

"Asu! Dijawab sek pertanyaanku, monyet!" seru Bian kesal sambil memukul pundak Seka.

(Dijawab sek : dijawab dulu)

"Jadi yang bener Asu apa Monyet?" tanya Bian kesal.

"Awakmu lebih mirip wewegombel seh kak,"

(Awakmu : kamu)

"Ganteng ngene disamain wewegombel? Kurang ajar Biantoro," balas Bian.

(Ngene : gini)

"Jenengku Bian tok ya! Gaatek toro!"

(Namaku Bian aja ya! Gapakek toro!)

"Haduh wes wes, kok tambah berantem," ujar Bian.

(Haduh udah udah, kok malah berantem)

"Kak Seka seh,"

"Iya iya Aku yang salah, Kamu tadi tanya apa?"

"Kak Seka sama Kak Jun berantem?" tanya Bian lagi.

Seka mengerutkan alisnya, "Tapi kenapa kamu mesti manggilnya kak Jun, seh? Kayak membernya sebentin aja,"

"Kak, sumpah, tak cekik loh! Dirimu loh ya kalo manggil aku Bi, emang e bibi?!,"

(Tak cekek : kucekik)

Seka tertawa, "Hehe, ya maap, daripada manggil 'an' kan kek aneh gitu,"

Seka menggelengkan kepalanya, "Betewe, kita nggak berantem, kok,"

Bian memajukan bibirnya, "Bohong dosa loh ya,"

"Kagak!" seru Seka.

Seka tidak berbohong, dirinya dan Arjuna sama sekali tidak bertengkar. Mereka hanya ... menjaga jarak satu sama lain. Itulah yang Seka yakini saat itu.

"Tapi kok nggak pernah bareng lagi? Nggak pernah main juga, ayo main ke kafe biasaa,"

"Habis ini ulangan Bi, kak Juna juga pasti sibuk," elak Seka.

"Gak! Kalian itu sus banget?! Kalian loh sek bisa berangkat bareng walaupun ulangan. Kalo pulangnya nggak bareng, baru kak Seka pulang sendiri, tapi kak Seka nggak pernah bareng kak Jun lagi,"

"Sus apaan? kue sus?" tanya Seka heran.

"Suspicious anjing! Mencurigakan!"

Seka memajukan bibirnya, "Ya biasa aja nyet, gak usah nge gas,"

"Dirimu kalo nggak dipisuhin nggak bakal paham soalnya," balas Bian.

"Dahlah, nggak bakal selesai kalo debat. Darimana kamu tau aku gak pernah bareng kak Juna?"

"Lah aku yang mesti bareng kak Juna berangkatnya, nggak literally bareng seh, maksudnya pas di parkiran ketemu," jawab Bian.

"Kak Seka juga nyantai, mana nongkrong dulu di pos pak satpam, kalo sibuk ya pasti buru-buru," lanjut Bian.

"Kamu ikut nongkrong?" tanya Seka sambil menyipitkan matanya.

"Hehe,"

"Dih!"

"Wes! Gausah out of topic, kalian beneran nggak berantem, kan?"

Seka menggeleng kuat.

Bian mengangkat alisnya, jari-jarinya diletakkan di bawah dagu, matanya menatap tajam manik Seka.

"Beneran?"

Seka mengangguk cepat.

"Kak Seka nggak nyembunyiin sesuatu, kan?" selidik Bian.

Seka terdiam sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya lemah.

Bian berseru, "Nah bohong itu! Ayo cerita ke aku!"

Seka mengerutkan keningnya, "Apa sih, enggak!"

Sepuluh menit. Mereka berdebat, lebih tepatnya Bian memaksa Seka untuk menjelaskan kepadanya tentang apa yang terjadi.

Pada akhirnya Seka menyerah, dia memang tidak bisa menyembunyikan masalahnya dengan baik.

Hari itu Seka menceritakan semuanya kepada Bian. Soal kakak kelas, pembullyan terhadapnya, hingga bagaimana sikap Arjuna beberapa hari terakhir.

Mereka terus berbincang hingga malam tiba dan berakhir dengan Bian yang menginap di rumah Seka.

Memories [Yeonbin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang